Translate

Rabu, 06 Juni 2012

laporan budidaya tanaman pangan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman palawija yang layak dijadikan komoditas unggulan agrobisnis tanaman pangan.  Prospek pengembangan jagung juga sangat cerah bagi kehidupan para petani, mengingat kebutuhan manusia terhadap tanaman jagung masih sangat tinggi.  Prospek pengembangan tanaman jagung juga cukup bagus.  Dewasa ini, pengolahan tanaman jauh sudah cukup pesat.  Dengan kemajuan teknologi jagung dapat di olah menjadi berbagai makanan yang tentunya disenangi oleh banyak orang, misalnya saja jagung bakar, pop corn, dan sekarang dikembangkan lagi sweet corn (jagung manis) yang diolah dengan di campur susu, keju, dan bahan lainnya.
Komponen terbesar di dalam biji jagung adalah karbohidrat, terutama berupa pati.  Secara kimia, pati adalah polimer dari unit-unit glukosa dan juga lemak yang berfungsi sebagai bahan cadangan energi.  Pati jagung terdiri dari amilosa dan amilopekti, namun komposisi kedua komponen tersebut berbeda pada setiap varietas, sehingga mempengaruhi sifat gelatinasi masing-masing varietas jagung.
Selain sebagai tanaman pangan bagi manusia, jagung dengan tipe (jenis) tertentu ada pula yang di jadikan makanan untuk burung.  Berbeda dengan tanaman jagung manis, jagung untuk makanan burung jauh lebih kecil ukurannya dan cenderung keras.
Pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman ditentukan oleh beberapa faktor, baik dari faktor dari dalam seperti hormone, dan gen, serta faktor luar atau lingkungan seperti suhu, cahaya, kelembaban, air, tanah, dan unsure hara.
Unsure hara yang diperlukan oleh tanaman berbeda-beda, salah satu unsure hara yang penting yang dibutuhkan oleh tanaman adalah unsure hara P.
Fosfor (P) merupakan salah satu unsure hara makro, yaitu unsure hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang relative besar. Fosfor berfungsi dalam transfer energy, fotosintesis, merangsang pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembentukan biji, merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel.
Kekurangan unsure hara P dapat menimbulkan gejala diantaranya pembentukan buah dan biji berkurang, tanaman menjadi kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan.
Kelebihan unsure hara P juga memberikan efek yang kurang menguntungkan. Atas dasar itu penentuan pemberian unsure hara P yang memberikan pengaruh terbaik bagi pertumbuhan dan hasil tanaman perlu diketahui.

1.2    Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dosis umsur hara P yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1    Sistematika dan Botani Tanaman Jagung
Tanaman jagung termasuk kedalam keluarga (famili) rumput-rumputan (Graminaceae).  Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman jagung di klasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom         :  Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi               :  Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Sub Divisi       :  Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas               :  Monocotyledone ( berkeping satu )
Ordo                :  Graminae ( rumput-rumputan)
Famili              :  Graminaceae
Genus              :  Zea
Spesies            :  Zea mays

Secara morfologi, bagian atau organ-organ penting tanaman jagung adalah sebagai berikut.
1.        Akar
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m.  Akar tanaman jagung manis dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan.  Pada kondisi tanah yang subur dan gembur, jumlah akar tanaman jagung manis cukup banyak, sedangkan pada tanah yang kurang baik akar yang tumbuh jumlahnya terbatas atau sedikit.
Perakaran tanaman jagung manis diawali dengan proses perkecambahan biji.  Pertumbuhan kecambah biji jagung manis dimulai dengan akar kecambah, kemudian diikuti calon batang.  Bersamaan dengan tumbuhnya akar kecambah akan tumbuh pula akar primer yang muncul pada bagian terbawah.  Selanjutnya setelah 10 hari berkecambah akan tumbuh akar adventif yang muncul pada bagian diatasnya.
Akar kecambah dan akar primer tumbuhnya bersifat sementara, sedangkan akar adventif terus tumbuh selama tanaman jagung manis tetap hidup.  Pertumbuhan akar tanaman jagung manis pada umur 4 minggu mencapai kedalaman 45 cm, dan sekitar pangkal batang juga dipadati sejumlah akar dan cabang-cabang akar.  Fungsi akar adventif adalah untuk memperkuat berdirinya dan membantu menyangga tegaknya tanaman jagung dan menambah organ penghisap air dan garam-garam tanah.
2.        Batang
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum.  Batang tanaman jagung manis bentuknya bulat silindris, tidak berlubang, dan beruas-ruas sebanyak 8-20 ruas.  Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.  Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mangandung lignin.  Jumlah ruas tersebut tergantung pada varietas jagung manis yang ditanamn dan umur tanaman.
Fungsi batang yang berisi berkas-berkas pembuluh adalah sebagai media pengangkut zat-zat makanan dari atas ke bawah atau sebaliknya.  Zat-zat yang diserap oleh akar berupa unsur-unsur hara yang diangkut ke atas menuju berkas-berkas pembuluh menuju daun tanaman untuk selanjutnya dengan proses asimilasi dihasilkan zat-zat makanan yang dikirim ke berbagai jaringan tanaman.
3.        Daun
Daun jagung merupakan daun sempurna, bentuknya memanjang.  Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula.  Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.  Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut.  Stomata pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki famili Poaceae.  Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas.  Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.  Struktur daun terdiri atas tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun.
Jumlah daun tiap tanaman bervariasi antara 8-48 helai.  Ukuran daun berbeda-beda yaitu panjang antara 30-150 cm dan lebar mencapai 15 cm.  letak daun pada batang bersilangan.  Daun jagung mempunyai lidah dan telinga daun yang terletak dipangkal daun.  Lidah daun berfungsi untuk mengatasi masuknya air dari atas (air hujan) kedalam batang tanaman jagung, sehingga terhindar dari kebusukan.  Daun berfungsi sebagai tempat terjadinya prosesing makanan tanaman (asimilasi), mengatur kelebihan air dan sekaligus menstabilkan susu yang di butuhkan oleh tanaman, serta sumber zat hijau daun (klorofil) sebagai organ fotosintesis.
4.        Bunga
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga yang terpisah dalam satu tanaman.  Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret.  Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal:gulma).  Bunga jantan tumbuh dibagian puncak tanaman, berupa karangan bunga.  Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas.
Bunga betina jagung berupa “tongkol” yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan “rambut”.  Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.  Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina.  Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolific.  Bunga jantan cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih daripada bunga betinanya.
Bunga betina terdiri atas sel telur atau ovari yang dilindungi oleh carpel.  Carpel ini tumbuh menjadi rambut-rambut.  Tangkai kepala putik merupakan rambut atau benang yang berumbai diujung tongkol sehingga kepala putiknya menggantung diluar tongkol.  Persarian bunga jagung manis terjadi pada pagi hari.  Jumlah serbuk sari sekitar 2-5 juta/tanaman.  Serbuk sari terbentuk selama 7-15 hari.  Persarian tanaman jagung manis dibantu oleh angin dan serangga penyerbuk.  Persarian silang dapat terjadi pada jarak sejauh 400m.  persarian akan gagal apabila suhu udara panas dan kering, maka keluarnya serbuk sari berlangsung cepat, sedangkan rambut tongkol keluarnya lambat.
5.        Bakal biji
Bakal biji yang siap diserbuki ditandai dengan rambut memanjang dan keluar melalui sela-sela antar tongkol dan kelobot (pembungkus).  Semakin banyak bunga betina yang siap untuk dibuahi, maka semakin bertambah jumlah rambut yang keluar melewati ujung tongkol jagung.
Fungsi tongkol jagung adalah sebagai tempat menempelnya calon biji, tempat menyimpan persediaan makanan, dan tempat lembaga muda ( calon biji ).  Proses persarian bunga jagung berlangsung selama 12-28 jam.  Serbuk sari tumbuh mencapai sel telur dalam bakal biji.  Bersatunya sel telur dan sel jantan disebut pembuahan, yang diikuti dengan perkembangan biji.  Mula-mula selama 7-10 hari, perkembangan biji berlangsung lambat, tetapi setelah itu berlangsung cepat secara linear sampai berat maksimal.
Pertumbuhan sejak keluar bunga jantan sampai dengan masaknya biji disebut pertumbuhan generatif.  Lamanya pertumbuhan generatif berlangsung antara 50-55 hari, bergantung dari jenis atau varietas jagung dan kesuburan tanah.  Setiap batang tanaman jagung manis idealnya dipelihara satu tongkol, bergantung varietas dan kesuburan tanaman.  Namun, kadang-kadang ditemukan lebih dari satu tongkol pertanaman.  Anak-anak tongkol yang tumbuh dibagian bawah sebaiknya dibuang.  Buah jagung terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus.  Biji jagung mempunyai bentuk, warna, dan kandungan endosperma yang bervariasi pada jenisnya.  Pada umumnya, biji jagung tersususn dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji.  Biji jagung manis terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit biji (seed coat), endosperm, dan embrio.  Biji jagung merupakan organ generatif untuk memperbanyak tanaman.

2.2    Manfaat Tanaman Jagung
Jagung kaya akan lemak nabati sehingga sering diolah dan diambil minyaknya yang merupakan sumber asam lemak omega-6 yang bermanfaat dalam proses pertumbuhan anak, menjaga kesehatan kulit, mencegah penyakit jantung dan stroke.  Selain mengandung serat yang penting untuk menurunkan kadar kolesterol jagung juga kaya akan asam folat yang berperan menurunkan kadar homosisten dalam pembuluh darah.  Homosisten merupakan suatu jenis asam amino yang bila kadarnya meningkat dalam darah dapat merusak pembuluh darah sehingga meningkatkan serangan jantung dan stroke.  Asam folat juga bermanfaat untuk mencegah kerusakan otak bayi saat kelahiran karena itu pada ibu hamil disarankan untuk mengkonsumsi jagung.
Jagung merupakan sumber thiamin (vitamin B1 ) yang sangat penting bagi kesehatan sel otak dan fungsi kognitif sebab thiamin dibutuhkan untuk membentuk acetycholine yang berfungsi memaksimalkan komunikasi antar sel otak dalam proses berfikir dan konsentrasi jika kadar zat ini menurun maka akan menyebabkan pikun dan penyakit Alzheimer.  Jagung juga mengandung asam pentotenat (vitamin b5) yang berperan dalam proses metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak untuk diubah menjadi energi.
Menurut penelitian, jagung banyak mengandung senyawa fitokimia dalam bentuk terikat yang kekuatan antioksidannya tidak kalah dengan antioksidan dalam buah dan sayuran.  Komponen fitokimia bermanfaat membantu serat menurunkan resiko kanker terutama kanker usus.  Selain itu proses pemasakan pada susu yang tinggi (115 0C) dalam waktu lama (10-15 menit) akan meningkatkan aktivitas antioksidan jagung meskipun kandungan vitamin C-nya berkurang.  Proses pemasakan jagung akan meningkatkan pengeluaran asam ferulat yaitu senyawa fitokimia yang berperan sebagi antioksidan untuk melawan kanker.  Salah satu kelebihan lain jagung adalah kandungan provitamin A yang tinggi dalam bentuk pigmen.  Jagung sangat dorekomendasikan bagi para perokok karena mengandung betacryptoxanthin yang dapat menurunkan resiko kanker paru-paru.

2.3    Teknik Budidaya
2.3.1       Syarat Tumbuh
           Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu.
           Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.
2.3.2       Syarat Benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibrida).  Daya tumbuh benih lebih dari 90 .  kebutuhan benih +20-30 kg/ha.  Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/ Lt air semalam).
2.3.3        Pengolahan Lahan
           Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak
2.3.4       Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebelum tanam dengan memberikan pupuk kompos dan pupuk anorganik seperti urea, KCl, dan SP36 sebagai pupuk dasar dilakuakn setelah tanam.
2.3.5       Penanaman
2.3.6       Pemeliharaan
Ø  Penyiangan
Ø  Penyiraman
Ø  Pembunbunan
Ø  Penjarangan
2.3.7       Hama dan Penyakit
1.      Hama
a.     Lalat bibit (Atherigona exigua stein)
                                                  Gejala : daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati.  Penyebab : lalat bibit dengan cirri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna pucat cokelat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm.  Pengendalian : (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) sanitasi kebun. (4) semprot dengan pestona.
b.     Ulat Pemotong
                                                Gejala : tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh.  Penyebab : beberapa jenis ulat pemotong seperti Agrotis ipsilon, Spodoptera litura.  Pengendalian : (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman. (2) cari dan bunuh ulat ulat tersebut (biasanya terdapat didalam tanah), (3) semprot pestona, vitura, atau virexi.
2.      Penyakit
a.       Penyakit bercak daun
Penyebab : cendawan Helminthosporium turcicum.  Gejala : pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna cokelat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi cokelat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi cokelat tua.   Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna cokelat.  Pengendalian : (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab. (3) preventif diawal dengan GLIO.
b.      Penyakit karat
Penyebab : cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw.  Gejala : pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memenjang.  Pengendalian : (1) mengatur kelembaban. (2) menanam varietas tahan penyakit. (3) sanitasi kebun. (4) semprot dengan fungisida.
2.3.8       Panen dan Pasca Panen
1.        Ciri dan Umur Panen
Umur panen +86-96 hari setelah tanam.  Jagung untuk sayur (jagung muda) dipanen sebelum bijinya terisis penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus / bakar dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.
2.      Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya atau patahkan tangkai buah jagung.
3.      Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.
4.      Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar matahari (=7-8 hari) hingga kadar air +9%-11% atau dengan mesin pengering.
5.      Pemipilan
Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.
6.      Penyortiran dan Penggolongan
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll).  Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.       

2.4     Pupuk (urea, KCl, SP36)
Pemupukan merupakan salah proses yang dilakukan dalam kegiatan budidaya tanaman untuk menambah unsure hara yang diperlukan oleh tanaman. Umumnya pupuk yang digunakan untuk kegiatan budidaya diantaranya :
a.         Urea [(CO(NH2)2]
Urea merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %. Dalam proses pembuatan Urea sering terbentuk senyawa biuret yang merupakan racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah yang banyak. Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam Urea harus kurang 1,5-2,0 %. Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman. (Ruskandi, 1996).
b.        KCl
Pembuatan pupuk KCl melalui proses ekstraksi bahan baku (deposit K) yang kemudian diteruskan dengan pemisahan bahan melalui penyulingan untuk menghasilkan pupuk KCl. Kalium klorida (KCl) merupakan salah satu jenis pupuk kalium yang juga termasuk pupuk tunggal. Kalium satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peran utama kalium ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Kandungan utama dari endapan tambang kalsium adalah KCl dan sedikit K2SO4. Hal ini disebabkan karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60 %. Pupuk Kalium (KCl) berfungsi mengurangi efek negative dari pupuk N, memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau dan dan dan karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak, proses pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis terganggu yang pada akhirnya mengurangi produksi. Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar Magnesium daun dapat menurun. Kadang-kadang menjadi tingkat terendah sehingga aktivitas fotosintesa terganggu.
c.         SP-36
SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang ditambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5 SP 36 adalah 46 % yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam air jika ditambahkan dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman. Namun kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah. (Hakim, dkk, 1986).




























BAB III
METODOLOGI

3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum Budidaya Tanaman Pangan dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Agroekoteknologi Fakultas Pertanian selama 3 bulan yang dimulai pada tanggal 13 Maret 2012 sampai tanggal 11 Mei 2012.
1)        13 Maret 2012
Penyiapan lahan dan pembuatan media tanam (menyatukan tanah dengan kompos 2:1) dengan perlakuan P0, P1, P2 dan P3.
2)        16 Maret 2012
Proses penanaman benih pada media tanam, meliputi : pembuatan lubang tanam sedalam 11 cm, peletakkan benih, pemberian furadan dan penyiraman.
3)        20 Maret 2012
Pengecekkan dan penyulaman tanaman untuk benih yang tidak tumbuh.
4)        28 Maret 2012
Pengecekkan kondisi tanaman, penggemburan tanah dan pemberian pupuk. Dengan dosis SP36 (3,75 gr/polibag), KCL (1,8 gr/polibag) dan Urea (3,75 gr/polibag)
5)        30 Mei 2012
Pemeliharaan (penyiraman dan penggemburan), pengukuran (tinggi tanaman dan jumlah daun) dan penjarangan tanaman serta pemanenan polibag no.1 untuk kemudian dilakukan pengovenan.
6)        04 April 2012
Pemeliharaan, pengukuran dan pemanenan serta pengovenan polibag no.2
7)        12 April 2012
Pemeliharaan, pengukuran dan pemanenan serta pengovenan polibag no.3
8)        19 April 2012
Pemeliharaan, pengukuran dan pemanenan serta pengovenan polibag no.4
9)        26 April 2012
Pemeliharaan, pengukuran dan pemanenan serta pengovenan polibag no.5 sekaligus penimbangan bobot kering polibag ke 4
10)     04 Mei 2012
Pemeliharaan, pengukuran dan pemanenan serta pengovenan polibag no.6
11)     11 Mei 2012
Pengukuran (tinggi tanaman dan jumlah daun), pemanenan dan pengovenan polibag 7 dan 8.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum Ekologi Tanaman adalah sebagai berikut :

1)      Cangkul
2)      Sekop
3)      Golok
4)      Polibag
5)      Pensil
6)      Gunting
7)      Mistar
8)      Amplop kertas
9)      Isolasi transparan besar
10)  Kantong plastic klip
11)  Cutter
12)  Leaf area meter
13)  Oven
14)  Embrat/gembor
15)  Tong air (penampung)
16)  Timbangan
17)  Ember
18)  Gayung
19)  Spidol
20)  Self adhesive label
21)  Kertas
22)  Sprayer punggung

3.2.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum Ekologi Tanaman adalah sebagai berikut :
1)      Media tanam (tanah)
2)      Pupuk (Urea, SP-36, KCL)
3)      Air
4)      Benih jagung (Zea mays)
5)      Furadan 3-G

3.3 Prosedur Kerja
Langkah – langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan praktikum Ekologi Tanaman adalah sebagai berikut :
1)      Setiap kelompok praktikum menyiapkan 8 polibag yang diisi dengan media tanam yang ditentukan. Setiap polibag diberi label sesuai perlakuan yang telah ditentukan.
2)      Setiap polibag ditempatkan sesuai dengan tata letak yang telah ditentukan.
3)      Pada setiap polibag tersebut dibuat satu lubang tanam ditengah – tengahnya dan ditanami benih dengan jumlah tiga biji. Sebelum benih ditanam, pada setiap lubang tanam diberi furadan 3G.
4)      Setiap tanaman yang tumbuh harus dipelihara, meliputi : pemupukan, pemeliharaan, penyiangan, pembunbunan dan pengendalian organism pengganggu tanaman (OPT).
5)      Setiap tanaman harus diamati, meliputi : pengukuran tinggi tanaman, lus daun, bobot kering (daun, batang, dan akar), setiap minggu mulai minggu ke-2 (14HST) sampai dengan minggu ke-7 (56HST); dan pada saat panen yaitu sekitar 90 HST (termasuk komponen hasil : jumlah polong, bobot kering polong, bobot biji, dan bobot 100 butir biji).
6)      Setiap mahasiswa dalam kelompoknya masing masing memiliki tanggung jawab yang sama dalam melaksanakan pemeliharaan dan pengamatan.
7)      Data hasil pengamatan setiap minggu oleh setiap kelompok harus diserahkan pada minggu tersebut (sebelum dilakukan pengamatan pada minggu berikutnya) kepada asisten.
8)      Asisten merekap data pengamatan dari setiap kelompok untuk setiap data pengamatan untuk minggu yang bersangkutan sebelum pengamatan minggu berikutnya.

3.4  Parameter Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan meliputi informasi tentang pertumbuhan dan hasil tanaman.
3.4.1  Komponen Pertumbuhan
Komponen pertumbuhan meliputi :
1)      Pertambahan tinggi tanaman
2)      Pertambahan luas daun
3)      Pertambahan bobot kering tanaman (daun batang dan akar)
3.4.2  Komponen Hasil
Komponen hasil meliputi :
1)      Jumlah polong per-tanaman
2)      Bobot polong kering per-tanaman
3)      Jumlah biji pertanaman
4)      Bobot biji kering per-tanaman





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil Pengamatan
Tabel 1.
Data Pengamatan Tinggi Tanaman












Umur (HST)
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
kelompok
Rata-rata
14 HST
P0
4.8
3
14.5
18.5
5
9.16
P1
4
4.5
24.2
7
6
9.14
P2
4
19
28
3.5
-
13.625
P3
3.5
22.5
8
4
-
9.5
21 HST
P0
22
21.5
26.5
18.5
20.5
21.8
P1
20
19
38
18.5
22
23.5
P2
25
18
24
23.7
-
22.675
P3
25
20.7
24
24
-
23.425
28 HST
P0
21.5
17.7
22.5
23
21.5
21.24
P1
20
19.5
34.5
25
22
24.2
P2
25.5
25
30
23
-
25.875
P3
23.8
23
37
22
-
26.45
35 HST
P0
27
20.5
25.5
22
25
24
P1
22
19.6
61
20
23
29.12
P2
20.5
17
34
23
-
23.625
P3
22
34
24.5
24
-
26.125
42 HST
P0
22
20.5
25
26
23
23.3
P1
20.8
24.5
46.5
26
27
28.96
P2
25
24.5
34
22
-
26.375
P3
31
20
29
23
-
25.75
49 HST
P0
23
28
25
16.5
25
23.5
P1
20
26.3
26.5
21
26
23.96
P2
25.5
23
34
28
-
27.625
P3
24.2
21.7
29
30
-
26.225
56 HST
P0
40
25.5
30
29.5
27
30.4
P1
22.6
23.8
38.5
25
23
26.58
P2
22
34
24
26
-
26.5
P3
28.6
18.5
24.5
22.5
-
23.525
63 HST
P0
29
21.5
18.5
25
27
24.2
P1
23
24
48
30
23
29.6
P2
25.5
23
25
25.5
-
24.75
P3
28
14
16
25
-
20.75

Tabel 2.
Data Pengamatan Jumlah Daun












Umur (HST)
Perlakuan
Jumlah Daun
kelompok
Rata-rata
14 HST
P0
3
3
3
3
3
3
P1
4
3
5
3
4
3.8
P2
3
4
5
3
-
3.75
P3
3
3
3
3
-
3
21 HST
P0
4
3
3
3
3
3.2
P1
4
4
6
3
4
4.2
P2
3
3
4
3
-
3.25
P3
4
3
5
4
-
4
28 HST
P0
4
3
3
3
5
3.6
P1
4
5
5
4
3
4.2
P2
3
3
4
4
-
3.5
P3
3
3
5
4
-
3.75
35 HST
P0
5
3
2
3
4
3.4
P1
4
5
5
4
4
4.4
P2
3
3
3
5
-
3.5
P3
3
6
5
5
-
4.75
42 HST
P0
5
4
2
4
4
3.8
P1
5
5
4
4
3
4.2
P2
4
3
3
5
-
3.75
P3
3
4
3
5
-
3.75
49 HST
P0
4
5
3
3
4
3.8
P1
4
5
4
5
4
4.4
P2
5
3
3
4
-
3.75
P3
3
3
5
4
-
3.75
56 HST
P0
10
3
5
4
3
5
P1
4
5
4
6
4
4.6
P2
3
6
5
6
-
5
P3
4
4
4
5
-
4.25
63 HST
P0
8
3
3
4
4
4.4
P1
4
5
6
6
4
5
P2
7
3
4
6
-
5
P3
3
3
2
5
-
3.25

           Tabel 3.
        Data Pengamatan Bobot Kering Tanaman














Umur (HST)
Perlakuan
Organ Tanaman
Bobot Kering (gr)
Kelompok
Rata-rata
14 HST
P0
Daun
0.06
0.0457
0.0288
0.094
0.0974
0.06518
Batang
0.03
0.0263
0.0166
0.043
0. 0357
0.028975
Akar
0.09
0.1114
0.0673
0.1263
0.1055
0.1001
P1
Daun
0.07
0.04
0.255
0.0637
0.1154
0.10882
Batang
0.036
0.03
0.055
0.049
0.05
0.044
Akar
0.02
0.03
0.192
0.108
0.1361
0.09722
P2
Daun
0.06
0.0647
0.2845
0.0433
-
0.113125
Batang
0.03
0.0227
0.0657
0.0189
-
0.034325
Akar
0.07
0.0727
0.152
0.1048
-
0.099875
P3
Daun
0.0827
0.08
0.015
0.1153
-
0.07325
Batang
0.0423
0.04
0.0085
0.0387
-
0.032375
Akar
0.0795
0.09
0.053
0.1583
-
0.0952
21 HST
P0
Daun
0.101
0.1892
0.1733
0.1323
0.1233
0.14382
Batang
0.0869
0.0904
0.1067
0.0664
0.0593
0.08194
Akar
0.1204
0.1745
0.1229
0.132
0.1923
0.14842
P1
Daun
0.1014
0.0995
1.05
0.0999
0.1214
0.29444
Batang
0.0521
0.0643
0.53
0.047
0.0618
0.15104
Akar
0.1738
0.0648
0.38
0.0986
0.0758
0.1586
P2
Daun
0.1729
0.0755
0.142
0.2001
-
0.147625
Batang
0.099
0.0452
0.0748
0.0937
-
0.078175
Akar
0.1634
0.1589
0.0748
0.1644
-
0.140375
P3
Daun
0.1207
0.1283
0.1992
0.1482
-
0.1491
Batang
0.1407
0.0703
0.0953
0.0757
-
0.0955
Akar
0.1651
0.1651
0.4623
0.0636
-
0.214025
28 HST
P0
Daun
0.1367
0.1367
0.1022
0.1022
0.107
0.11696
Batang
0.0827
0.0827
0.054
0.054
0.293
0.11328
Akar
0.0799
0.0799
0.0763
0.0763
0.205
0.10348
P1
Daun
0.1506
0.1506
1.3
0.212
0.102
0.38304
Batang
0.075
0.075
1.02
0.0215
0.125
0.2633
Akar
0.1534
0.1534
0.71
0.102
0.239
0.27156
P2
Daun
0.1386
0.1316
0.135
0.201
-
0.15155
Batang
0.1135
0.1082
0.0855
0.0402
-
0.08685
Akar
0.0759
0.1477
0.1132
0.071
-
0.10195
P3
Daun
0.1307
0.1343
0.2348
0.2
-
0.17495
Batang
0.083
0.0825
0.2186
0.0312
-
0.103825
Akar
0.1112
0.1617
0.4028
0.109
-
0.196175
35 HST
P0
Daun
0.2
0.19
0.1525
0.1241
0.1764
0.1686
Batang
0.1
0.034
0.0641
0.1184
0.0748
0.07826
Akar
0.21
0.16
0.1255
0.3124
0.1561
0.1928
P1
Daun
0.17
0.1
1.97
0.1659
0.1021
0.5016
Batang
0.09
0.09
1.17
0.1345
0.625
0.4219
Akar
0.32
0.18
1.1
0.1157
0.719
0.48694
P2
Daun
0.1
0.09
0.41
0.1418
-
0.18545
Batang
0.08
0.09
0.19
0.0723
-
0.108075
Akar
0.1
0.01
0.65
0.1753
-
0.233825
P3
Daun
0.09
0.16
0.2248
0.0982
-
0.14325
Batang
0.05
0.06
0.1176
0.0573
-
0.071225
Akar
0.15
0