RANGKUMAN GENETIKA TANAMAN
“PROBABILITAS”
Kelompok
1
Ana
Yulianti
4442100874
JURUSAN
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2012
PROBABILITAS
(PELUANG)
A.
DEFINISI
PELUANG
Peluang
ialah ukuran dari besarnya kemungkinan munculnya suatu kejadian (menurut buku
Crowder), Peluang
ialah ukuran dari besarnya kemungkinan munculnya suatu kejadian (menurut buku
M.Yusuf). Dalam kehidupan sehari – hari sering ungkapan – ungkapan yang menunjukan
ukuran kemungkinan ini. Missal dalam obrolan sering mengatakan, “kemungkinan
besar tanaman itu akan mati.” Atau “kecil sekali kemungkinannya atau barang
kali tidak mungkin saya lulus.”. Ungkapan – ungkapan tersebut menunjukan ukuran
– ukuran dari kemungkinan. Tetapi keseluruhan dari kenyataan tadi tidak ada
yang menunjukan besaran numerk sehingga sult di ukur atau dlihat dalam proses
analisis. Ungkapan “fivty – fivty” merupakan contoh ukuran kemungkinan yang
berbentuk angka yang kita ketahui maknanya bahwa antara berhasil dan gagal
mempunyai kemungkinan yang sama.
Untuk tujuan memberikan ukuran
numerik maka kedalaman peluang diberikan nilai dengan selang mulai dari 0 (nol)
sampai dengan 1 (satu). Peluang bernilai nol mempunyai arti bahwa kejadian itu
mustahil berlangsung dan bila bernilai satu mempunyai makna hamper pasti.
Besaran peluang munculnya suatu kejadian diduga besarnya kemunculan kejadian
tersebut dibandingkan dengan total kejadian atau sebagai berikut. Kejadian
perpaduan alel - alel atau gamet – gamet merupakan kejadian – kejadian bersifat
peluang. Frekuensi munculnya suatu genotype seperti yang telah dikemukakan oleh
mendel, merupakan contoh ukuran peluang munculnya genotype tersebut.
Berdasarkan hipotesis penggabungan gamet secara acak di peroleh hasil sebagai
berikut.
Terdapat empat genotype AA, Aa,
aA, dan aa yang masing – masing mempunyai frekuensi yang sama. Diketahui bahwa
genotype Aa tidak berbeda dengan aA atau (Aa=aA), sehingga genotype a mempunyai
frekuensi dua kali lebih besar dari AA dan aa. Sehingga dengan menggunakan
persamaan diatas diperoleh hasil
P(AA) = ¼
P (Aa) = ½
P (aa) = ¼
Dalam ilmu genetika, kemungkinan ikut mengambil peranan
penting. Misalnya mengenai pemindahan gen-gen dari induk/orang tua ke
gamet-gamet, pembuahan sel oleh spermatozoon, berkumpulnya kembali gen-gen di
dalam zigot sehingga dapat terjadi berbagai macam kombinasi.
B.
DASAR-DASAR TEORI KEMUNGKINAN
Agar kita
lebih memahami teori kemungkinan, ada baiknya apabila kita mengenal dasar-dasarnya
terlebih dahulu. Kemungkinan
atas terjadinya sesuatu yang diinginkan ialah sama dengan perbandingannya
antara sesuatu yang diinginkan itu tehadap keseluruhanya
Singkatnya : K(x)= X/(X +Y)
Keterangan :
K : kemungkinan
K (x) : besarnya kemungkinan untuk mendapatkan x
x + y : jumlah keseluruhan
Contoh :
Berapa kemungkinannya seorang ibu akan melahirkan anak laki-laki ?
Singkatnya : K(x)= X/(X +Y)
Keterangan :
K : kemungkinan
K (x) : besarnya kemungkinan untuk mendapatkan x
x + y : jumlah keseluruhan
Contoh :
Berapa kemungkinannya seorang ibu akan melahirkan anak laki-laki ?
Jawab:
Dalam
keadaan normal hanya ada dua kemungkinan bagi seorang ibu di waktu hendak
melahirkan anaknya, yaitu akan lahir seorang anak laki-laki atau seorang anak
perempuan.
K(x)= ♂/(♂+ ♀)= 1/(1+1)= 1/2
Kemugkinan
terjadinya dua peristiwa atau lebih, yang masing-masing berdiri sendiri ialah
sama dengan hasil perkalian dari besarnya kemungkinan untuk peristiwa-peristiwa
itu.
Singkatnya :
K
( x+y )=K ( x ) x K ( y )
Contoh
:
Berapa kemungkinannya bahwa dua anak pertama dari suatu keluarga adalah laki-laki ?
Berapa kemungkinannya bahwa dua anak pertama dari suatu keluarga adalah laki-laki ?
Jawab:
Di awal
telah diketahui bahwa kemungkinan lahirnya anak laki-laki atau perempuan adalah
sama, yaitu ½.
K ( ♂+ ♂)= ½ x ½= ¼
Hal ini dengan mudah dapat dibuktikan sebagai berikut :
nak pertama
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki Anak kedua
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
K ( ♂+ ♂)= ½ x ½= ¼
Hal ini dengan mudah dapat dibuktikan sebagai berikut :
nak pertama
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki Anak kedua
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Dapat di artikan pula bahwa dari setiap 4 keluarga beranak 2
akan di temukan 1 keluarga yang kedua anaknya laki-laki. Suami istri masing-masing normal
tetapi pemabwa gen utuk albino. Berapa kemungkinanya mereka akan mendapatkan
seoran anak perempuan albino ?
Jawab :
Jawab :
Diagram
perkawinan suami isteri itu sebagai berikut :
P ♂ Aa x ♀ Aa
Normal Normal
F1 AA ( normal )
Aa ( normal ) = 3⁄4
Aa ( normal )
aa ( albino ) = 1⁄4
Normal Normal
F1 AA ( normal )
Aa ( normal ) = 3⁄4
Aa ( normal )
aa ( albino ) = 1⁄4
Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa :
K( albino ) = 1⁄4
K( albino ) = 1⁄4
K (♀) = 1⁄2.
Maka K (♀ albino) = 1⁄2 x 1⁄4 = 1⁄8
Penggunaan Rumus Binomium (a+b)^n.
Untuk mencari kemungkinan biasanya dapat
ditempuh jalan yang lebih mudah, yaitu dengan menggunakan runus binomium(a+b)^n
. Disini a dan b merupakan
kejadian/peristiwa yang terpisah, sedangkan n menyatakan banyaknya percobaan.
Contoh
:
Suami isteri masing-masing normal tetapi heterozigotik untuk albino ingin mempunyai 4 orang anak. Berapa kemungkinan bahwa :Semua anak itu normal, Seorang anak saja yang albino, sedangkan yang 3 lainnya normal, Anak yang terakhir saja yang albino, jika toh akan ada yang albino.
Suami isteri masing-masing normal tetapi heterozigotik untuk albino ingin mempunyai 4 orang anak. Berapa kemungkinan bahwa :Semua anak itu normal, Seorang anak saja yang albino, sedangkan yang 3 lainnya normal, Anak yang terakhir saja yang albino, jika toh akan ada yang albino.
Jawab
:
karena diinginkan 4 orang anak maka
(a+b)^4 = a^(4 )+ 4a^3 b + 6a^2 b^2 + 4〖ab〗^3 + b^4
(a+b)^4 = a^(4 )+ 4a^3 b + 6a^2 b^2 + 4〖ab〗^3 + b^4
Suami isteri itu masing-masing
mempunyai genotip Aa, sehingga perkawinan mereka dapat di lukiskan sebagai
berikut :
P ♂ Aa x ♀ Aa
normal normal
F1 AA (normal)
Aa (normal) = 3⁄4
Aa (normal)
Aa (albino) = 1⁄4
P ♂ Aa x ♀ Aa
normal normal
F1 AA (normal)
Aa (normal) = 3⁄4
Aa (normal)
Aa (albino) = 1⁄4
Dari diagram perkawinan di atas
dapat dilihat, bahwa kemungkinan lahirnya anak normal dan anak albino tidak
sama, yaitu 3⁄4 untuk anak normal dan 1⁄4 untuk anak albino. Berhubungan dengan
itu, andaikan :
a = kemungkinan lahirnya anak normal 3⁄4
b = kemungkinan lahirnya anak albino 1⁄4
K_(4 normal ) = a^(4 )= ( 〖3⁄4)〗^4 = 81/256
K_(3 normal,1 albino) = 4a^3 b = 4( 〖3⁄4)〗^3 (¼) = 108/256
K_( (normal,normal,normal,albino) ) = ¾ x ¾ x ¾ x ¼ = 27/256
a = kemungkinan lahirnya anak normal 3⁄4
b = kemungkinan lahirnya anak albino 1⁄4
K_(4 normal ) = a^(4 )= ( 〖3⁄4)〗^4 = 81/256
K_(3 normal,1 albino) = 4a^3 b = 4( 〖3⁄4)〗^3 (¼) = 108/256
K_( (normal,normal,normal,albino) ) = ¾ x ¾ x ¾ x ¼ = 27/256
Nampaknya pertanyaan b dan c
seolah-olah sama, tetapi sebenarnya lain.perhatikan saja jawabannya.
C.
KAIDAH – KAIDAH PELUANG KEJADIAN
MAJEMUK
Untuk kepentingan pengujian
statistika kita perlu mengerti kaidah – kaidah yang terdapat dalam teori
peluang. Suatu kejadian disebut kejadian majemuk seandainya kejadian tersebut tersusun
dari beberapa kejadian, lawannya adalah kejadian sederhana. Kejadian majemuk
dapat merupakan kejadian yang melingkupi beberapa kejadian sederhana yang
mempunyai kategori yang sama atau merupakan kombinasi dari beberapa kejadian
yang berlangsung secara serempak. Contoh kejadian yang mempunyai kategori yang
sama ialah seperti fenotipe dominan yang terdiri dari genotype homozigot
dominan (AA) dan heterezigot (Aa). Sedangkan contoh dua kejadian yang muncul
secara serempak yaitu seperti genotype aabb, yang merupakan hasil pemunculan
secara serempak genotype resesif pada dua lokus. Satu genotype pada satu lokus
dapat juga dianggap dua kejadian serempak yaitu missal dari Aa merupkan
pemunculan secara serempak di gamet A dari satu tetua dan gamet a dari tetua
lain.
Pada kasus yang pertama yaitu
kejadian majemuk yang merupakan himpunan kejadian dengan kategori yang sama,
peluang dari kejadian tersebut merupakan penjumlahan dari peluang kejadian
sederhana penyusunnya. Umpamanya P (A-) atau peluang munculnya fenotipe dominan
merupakan penjumlahan peluang (AA) dan peluang (Aa). Jadi:
P
(A-) = P (A) + P (a)
= ¼ + ½
= ¾
Aturan yang baru dijelaskan
disebut kaidah penjumlahan. Total
seluruh kejadian akan mempunyai nilai maksimum sama denga satu. Sebagai contoh
total peluang munculnya semua genotype dengan 2 alel pada satu lokus adalah:
P (AA) + P (Aa) = 1
Kasus yang kedua yaitu kasus
munculnya dua kejadian secara serempak kita ambil contoh kasus genotype F2
dihibrid hasil percobaan mendel. Pada penjelasan percobaan dihibrid ditunjukan
data gabungan warna kulit dan bentuk biji, juga data untuk masing – masing
sifat. Diperoleh perbandingan untuk data gabungan:
Bundar dan kuning (A-B-) 9/16
Keriput dan kuning (aaB-) 3/16
Bundar dan hijau (A-bb) 3/16
Keriput dan hijau (aabb) 1/16
Dan
untuk masing – masing sifat
Bundar (A-) 3/4
Kuning (B-) 3/4
Keriput
(aa) 1/4 Hijau (bb) 1/4
Dari data gabungan dengan data
masing - masing dapat diperoleh hubungan berikut:
P
(lokus A dan lokus B) = P (lokus A) P (lokus B) Atau dengan kata lain besaran
peluang munculnya kejadian serempak pada lokus merupakan hasil penggandaan
peluang munculnya kejadian sederhana (masing – masing sifat). Misal untuk
fenotipe Bundar dan Kuning diperoleh:
P
(A-B-) = P (A-) P (B-)
9/16 =
(3/4)x(3/4)
Untuk
dua kejadian serempak (misal A dan B) atau (A∩B). Dalam teori hitung peluang,
bila terdapat hubungan: P (A∩B) = P (A)
P (B)
Maka
dikatakan kejadian A dan b merupakan dua kejadian bebas. Munculnya berbagai
fenotipe maupun genotype dalam percobaan mendel secara hitung peluang merupakan
kejadian bebas dan hal ini sesuai juga dengan diajukan dalam hiotesisnya oleh
mendel. Untuk selanjutnya nisbah ini, dalam uji statistik digunakan secuan
hipotetik tentang kebebasan atau keterpautan antar lokus. Nisbah – nisbah
fenotipe yang merupakan modifikasi dari nisbah mendel, tetapi genotype -
genotipenya tetap mengikuti nisbah mendel (seperti pada anak BAB 1.5) juga
dapat digunakan sebagai acuan kejadian dua lokus bebas.
D. PENGAMATAN DAN HARAPAN
Dalam
percobaan dengan tujuan untuk mempelajari suatu masalah kita akan dihadapkan
pada sejumlah data hasil pengamatan. Dari hasil pengamatan ini kita ingin
mengetahui apakah data yang diperoleh cocok atau tidak dengan suatu model teori
tertentu. Data percobaan persilangan diploid model teori yang digunakan ialah
nisbah mendel serta beberapa nisbah penyimpangan mendel yang telah dipelajari.
Alasan penggunaan nisbah ini ialah bahwa nisbah – nisbah tersebut sudah
diketahui makna biologi atau genetikanya.
Dua
istilah akan berhubungan dengan analisis data, yaitu pengamatan dan harapan. pengamatan
ialah penyebaran data sesuai dengan hasil pengamatan, sedangkan harapan ialah
penyebaran data yang seharusnya muncul berdasarkan teori.
E. UJI STATISTIC DALAM PERCOBAAN
PERSILANGAN
Untuk
dapat menentukan apakah suatu fenomen yang diamati sesuai atau tidak dengan teori tertentu perlu
dilakukan suatu pengujian. dalam statistika pengujian dilakukan dengan melihat
besarnya penyimpangan nilai pengamatan terhadap nilai harapan, dan kemuian
besarnya penyimpangan tersebut dibandingkan terhadap kriteria model tertentu.
Dalam percobaan persilangan akan dibandingkan frekuensi fenotipe yang teramati
tehadapa frekuensi harapannya. Secara statistika pengujian semacam ini
dilakukan dengan menggunakan kriteria statistika khikuadrat person.
Khi-kuadrat
merupakan suatu fungsi sebaran peluang yang sebesarnya terlihat pada gambar
1.15 dan table 1.8. Bentuk fungsi akan bergantung pada derajat bebasnya (d.b)
yang secara umum merupakan fungsi yang miring kekiri. Semakin besar derajat
bebas puncak dari grafik akan bergeser ke kanan (gambar 1.15. Nilai peluang
disusun pada bagian atas dan nilai X2 disusun
pada baris sesuai dengan d.b. fungsinya.
Dengan
menggunakan nilai pengamatan danharapan dari percobaan persilangan, dihitung
nilai khi-kuadrat pengamatan (atau sering disebut khi-kuadrat hitung), dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Oi ialah nilai
pengamatan fenotipe ke-i
Ei ialah nilai harapan
fenotipe ke-i
Selanjutnya nilai khi-kuadrat hitung dibandingkan
dengan nilai-nilai khi-kuadrat teori
yang terdapat pada table 1.8. Dari rumus penghitungan X2 terlihat bahwa semakin
besar perbedaan antara pengamataan dan harapan maka akan semakin besar nilai
X2, dan sebaliknya bila perbedaan tersebut makin kecil maka nilai khi-nya akan
semkin kecil. pada table 1.8 terlihat adanya
Tabel 1.8 nilai
khi-kuadrat pada berbagai tingkat nyata dan derajat bebas. ( tingkat nyta
sama dengan nilai α pada gambar 1.15
|
|||||
db
|
Tingkat nyata α
|
||||
95
|
50
|
25
|
05
|
01
|
|
1
|
0.04
|
1.46
|
1.32
|
3.84
|
6.64
|
2
|
0.10
|
1.39
|
2.77
|
5.99
|
9.21
|
3
|
1.35
|
2.37
|
4.99
|
7.82
|
11.35
|
4
|
1.71
|
3.36
|
5.39
|
9.49
|
13.28
|
5
|
1.15
|
4.35
|
6.63
|
11.07
|
15.09
|
6
|
1.64
|
5.35
|
7.84
|
12.59
|
16.81
|
7
|
2.17
|
6.35
|
9.04
|
14.07
|
18.48
|
8
|
3.33
|
7.34
|
10.22
|
15.51
|
20.09
|
9
|
3.94
|
8.34
|
11.39
|
16.92
|
21.67
|
10
|
4.58
|
9.34
|
12.55
|
18.25
|
23.24
|
11
|
5.23
|
10.34
|
13.70
|
19.68
|
24.73
|
12
|
5.89
|
11.34
|
14.85
|
21.03
|
26.22
|
13
|
6.57
|
12.34
|
15,98
|
22.36
|
27.69
|
14
|
7.28
|
13.34
|
17.12
|
23.69
|
29.14
|
15
|
10.85
|
14.34
|
18.25
|
25
|
30.58
|
20
|
14.61
|
19.34
|
31.41
|
31.41
|
37.57
|
25
|
18.49
|
24.34
|
37.65
|
37.65
|
44.31
|
30
|
34.76
|
29.34
|
43.77
|
43.77
|
50.88
|
hubungan terbalik antara nilai X2 dengan nilai
peluang. Jadi semakin kecil nilai X2 akan semakin besar nilai peluang,dan
sebaliknya semakin besar nilai X2 akan semakin kecil peluangnya dalam table.
Untuk pengujian biasanya di ambil peluang tertentu sebagai kriteria, misalnya
5%. Bila X2 hitung berada diwilayah dengan peluang lebih besar dari 5% maka
dapat disimpulkan bahwa antara pengamatan dan harapan tidak terdapat perbedaan
yang nyata, dan kebalikannya bila nilai X2 hitung berada pada peluang ;ebih
kecil dari 5% di simpulkan bahwa pengamatan berbeda nyata dari harapan.
Sebagai contoh pengunaan uji
statistik dalam percobaan persilangan pada table 1.9 dan table 1.10 di
perlihatkan pengujian terhadap percoban monohibrid dan dihibrid dari haasil
percobaan mendel. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini ialah bahwa
hasil percobaan akan mengikuti nisbah yang dikemukakan oleh mendel,yaitu dalam
percobaan monohibrid akan
Tabel
1.9. Pengujian percobaan monohibrid Mender untuk warna albumen (lihat Tabel 1)
Ciri
|
Pengamatan
|
Frek hipotetik
|
Harapan
|
Khi-kuadrat
|
Hijau
|
428
|
¾
|
435
|
0.113
|
Kuning
|
152
|
¼
|
145
|
0.113
|
Total
|
580
|
580
|
0.226
|
Tabel 1.10. Pengujian
percobaan dihibrid Mendel untuk sifat warna albumen dan bentuk biji (lihat
Tabel)
ciri
|
pengamatan
|
Frek.hipotetik
|
harapan
|
Khi-kuadrat
|
Bundar-kuning
|
315
|
9/16
|
312.75
|
0.016
|
Keriput-kuning
|
101
|
3/16
|
104.25
|
0.101
|
Bundar-hijau
|
108
|
3/16
|
104.25
|
0.135
|
Keriput-hijau
|
32
|
1/16
|
34.75
|
0.218
|
total
|
556
|
556
|
0.47
|
Tabel
1.11 Pengujian percobaan dihibrid kapri untuk sifat warna bunga dan bentuk
polen (data Bateson dan Punnet 1908)
ciri
|
pengamatan
|
Frek.hipotetik
|
harapan
|
Khi-kuadrat
|
Purple-panjang
|
296
|
9/16
|
240.2
|
12.963
|
Purple-bundar
|
19
|
3/16
|
80.1
|
46.607
|
Merah-panjang
|
27
|
3/16
|
80.1
|
35.201
|
Merah-bunda
|
85
|
1/16
|
26.6
|
128.217
|
total
|
427
|
427
|
222.988
|
Diperoleh perbandingan
3:1 dan pada dihibrid akan diperoleh perbandingan fenotipe 9:3:3:1. hasil
pengujian menunjukan bahwa nilai hasil pengamatan sesuai dengan perbandingan
menurut teori Mendel.
Sebagai contoh hasil persilangan
yang tidak mengikuti nisbah Mendel kita gunakan data hasil percobaaan Bateson
san Punnett (Tabel .6). Seperti telah dijelaskan sebelumnya antara lokus
pengendali warna bunga dengan lokus
pengedali bentuk polen pada sweet pea terdapat keterpautan. pada table 1.11
ditunjukan pengujian statistic tersebut dan disimpulkan bahwa frekuensi
gabungan fenotipe kedua lokus yang diuji berbeda dari frekuensi teori Mendel
untuk dihibrid,atau secara genetik disimpulkan bahwa antara kedua lokus
terdapat pautan.
Dalam analisis genetic, persilangan digunakan untuk
mempelajari sistem genetic sifat yang diteliti. sistem-sistem dapat ditentukan
berdasarkan model teori, misalnya model monohibrid atau dihibrid. Suatu sifat
yang dalam segregasi F2 menunjukan penyebaran fenotipe yang sesuai dengan model
monohibrid, akan disimpulkan bahwa karakter tersebut dikendalikan oleh satu
gen. Bila dua karakter bersegregasi
sesuai dengan model dihibrid maka disimpulkan bahwa karakter –karakter tersebut
dikendalikan oleh dua gen yang lokusnya bebas satu dari yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar