BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tanaman jagung
merupakan salah satu tanaman palawija yang layak dijadikan komoditas unggulan
agrobisnis tanaman pangan. Prospek
pengembangan jagung juga sangat cerah bagi kehidupan para petani, mengingat kebutuhan
manusia terhadap tanaman jagung masih sangat tinggi. Prospek pengembangan tanaman jagung juga
cukup bagus. Dewasa ini, pengolahan
tanaman jauh sudah cukup pesat. Dengan
kemajuan teknologi jagung dapat di olah menjadi berbagai makanan yang tentunya
disenangi oleh banyak orang, misalnya saja jagung bakar, pop corn, dan sekarang dikembangkan lagi sweet corn (jagung manis) yang diolah dengan di campur susu, keju,
dan bahan lainnya.
Komponen terbesar di
dalam biji jagung adalah karbohidrat, terutama berupa pati. Secara kimia, pati adalah polimer dari
unit-unit glukosa dan juga lemak yang berfungsi sebagai bahan cadangan
energi. Pati jagung terdiri dari amilosa dan amilopekti, namun komposisi kedua komponen tersebut berbeda pada
setiap varietas, sehingga mempengaruhi sifat gelatinasi masing-masing varietas
jagung.
Selain sebagai tanaman
pangan bagi manusia, jagung dengan tipe (jenis) tertentu ada pula yang di
jadikan makanan untuk burung. Berbeda
dengan tanaman jagung manis, jagung untuk makanan burung jauh lebih kecil
ukurannya dan cenderung keras.
Pertumbuhan dan
perkembangan suatu tanaman ditentukan oleh beberapa faktor, baik dari faktor
dari dalam seperti hormone, dan gen, serta faktor luar atau lingkungan seperti
suhu, cahaya, kelembaban, air, tanah, dan unsure hara.
Unsure hara yang
diperlukan oleh tanaman berbeda-beda, salah satu unsure hara yang penting yang
dibutuhkan oleh tanaman adalah unsure hara P.
Fosfor (P) merupakan
salah satu unsure hara makro, yaitu unsure hara yang dibutuhkan dalam jumlah
yang relative besar. Fosfor berfungsi dalam transfer energy, fotosintesis,
merangsang pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar, merangsang
pembentukan biji, merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan
sel.
Kekurangan unsure hara
P dapat menimbulkan gejala diantaranya pembentukan buah dan biji berkurang,
tanaman menjadi kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan.
Kelebihan unsure hara
P juga memberikan efek yang kurang menguntungkan. Atas dasar itu penentuan
pemberian unsure hara P yang memberikan pengaruh terbaik bagi pertumbuhan dan
hasil tanaman perlu diketahui.
1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dosis umsur hara P yang
memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung
Tanaman jagung termasuk kedalam keluarga (famili)
rumput-rumputan (Graminaceae). Dalam
sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman jagung di klasifikasikan
sebagai berikut.
Kingdom :
Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi :
Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Sub
Divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledone ( berkeping satu )
Ordo : Graminae ( rumput-rumputan)
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies
: Zea
mays
Secara morfologi, bagian atau organ-organ penting tanaman
jagung adalah sebagai berikut.
1.
Akar
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai
kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Akar tanaman jagung manis dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik dalam kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Pada kondisi tanah yang
subur dan gembur, jumlah akar tanaman jagung manis cukup banyak, sedangkan pada
tanah yang kurang baik akar yang tumbuh jumlahnya terbatas atau sedikit.
Perakaran tanaman jagung manis diawali dengan proses
perkecambahan biji. Pertumbuhan kecambah
biji jagung manis dimulai dengan akar kecambah, kemudian diikuti calon
batang. Bersamaan dengan tumbuhnya akar
kecambah akan tumbuh pula akar primer yang muncul pada bagian terbawah. Selanjutnya setelah 10 hari berkecambah akan
tumbuh akar adventif yang muncul pada bagian diatasnya.
Akar kecambah dan akar primer tumbuhnya bersifat
sementara, sedangkan akar adventif terus tumbuh selama tanaman jagung manis
tetap hidup. Pertumbuhan akar tanaman
jagung manis pada umur 4 minggu mencapai kedalaman 45 cm, dan sekitar pangkal
batang juga dipadati sejumlah akar dan cabang-cabang akar. Fungsi akar adventif adalah untuk memperkuat
berdirinya dan membantu menyangga tegaknya tanaman jagung dan menambah organ
penghisap air dan garam-garam tanah.
2.
Batang
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana
sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Batang tanaman jagung manis bentuknya bulat
silindris, tidak berlubang, dan beruas-ruas sebanyak 8-20 ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari
buku. Batang jagung cukup kokoh namun
tidak banyak mangandung lignin. Jumlah
ruas tersebut tergantung pada varietas jagung manis yang ditanamn dan umur
tanaman.
Fungsi batang yang berisi berkas-berkas pembuluh adalah
sebagai media pengangkut zat-zat makanan dari atas ke bawah atau
sebaliknya. Zat-zat yang diserap oleh
akar berupa unsur-unsur hara yang diangkut ke atas menuju berkas-berkas
pembuluh menuju daun tanaman untuk selanjutnya dengan proses asimilasi
dihasilkan zat-zat makanan yang dikirim ke berbagai jaringan tanaman.
3.
Daun
Daun jagung merupakan daun sempurna, bentuknya
memanjang. Antara pelepah dan helai daun
terdapat ligula. Tulang daun sejajar
dengan ibu tulang daun. Permukaan daun
ada yang licin dan ada yang berambut.
Stomata pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki famili
Poaceae. Setiap stoma dikelilingi
sel-sel epidermis berbentuk kipas.
Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit
air pada sel-sel daun. Struktur daun
terdiri atas tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun.
Jumlah daun tiap tanaman bervariasi antara 8-48
helai. Ukuran daun berbeda-beda yaitu
panjang antara 30-150 cm dan lebar mencapai 15 cm. letak daun pada batang bersilangan. Daun jagung mempunyai lidah dan telinga daun
yang terletak dipangkal daun. Lidah daun
berfungsi untuk mengatasi masuknya air dari atas (air hujan) kedalam batang
tanaman jagung, sehingga terhindar dari kebusukan. Daun berfungsi sebagai tempat terjadinya
prosesing makanan tanaman (asimilasi), mengatur kelebihan air dan sekaligus
menstabilkan susu yang di butuhkan oleh tanaman, serta sumber zat hijau daun
(klorofil) sebagai organ fotosintesis.
4.
Bunga
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga yang terpisah
dalam satu tanaman. Tiap kuntum bunga
memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh
sepasang glumae (tunggal:gulma). Bunga
jantan tumbuh dibagian puncak tanaman, berupa karangan bunga. Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma
khas.
Bunga betina jagung berupa “tongkol” yang terbungkus
oleh semacam pelepah dengan “rambut”.
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat
menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga
betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan
lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolific. Bunga jantan cenderung siap untuk penyerbukan
2-5 hari lebih daripada bunga betinanya.
Bunga betina terdiri atas sel telur atau ovari yang
dilindungi oleh carpel. Carpel ini tumbuh menjadi
rambut-rambut. Tangkai kepala putik
merupakan rambut atau benang yang berumbai diujung tongkol sehingga kepala
putiknya menggantung diluar tongkol.
Persarian bunga jagung manis terjadi pada pagi hari. Jumlah serbuk sari sekitar 2-5
juta/tanaman. Serbuk sari terbentuk
selama 7-15 hari. Persarian tanaman jagung
manis dibantu oleh angin dan serangga penyerbuk. Persarian silang dapat terjadi pada jarak
sejauh 400m. persarian akan gagal
apabila suhu udara panas dan kering, maka keluarnya serbuk sari berlangsung
cepat, sedangkan rambut tongkol keluarnya lambat.
5.
Bakal biji
Bakal biji yang siap diserbuki ditandai dengan rambut
memanjang dan keluar melalui sela-sela antar tongkol dan kelobot
(pembungkus). Semakin banyak bunga
betina yang siap untuk dibuahi, maka semakin bertambah jumlah rambut yang
keluar melewati ujung tongkol jagung.
Fungsi tongkol jagung adalah sebagai tempat menempelnya
calon biji, tempat menyimpan persediaan makanan, dan tempat lembaga muda (
calon biji ). Proses persarian bunga
jagung berlangsung selama 12-28 jam.
Serbuk sari tumbuh mencapai sel telur dalam bakal biji. Bersatunya sel telur dan sel jantan disebut
pembuahan, yang diikuti dengan perkembangan biji. Mula-mula selama 7-10 hari, perkembangan biji
berlangsung lambat, tetapi setelah itu berlangsung cepat secara linear sampai
berat maksimal.
Pertumbuhan sejak keluar bunga jantan sampai dengan
masaknya biji disebut pertumbuhan generatif.
Lamanya pertumbuhan generatif berlangsung antara 50-55 hari, bergantung
dari jenis atau varietas jagung dan kesuburan tanah. Setiap batang tanaman jagung manis idealnya
dipelihara satu tongkol, bergantung varietas dan kesuburan tanaman. Namun, kadang-kadang ditemukan lebih dari
satu tongkol pertanaman. Anak-anak
tongkol yang tumbuh dibagian bawah sebaiknya dibuang. Buah jagung terdiri atas tongkol, biji, dan
daun pembungkus. Biji jagung mempunyai
bentuk, warna, dan kandungan endosperma yang bervariasi pada jenisnya. Pada umumnya, biji jagung tersususn dalam
barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20
baris biji. Biji jagung manis terdiri
atas tiga bagian utama yaitu kulit biji (seed coat), endosperm, dan
embrio. Biji jagung merupakan organ
generatif untuk memperbanyak tanaman.
2.2 Manfaat Tanaman Jagung
Jagung kaya akan lemak nabati sehingga sering diolah dan
diambil minyaknya yang merupakan sumber asam lemak omega-6 yang bermanfaat
dalam proses pertumbuhan anak, menjaga kesehatan kulit, mencegah penyakit
jantung dan stroke. Selain mengandung
serat yang penting untuk menurunkan kadar kolesterol jagung juga kaya akan asam
folat yang berperan menurunkan kadar homosisten dalam pembuluh darah. Homosisten merupakan suatu jenis asam amino
yang bila kadarnya meningkat dalam darah dapat merusak pembuluh darah sehingga
meningkatkan serangan jantung dan stroke.
Asam folat juga bermanfaat untuk mencegah kerusakan otak bayi saat
kelahiran karena itu pada ibu hamil disarankan untuk mengkonsumsi jagung.
Jagung merupakan sumber thiamin (vitamin B1 ) yang sangat
penting bagi kesehatan sel otak dan fungsi kognitif sebab thiamin dibutuhkan
untuk membentuk acetycholine yang berfungsi memaksimalkan komunikasi antar sel
otak dalam proses berfikir dan konsentrasi jika kadar zat ini menurun maka akan
menyebabkan pikun dan penyakit Alzheimer.
Jagung juga mengandung asam pentotenat (vitamin b5) yang berperan dalam
proses metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak untuk diubah menjadi energi.
Menurut penelitian, jagung banyak mengandung senyawa
fitokimia dalam bentuk terikat yang kekuatan antioksidannya tidak kalah dengan
antioksidan dalam buah dan sayuran.
Komponen fitokimia bermanfaat membantu serat menurunkan resiko kanker
terutama kanker usus. Selain itu proses
pemasakan pada susu yang tinggi (115 0C) dalam waktu lama (10-15
menit) akan meningkatkan aktivitas antioksidan jagung meskipun kandungan
vitamin C-nya berkurang. Proses
pemasakan jagung akan meningkatkan pengeluaran asam ferulat yaitu senyawa
fitokimia yang berperan sebagi antioksidan untuk melawan kanker. Salah satu kelebihan lain jagung adalah
kandungan provitamin A yang tinggi dalam bentuk pigmen. Jagung sangat dorekomendasikan bagi para
perokok karena mengandung betacryptoxanthin yang dapat menurunkan resiko kanker
paru-paru.
2.3
Teknik
Budidaya
2.3.1
Syarat
Tumbuh
Curah hujan ideal sekitar 85-200
mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu
mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim
kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya
akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum
antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun
tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah
antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari
8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan
pembentukan teras dahulu.
Ketinggian
antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.
2.3.2
Syarat Benih
Benih sebaiknya
bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibrida). Daya tumbuh benih lebih dari 90 . kebutuhan benih +20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam
dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/ Lt air semalam).
2.3.3
Pengolahan
Lahan
Lahan
dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak
dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah
dengan bajak
2.3.4
Pemupukan
Pemupukan
dilakukan sebelum tanam dengan memberikan pupuk kompos dan pupuk anorganik
seperti urea, KCl, dan SP36 sebagai pupuk dasar dilakuakn setelah tanam.
2.3.5
Penanaman
2.3.6
Pemeliharaan
Ø
Penyiangan
Ø
Penyiraman
Ø
Pembunbunan
Ø
Penjarangan
2.3.7
Hama dan
Penyakit
1.
Hama
a.
Lalat bibit (Atherigona exigua stein)
Gejala : daun
berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan,
akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau
mati. Penyebab : lalat bibit dengan
cirri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna
pucat cokelat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5
mm. Pengendalian : (1) penanaman
serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera
dicabut dan dimusnahkan. (3) sanitasi kebun. (4) semprot dengan pestona.
b.
Ulat Pemotong
Gejala : tanaman
terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan
pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab : beberapa jenis ulat pemotong
seperti Agrotis ipsilon, Spodoptera litura. Pengendalian : (1) Tanam serentak atau
pergiliran tanaman. (2) cari dan bunuh ulat ulat tersebut (biasanya terdapat
didalam tanah), (3) semprot pestona, vitura, atau virexi.
2.
Penyakit
a.
Penyakit bercak daun
Penyebab : cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala : pada daun tampak bercak memanjang
dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna cokelat, bercak berkembang
dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah,
kemudian berubah warna menjadi cokelat kekuning-kuningan, kemudian berubah
menjadi cokelat tua. Akhirnya seluruh
permukaan daun berwarna cokelat.
Pengendalian : (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak
lembab. (3) preventif diawal dengan GLIO.
b.
Penyakit karat
Penyebab : cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora
Underw. Gejala : pada tanaman dewasa,
daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat
serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini
berkembang dan memenjang. Pengendalian :
(1) mengatur kelembaban. (2) menanam varietas tahan penyakit. (3) sanitasi
kebun. (4) semprot dengan fungisida.
2.3.8
Panen dan
Pasca Panen
1.
Ciri dan Umur Panen
Umur panen +86-96 hari setelah tanam.
Jagung untuk sayur (jagung muda) dipanen sebelum bijinya terisis penuh
(diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus / bakar dipanen ketika matang susu dan
jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah
matang fisiologis.
2.
Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya atau patahkan
tangkai buah jagung.
3.
Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah
pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga
cendawan tidak tumbuh.
4.
Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar matahari (=7-8 hari)
hingga kadar air +9%-11% atau dengan mesin pengering.
5.
Pemipilan
Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat
pemipil jagung.
6.
Penyortiran dan Penggolongan
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau
apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah,
biji hampa, dll). Penyortiran untuk
menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan
kualitas panenan.
2.4
Pupuk (urea, KCl, SP36)
Pemupukan
merupakan salah proses yang dilakukan dalam kegiatan budidaya tanaman untuk
menambah unsure hara yang diperlukan oleh tanaman. Umumnya pupuk yang digunakan
untuk kegiatan budidaya diantaranya :
a.
Urea [(CO(NH2)2]
Urea merupakan pupuk buatan hasil
persenyawaan NH4 (ammonia) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam
dan merupakan ikatan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar
antara 45-46 %. Dalam proses pembuatan Urea sering terbentuk senyawa biuret
yang merupakan racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah yang banyak. Agar
tidak mengganggu kadar biuret dalam Urea harus kurang 1,5-2,0 %. Kandungan N
yang tinggi pada Urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman.
(Ruskandi, 1996).
b.
KCl
Pembuatan pupuk KCl melalui proses
ekstraksi bahan baku (deposit K) yang kemudian diteruskan dengan pemisahan
bahan melalui penyulingan untuk menghasilkan pupuk KCl. Kalium klorida (KCl)
merupakan salah satu jenis pupuk kalium yang juga termasuk pupuk tunggal.
Kalium satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peran utama
kalium ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Kandungan utama dari endapan
tambang kalsium adalah KCl dan sedikit K2SO4. Hal ini
disebabkan karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti kotoran, pupuk
ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O
sampai 60 %. Pupuk Kalium (KCl) berfungsi mengurangi efek negative dari pupuk
N, memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau dan dan dan
karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Kekurangan hara
kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak, proses pengangkutan hara
pernafasan dan fotosintesis terganggu yang pada akhirnya mengurangi produksi.
Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar Magnesium
daun dapat menurun. Kadang-kadang menjadi tingkat terendah sehingga aktivitas
fotosintesa terganggu.
c.
SP-36
SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal
dari batuan fosfat yang ditambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5
SP 36 adalah 46 % yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam air jika
ditambahkan dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman.
Namun kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil,
lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah. (Hakim, dkk, 1986).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Budidaya
Tanaman Pangan dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian selama 3 bulan yang dimulai pada tanggal 13 Maret 2012
sampai tanggal 11 Mei 2012.
1)
13 Maret 2012
Penyiapan lahan dan pembuatan media tanam (menyatukan tanah dengan kompos
2:1) dengan perlakuan P0, P1, P2 dan P3.
2)
16 Maret 2012
Proses penanaman benih pada media tanam, meliputi : pembuatan lubang
tanam sedalam 11 cm, peletakkan benih, pemberian furadan dan penyiraman.
3)
20 Maret 2012
Pengecekkan dan
penyulaman tanaman untuk benih yang tidak tumbuh.
4)
28 Maret 2012
Pengecekkan
kondisi tanaman, penggemburan tanah dan pemberian pupuk. Dengan dosis SP36
(3,75 gr/polibag), KCL (1,8 gr/polibag) dan Urea (3,75 gr/polibag)
5)
30 Mei 2012
Pemeliharaan (penyiraman dan penggemburan), pengukuran (tinggi tanaman
dan jumlah daun) dan penjarangan tanaman serta pemanenan polibag no.1 untuk
kemudian dilakukan pengovenan.
6)
04 April 2012
Pemeliharaan, pengukuran dan pemanenan serta pengovenan polibag no.2
7)
12 April 2012
Pemeliharaan, pengukuran dan pemanenan serta pengovenan polibag no.3
8)
19 April 2012
Pemeliharaan, pengukuran dan pemanenan serta pengovenan polibag no.4
9)
26 April 2012
Pemeliharaan, pengukuran dan pemanenan serta pengovenan polibag no.5
sekaligus penimbangan bobot kering polibag ke 4
10)
04 Mei 2012
Pemeliharaan, pengukuran dan pemanenan serta pengovenan polibag no.6
11)
11 Mei 2012
Pengukuran (tinggi tanaman dan jumlah daun), pemanenan dan pengovenan
polibag 7 dan 8.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
Alat – alat yang digunakan dalam
praktikum Ekologi Tanaman adalah sebagai berikut :
1)
Cangkul
2)
Sekop
3)
Golok
4)
Polibag
5)
Pensil
6)
Gunting
7)
Mistar
8)
Amplop kertas
9)
Isolasi transparan besar
10) Kantong
plastic klip
11) Cutter
12) Leaf
area meter
13) Oven
14) Embrat/gembor
15) Tong
air (penampung)
16) Timbangan
17) Ember
18) Gayung
19) Spidol
20) Self
adhesive label
21) Kertas
22) Sprayer
punggung
3.2.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum Ekologi Tanaman adalah
sebagai berikut :
1)
Media tanam (tanah)
2)
Pupuk (Urea, SP-36, KCL)
3)
Air
4)
Benih jagung (Zea
mays)
5)
Furadan 3-G
3.3 Prosedur Kerja
Langkah – langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan praktikum Ekologi
Tanaman adalah sebagai berikut :
1)
Setiap kelompok praktikum menyiapkan 8 polibag yang
diisi dengan media tanam yang ditentukan. Setiap polibag diberi label sesuai
perlakuan yang telah ditentukan.
2)
Setiap polibag ditempatkan sesuai dengan tata letak
yang telah ditentukan.
3)
Pada setiap polibag tersebut dibuat satu lubang tanam
ditengah – tengahnya dan ditanami benih dengan jumlah tiga biji. Sebelum benih
ditanam, pada setiap lubang tanam diberi furadan 3G.
4)
Setiap tanaman yang tumbuh harus dipelihara, meliputi :
pemupukan, pemeliharaan, penyiangan, pembunbunan dan pengendalian organism
pengganggu tanaman (OPT).
5)
Setiap tanaman harus diamati, meliputi : pengukuran
tinggi tanaman, lus daun, bobot kering (daun, batang, dan akar), setiap minggu
mulai minggu ke-2 (14HST) sampai dengan minggu ke-7 (56HST); dan pada saat
panen yaitu sekitar 90 HST (termasuk komponen hasil : jumlah polong, bobot
kering polong, bobot biji, dan bobot 100 butir biji).
6)
Setiap mahasiswa dalam kelompoknya masing masing
memiliki tanggung jawab yang sama dalam melaksanakan pemeliharaan dan
pengamatan.
7)
Data hasil pengamatan setiap minggu oleh setiap
kelompok harus diserahkan pada minggu tersebut (sebelum dilakukan pengamatan
pada minggu berikutnya) kepada asisten.
8)
Asisten merekap data pengamatan dari setiap kelompok
untuk setiap data pengamatan untuk minggu yang bersangkutan sebelum pengamatan
minggu berikutnya.
3.4 Parameter
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan meliputi informasi tentang pertumbuhan dan
hasil tanaman.
3.4.1 Komponen Pertumbuhan
Komponen pertumbuhan meliputi :
1)
Pertambahan tinggi tanaman
2)
Pertambahan luas daun
3)
Pertambahan bobot kering tanaman (daun batang dan akar)
3.4.2 Komponen Hasil
Komponen hasil meliputi :
1)
Jumlah polong per-tanaman
2)
Bobot polong kering per-tanaman
3)
Jumlah biji pertanaman
4)
Bobot biji kering per-tanaman
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Tabel 1.
Data Pengamatan Tinggi Tanaman
|
|||||||
Umur (HST)
|
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
|||||
kelompok
|
Rata-rata
|
||||||
14 HST
|
P0
|
4.8
|
3
|
14.5
|
18.5
|
5
|
9.16
|
P1
|
4
|
4.5
|
24.2
|
7
|
6
|
9.14
|
|
P2
|
4
|
19
|
28
|
3.5
|
-
|
13.625
|
|
P3
|
3.5
|
22.5
|
8
|
4
|
-
|
9.5
|
|
21 HST
|
P0
|
22
|
21.5
|
26.5
|
18.5
|
20.5
|
21.8
|
P1
|
20
|
19
|
38
|
18.5
|
22
|
23.5
|
|
P2
|
25
|
18
|
24
|
23.7
|
-
|
22.675
|
|
P3
|
25
|
20.7
|
24
|
24
|
-
|
23.425
|
|
28 HST
|
P0
|
21.5
|
17.7
|
22.5
|
23
|
21.5
|
21.24
|
P1
|
20
|
19.5
|
34.5
|
25
|
22
|
24.2
|
|
P2
|
25.5
|
25
|
30
|
23
|
-
|
25.875
|
|
P3
|
23.8
|
23
|
37
|
22
|
-
|
26.45
|
|
35 HST
|
P0
|
27
|
20.5
|
25.5
|
22
|
25
|
24
|
P1
|
22
|
19.6
|
61
|
20
|
23
|
29.12
|
|
P2
|
20.5
|
17
|
34
|
23
|
-
|
23.625
|
|
P3
|
22
|
34
|
24.5
|
24
|
-
|
26.125
|
|
42 HST
|
P0
|
22
|
20.5
|
25
|
26
|
23
|
23.3
|
P1
|
20.8
|
24.5
|
46.5
|
26
|
27
|
28.96
|
|
P2
|
25
|
24.5
|
34
|
22
|
-
|
26.375
|
|
P3
|
31
|
20
|
29
|
23
|
-
|
25.75
|
|
49 HST
|
P0
|
23
|
28
|
25
|
16.5
|
25
|
23.5
|
P1
|
20
|
26.3
|
26.5
|
21
|
26
|
23.96
|
|
P2
|
25.5
|
23
|
34
|
28
|
-
|
27.625
|
|
P3
|
24.2
|
21.7
|
29
|
30
|
-
|
26.225
|
|
56 HST
|
P0
|
40
|
25.5
|
30
|
29.5
|
27
|
30.4
|
P1
|
22.6
|
23.8
|
38.5
|
25
|
23
|
26.58
|
|
P2
|
22
|
34
|
24
|
26
|
-
|
26.5
|
|
P3
|
28.6
|
18.5
|
24.5
|
22.5
|
-
|
23.525
|
|
63 HST
|
P0
|
29
|
21.5
|
18.5
|
25
|
27
|
24.2
|
P1
|
23
|
24
|
48
|
30
|
23
|
29.6
|
|
P2
|
25.5
|
23
|
25
|
25.5
|
-
|
24.75
|
|
P3
|
28
|
14
|
16
|
25
|
-
|
20.75
|
Tabel 2.
Data Pengamatan Jumlah Daun
|
|||||||
Umur (HST)
|
Perlakuan
|
Jumlah Daun
|
|||||
kelompok
|
Rata-rata
|
||||||
14 HST
|
P0
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
P1
|
4
|
3
|
5
|
3
|
4
|
3.8
|
|
P2
|
3
|
4
|
5
|
3
|
-
|
3.75
|
|
P3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
-
|
3
|
|
21 HST
|
P0
|
4
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3.2
|
P1
|
4
|
4
|
6
|
3
|
4
|
4.2
|
|
P2
|
3
|
3
|
4
|
3
|
-
|
3.25
|
|
P3
|
4
|
3
|
5
|
4
|
-
|
4
|
|
28 HST
|
P0
|
4
|
3
|
3
|
3
|
5
|
3.6
|
P1
|
4
|
5
|
5
|
4
|
3
|
4.2
|
|
P2
|
3
|
3
|
4
|
4
|
-
|
3.5
|
|
P3
|
3
|
3
|
5
|
4
|
-
|
3.75
|
|
35 HST
|
P0
|
5
|
3
|
2
|
3
|
4
|
3.4
|
P1
|
4
|
5
|
5
|
4
|
4
|
4.4
|
|
P2
|
3
|
3
|
3
|
5
|
-
|
3.5
|
|
P3
|
3
|
6
|
5
|
5
|
-
|
4.75
|
|
42 HST
|
P0
|
5
|
4
|
2
|
4
|
4
|
3.8
|
P1
|
5
|
5
|
4
|
4
|
3
|
4.2
|
|
P2
|
4
|
3
|
3
|
5
|
-
|
3.75
|
|
P3
|
3
|
4
|
3
|
5
|
-
|
3.75
|
|
49 HST
|
P0
|
4
|
5
|
3
|
3
|
4
|
3.8
|
P1
|
4
|
5
|
4
|
5
|
4
|
4.4
|
|
P2
|
5
|
3
|
3
|
4
|
-
|
3.75
|
|
P3
|
3
|
3
|
5
|
4
|
-
|
3.75
|
|
56 HST
|
P0
|
10
|
3
|
5
|
4
|
3
|
5
|
P1
|
4
|
5
|
4
|
6
|
4
|
4.6
|
|
P2
|
3
|
6
|
5
|
6
|
-
|
5
|
|
P3
|
4
|
4
|
4
|
5
|
-
|
4.25
|
|
63 HST
|
P0
|
8
|
3
|
3
|
4
|
4
|
4.4
|
P1
|
4
|
5
|
6
|
6
|
4
|
5
|
|
P2
|
7
|
3
|
4
|
6
|
-
|
5
|
|
P3
|
3
|
3
|
2
|
5
|
-
|
3.25
|
Tabel 3.
Data
Pengamatan Bobot Kering Tanaman
|
||||||||
Umur (HST)
|
Perlakuan
|
Organ Tanaman
|
Bobot Kering (gr)
|
|||||
Kelompok
|
Rata-rata
|
|||||||
14 HST
|
P0
|
Daun
|
0.06
|
0.0457
|
0.0288
|
0.094
|
0.0974
|
0.06518
|
Batang
|
0.03
|
0.0263
|
0.0166
|
0.043
|
0. 0357
|
0.028975
|
||
Akar
|
0.09
|
0.1114
|
0.0673
|
0.1263
|
0.1055
|
0.1001
|
||
P1
|
Daun
|
0.07
|
0.04
|
0.255
|
0.0637
|
0.1154
|
0.10882
|
|
Batang
|
0.036
|
0.03
|
0.055
|
0.049
|
0.05
|
0.044
|
||
Akar
|
0.02
|
0.03
|
0.192
|
0.108
|
0.1361
|
0.09722
|
||
P2
|
Daun
|
0.06
|
0.0647
|
0.2845
|
0.0433
|
-
|
0.113125
|
|
Batang
|
0.03
|
0.0227
|
0.0657
|
0.0189
|
-
|
0.034325
|
||
Akar
|
0.07
|
0.0727
|
0.152
|
0.1048
|
-
|
0.099875
|
||
P3
|
Daun
|
0.0827
|
0.08
|
0.015
|
0.1153
|
-
|
0.07325
|
|
Batang
|
0.0423
|
0.04
|
0.0085
|
0.0387
|
-
|
0.032375
|
||
Akar
|
0.0795
|
0.09
|
0.053
|
0.1583
|
-
|
0.0952
|
||
21 HST
|
P0
|
Daun
|
0.101
|
0.1892
|
0.1733
|
0.1323
|
0.1233
|
0.14382
|
Batang
|
0.0869
|
0.0904
|
0.1067
|
0.0664
|
0.0593
|
0.08194
|
||
Akar
|
0.1204
|
0.1745
|
0.1229
|
0.132
|
0.1923
|
0.14842
|
||
P1
|
Daun
|
0.1014
|
0.0995
|
1.05
|
0.0999
|
0.1214
|
0.29444
|
|
Batang
|
0.0521
|
0.0643
|
0.53
|
0.047
|
0.0618
|
0.15104
|
||
Akar
|
0.1738
|
0.0648
|
0.38
|
0.0986
|
0.0758
|
0.1586
|
||
P2
|
Daun
|
0.1729
|
0.0755
|
0.142
|
0.2001
|
-
|
0.147625
|
|
Batang
|
0.099
|
0.0452
|
0.0748
|
0.0937
|
-
|
0.078175
|
||
Akar
|
0.1634
|
0.1589
|
0.0748
|
0.1644
|
-
|
0.140375
|
||
P3
|
Daun
|
0.1207
|
0.1283
|
0.1992
|
0.1482
|
-
|
0.1491
|
|
Batang
|
0.1407
|
0.0703
|
0.0953
|
0.0757
|
-
|
0.0955
|
||
Akar
|
0.1651
|
0.1651
|
0.4623
|
0.0636
|
-
|
0.214025
|
||
28 HST
|
P0
|
Daun
|
0.1367
|
0.1367
|
0.1022
|
0.1022
|
0.107
|
0.11696
|
Batang
|
0.0827
|
0.0827
|
0.054
|
0.054
|
0.293
|
0.11328
|
||
Akar
|
0.0799
|
0.0799
|
0.0763
|
0.0763
|
0.205
|
0.10348
|
||
P1
|
Daun
|
0.1506
|
0.1506
|
1.3
|
0.212
|
0.102
|
0.38304
|
|
Batang
|
0.075
|
0.075
|
1.02
|
0.0215
|
0.125
|
0.2633
|
||
Akar
|
0.1534
|
0.1534
|
0.71
|
0.102
|
0.239
|
0.27156
|
||
P2
|
Daun
|
0.1386
|
0.1316
|
0.135
|
0.201
|
-
|
0.15155
|
|
Batang
|
0.1135
|
0.1082
|
0.0855
|
0.0402
|
-
|
0.08685
|
||
Akar
|
0.0759
|
0.1477
|
0.1132
|
0.071
|
-
|
0.10195
|
||
P3
|
Daun
|
0.1307
|
0.1343
|
0.2348
|
0.2
|
-
|
0.17495
|
|
Batang
|
0.083
|
0.0825
|
0.2186
|
0.0312
|
-
|
0.103825
|
||
Akar
|
0.1112
|
0.1617
|
0.4028
|
0.109
|
-
|
0.196175
|
||
35 HST
|
P0
|
Daun
|
0.2
|
0.19
|
0.1525
|
0.1241
|
0.1764
|
0.1686
|
Batang
|
0.1
|
0.034
|
0.0641
|
0.1184
|
0.0748
|
0.07826
|
||
Akar
|
0.21
|
0.16
|
0.1255
|
0.3124
|
0.1561
|
0.1928
|
||
P1
|
Daun
|
0.17
|
0.1
|
1.97
|
0.1659
|
0.1021
|
0.5016
|
|
Batang
|
0.09
|
0.09
|
1.17
|
0.1345
|
0.625
|
0.4219
|
||
Akar
|
0.32
|
0.18
|
1.1
|
0.1157
|
0.719
|
0.48694
|
||
P2
|
Daun
|
0.1
|
0.09
|
0.41
|
0.1418
|
-
|
0.18545
|
|
Batang
|
0.08
|
0.09
|
0.19
|
0.0723
|
-
|
0.108075
|
||
Akar
|
0.1
|
0.01
|
0.65
|
0.1753
|
-
|
0.233825
|
||
P3
|
Daun
|
0.09
|
0.16
|
0.2248
|
0.0982
|
-
|
0.14325
|
|
Batang
|
0.05
|
0.06
|
0.1176
|
0.0573
|
-
|
0.071225
|
||
Akar
|
0.15
|
0.1
|
0.3028
|
0.1175
|
-
|
0.167575
|
||
42 HST
|
P0
|
Daun
|
0.27
|
0.0474
|
0.09
|
0.2113
|
0.2418
|
0.1721
|
Batang
|
0.15
|
0.0818
|
0.06
|
0.1412
|
0.1317
|
0.11294
|
||
Akar
|
0.2
|
0.0683
|
0.1
|
0.2451
|
0.2357
|
0.16982
|
||
P1
|
Daun
|
0.13
|
0.2
|
1.13
|
0.1474
|
0.1736
|
0.3562
|
|
Batang
|
0.03
|
0.06
|
0.83
|
0.0395
|
0.0503
|
0.20196
|
||
Akar
|
0.25
|
0.05
|
0.42
|
0.1099
|
0.0947
|
0.18492
|
||
P2
|
Daun
|
0.15
|
0.19
|
0.3895
|
0.2733
|
-
|
0.2507
|
|
Batang
|
0.12
|
0.09
|
0.1886
|
0.124
|
-
|
0.13065
|
||
Akar
|
0.17
|
0.1
|
0.2418
|
0.3006
|
-
|
0.2031
|
||
P3
|
Daun
|
0.15
|
0.16
|
0.1241
|
0.2617
|
-
|
0.17395
|
|
Batang
|
0.11
|
0.06
|
0.1184
|
0.1992
|
-
|
0.1219
|
||
Akar
|
0.12
|
0.1
|
0.3124
|
0.4422
|
-
|
0.24365
|
||
49 HST
|
P0
|
Daun
|
0.0767
|
0.2381
|
0.2157
|
0.1114
|
0.242
|
0.17678
|
Batang
|
0.0756
|
0.12
|
0.1598
|
0.0704
|
0.0814
|
0.10144
|
||
Akar
|
0.137
|
0.2221
|
0.1221
|
0.159
|
0.242
|
0.17644
|
||
P1
|
Daun
|
0.1754
|
0.1846
|
1.25
|
0.104
|
|
0.4285
|
|
Batang
|
0.0935
|
0.1208
|
0.79
|
0.1483
|
|
0.28815
|
||
Akar
|
0.1754
|
0.2146
|
0.2
|
0.1408
|
|
0.1827
|
||
P2
|
Daun
|
0.1129
|
0.1478
|
0.3015
|
0.1809
|
-
|
0.185775
|
|
Batang
|
0.0934
|
0.1167
|
0.1099
|
0.0672
|
-
|
0.0968
|
||
Akar
|
0.1197
|
0.0794
|
0.1957
|
0.1432
|
-
|
0.1345
|
||
P3
|
Daun
|
0.1346
|
0.1386
|
0.1311
|
0.3452
|
-
|
0.187375
|
|
Batang
|
0.0544
|
0.1003
|
0.1248
|
0.1301
|
-
|
0.1024
|
||
Akar
|
0.1406
|
0.1359
|
0.3324
|
0.1501
|
-
|
0.18975
|
||
56 HST
|
P0
|
Daun
|
1.241
|
0.151
|
0.32
|
0.29
|
0.1225
|
0.4249
|
Batang
|
0.0386
|
0.0394
|
0.17
|
0.46
|
0.0696
|
0.15552
|
||
Akar
|
0.4249
|
0.1612
|
0.16
|
0.24
|
0.1073
|
0.21868
|
||
P1
|
Daun
|
0.1079
|
0.1474
|
0.32
|
0.2123
|
0.2385
|
0.20522
|
|
Batang
|
0.0444
|
0.1132
|
0.17
|
2.005
|
0.1949
|
0.5055
|
||
Akar
|
0.0957
|
0.3365
|
0.16
|
0.4928
|
0.456
|
0.3082
|
||
P2
|
Daun
|
0.149
|
0.97
|
1.4
|
0.2445
|
-
|
0.690875
|
|
Batang
|
0.0446
|
0.5
|
0.63
|
0.1495
|
-
|
0.331025
|
||
Akar
|
0.0796
|
0.31
|
0.12
|
0.1333
|
-
|
0.160725
|
||
P3
|
Daun
|
0.3106
|
0.1
|
0.1541
|
0.4177
|
-
|
0.2456
|
|
Batang
|
0.1671
|
0.12
|
0.1322
|
0.226
|
-
|
0.161325
|
||
Akar
|
0.2421
|
0.2
|
0.1341
|
0.1882
|
-
|
0.1911
|
||
63 HST
|
P0
|
Daun
|
0.2066
|
0.0945
|
0.1057
|
0.1444
|
0.3083
|
0.1719
|
Batang
|
0.0941
|
0.0426
|
0.038
|
0.1416
|
0.1262
|
0.0885
|
||
Akar
|
0.1818
|
0.124
|
0.065
|
0.1094
|
0.3704
|
0.17012
|
||
P1
|
Daun
|
0.2535
|
0.138
|
1.08
|
0.29
|
0.0951
|
0.37132
|
|
Batang
|
0.0803
|
0.0673
|
0.85
|
0.1368
|
0.0787
|
0.24262
|
||
Akar
|
0.1357
|
0.0792
|
1
|
0.3894
|
0.2279
|
0.36644
|
||
P2
|
Daun
|
0.3909
|
0.0822
|
0.1042
|
0.2172
|
-
|
0.198625
|
|
Batang
|
0.2841
|
0.05
|
0.0448
|
0.1372
|
-
|
0.129025
|
||
Akar
|
0.1428
|
0.0655
|
0.3546
|
0.1373
|
-
|
0.17505
|
||
P3
|
Daun
|
0.1477
|
0.0822
|
0.0772
|
0.1691
|
-
|
0.11905
|
|
Batang
|
0.1002
|
0.05
|
0.00181
|
0.0806
|
-
|
0.058153
|
||
Akar
|
0.0643
|
0.0655
|
0.00648
|
0.09
|
-
|
0.05657
|
4.2
Pembahasan
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang keberadaannya sangat dibutuhkan
oleh manusia, khususnya bagi warga Indonesia. Jagung merupakan bahan makanan
pokok kedua setelah padi. Dewasa ini, jagung banyak dimanfaatkan dalam berbagai
bentuk makanan. Jagung dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi.
Ketersediaan unsure hara merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan setiap tanaman. Pemberian pupuk baik organic maupun non organic
dapat menyediakan keperluan unsure hara tersebut.
Pupuk yang umumnya digunakan untuk budidaya adalah pupuk kompos sebagai
pupuk organic dan pupuk non organic seperti urea, KCl, dan SP36.
Pupuk urea dapat menyumbangkan nitrogen untuk tanah, KCl dapat
menyumbangkan kalium, dan SP36 menyumbangkan fosfor. Ketiga unsure hara
tersebut merupakan unsure hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah
yang banyak. Apabila tanaman kekurangan salah satu unsure hara tersebut maka
pertumbuhan tanaman dapat terhambat dan dapat menimbulkan gejala khlorosis pada
bagian tanaman.
Dalam praktikum kali ini, dilakukan pengamatan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung dengan perlakuan pemberian pupuk SP36 dengan dosis
yang berbeda. Perlakuan tersebut meliputi P0 yaitu tanpa pemberian
pupuk, P1 dengan dosis 1,87 gr/polibag, P2 dengan dosis
3,75 gr/polibag, dan P3 dengan dosis 5,6 gr/polibag.
Respon tanaman terhadap pemupukan akan meningkat apabila pemberian pupuk
sesuai dosis, waktu, jenis, dan cara serta sifat tanaman. Pemberian pupuk SP36
juga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Dari hasil pengamatan, pemberian pupuk pada parameter tinggi tanaman
memiliki perbedaaan pengaruh terhadap pertumbuhan, perlakuan P1 yang merupakan
perlakuan dengan dosis 1,87 gr/polibag yang telah dikonfersikan dari dosis 50
gr/ha memberikan pengaruh yang lebih baik daripaa perlakuan lainnya. Tinggi
tanaman dari perlakuan P1 umumnya lebih tinggi daripada perlakuan
yang lainnya. Dalam hal ini pupuk yang digunakan adalah pupuk SP36.
Pada parameter yang kedua yaitu jumlah daun tidak dapat dipastikan secara nyata, dari
semua dosis memberikan pengaruh yang fluktuatif (naik turun) pada setiap
tanaman. Akan tetapi terdapat perbedaan antara
perlakuan P0 yang meruapakan control yang tidak diberi pupuk
dengan ketiga perlakuan lainnya yang mengguanakan pupuk walaupun berbeda dalam
dosis yang diberikan. Tanaman yang diberi pupuk cenderung lebih baik daunnya
dibandingkan dengan tanaman tanpa diberi pupuk.
Sama halnya dengan parameter tinggi tanaman, pada parameter bobot kering
didapatkan hasil bahwa pengaruh dosis pupuk yang paling baik adalah untuk
tanaman jagung (Zea mays) adalah pada
perlakuan P1 yaitu pemberian pupuk pada dengan dosis 1,87
gr/polibag. Parameter bobot kering ini dapat dijadikan acuan sebagai penentu
pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman. Dari keempat perlakuan, perlakuan P1
tersebut menghasilkan tanaman dengan bobot kering yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakaun yang lain.
Dosis pupuk menjadi salah satu penentu suatu pertumbuhan tanaman baik
atau tidak baik pada pertumbuhannya. Dosis menjadi penting karena apabila dosis
yang diberikan pada suatu tanaman tertentu tidak sesuai maka akan mengganggu
pada proses metabolisme dari suatu tanaman tersebut. Kekurangan atau kelebihan
dosis menjadi akan memberikan dampak yang kurang baik terhadap tanaman
tertentu. Dari segi hasil tanaman yang didapat, dosis pupuk juga menentukan.
Jagung sebagai salah satu tanaman pangan dibutuhkanuntuk kebutuhan
manusia, jumlah yang dibutuhkan tersebut juga tidak rendah. Produksi tanaman jagung yang cukup
merupakan hal yang penting. Untuk mendapatka hasil yang maksimal tersebut, maka
budidaya tanaman jagung yang baik harus dilakukan, termasuk di dalamnya
pemberian dosis pupuk yang sesuai.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari hasil pengamatan
dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian pupuk P dengan perlakuan yang berbeda
yaitu P0 tanpa diberi pupuk, P1 dengan dosis 1,87 gr/polibag,
P2 dengan dosis 3,75 gr/polibag dan P3 dengan dosis 5,6
gr/polibag memberikan pengaruh berbeda terhadap pertumbuhan tanaman jagung
manis.
Dari semua perlakuan,
yang memberikan pengaruh lebih baik adalah perlakuan P1. Hal
tersebut dapat dilihat dari kedua parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman dan
bobot kering yang lebih tinggi dari perlakuan lainnya.
5.2 Saran
Dengan hasil pengamatan kali ini, pemberian pupuk yang akan diperlukan
bagi pertumbuhan tanaman harus sesuai dosis, waktu, dan cara. Karena hal
tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, apabila dosis yang diberikan
sesuai maka hasil tanaman yang didapatkan juga akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Gurning, dan Sembiring. 2006. Tanaman Pangan.
Medan : Balai Penelitian Tanaman Pangan.
Mulyadi, mul.
2008. Pupuk dan Cara Pemupukan.
Jakarta : Rineka Cipta
Redaksi agromedia, ”Budidaya jagung” jakarta, Pt agromedia pustaka, 2008.
Semangun, haryono. 2004. Penyakit-penyakit
Tanamna Pangan di Indonesia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Sumaryo suyono,
”Pengaruh Pupuk Dolomit dan Sp-36 terhadap Jumlah Bintil Akar pada Tanaman
Kacang Tanah” 2000. jurnal 1 halaman.
Tjitrosoepomo,
Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta
: GMUP
LAMPIRAN
Lampiran 1-tabel 4
data pengamatan tinggi tanaman kelompok 3
|
||||||||
No Polibag
|
Tinggi Tanaman HST (cm)
|
|||||||
14
|
21
|
28
|
35
|
42
|
49
|
56
|
63
|
|
1
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
5
|
25
|
|
|
|
|
|
|
3
|
4
|
22
|
25.5
|
|
|
|
|
|
4
|
4
|
20.5
|
20.5
|
20.5
|
|
|
|
|
5
|
5.5
|
22.5
|
23.5
|
24.5
|
25
|
|
|
|
6
|
5
|
20.5
|
22.5
|
25
|
25
|
25.5
|
|
|
7
|
3
|
19.5
|
19.5
|
20
|
21
|
21
|
22
|
|
8
|
5
|
22.5
|
24
|
24
|
24
|
25
|
25.5
|
25.5
|
Lampiran 2-tabel 5
data pengamatan jumlah daun kelompok 3
|
||||||||
No Polibag
|
jumlah daun
|
|||||||
14
|
21
|
28
|
35
|
42
|
49
|
56
|
63
|
|
1
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
4
|
3
|
|
|
|
|
|
|
3
|
4
|
3
|
3
|
|
|
|
|
|
4
|
3
|
3
|
2
|
3
|
|
|
|
|
5
|
3
|
4
|
3
|
4
|
4
|
|
|
|
6
|
4
|
3
|
4
|
4
|
4
|
6
|
|
|
7
|
3
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
|
8
|
4
|
4
|
5
|
4
|
5
|
6
|
7
|
7
|
Lampiran
3-tabel 6
Data
pengamatan bobot kering kelompok 3
No Polibag
|
Organ Tanaman
|
Bobot Kering HST (gr)
|
|||||||
14
|
21
|
28
|
35
|
42
|
49
|
56
|
63
|
||
1
|
Daun
|
0.06
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Batang
|
0.03
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Akar
|
0.07
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Daun
|
|
0.1729
|
|
|
|
|
|
|
|
Batang
|
|
0.099
|
|
|
|
|
|
|
|
Akar
|
|
0.1634
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Daun
|
|
|
0.1386
|
|
|
|
|
|
|
Batang
|
|
|
0.1135
|
|
|
|
|
|
|
Akar
|
|
|
0.0759
|
|
|
|
|
|
4
|
Daun
|
|
|
|
0.1
|
|
|
|
|
|
Batang
|
|
|
|
0.08
|
|
|
|
|
|
Akar
|
|
|
|
0.1
|
|
|
|
|
5
|
Daun
|
|
|
|
|
0.15
|
|
|
|
|
Batang
|
|
|
|
|
0.12
|
|
|
|
|
Akar
|
|
|
|
|
0.17
|
|
|
|
6
|
Daun
|
|
|
|
|
|
0.1129
|
|
|
|
Batang
|
|
|
|
|
|
0.094
|
|
|
|
Akar
|
|
|
|
|
|
0.1197
|
|
|
7
|
Daun
|
|
|
|
|
|
|
0.149
|
|
|
Batang
|
|
|
|
|
|
|
0.0446
|
|
|
Akar
|
|
|
|
|
|
|
0.0796
|
|
8
|
Daun
|
|
|
|
|
|
|
|
0.3409
|
|
Batang
|
|
|
|
|
|
|
|
0.2841
|
|
Akar
|
|
|
|
|
|
|
|
0.1428
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar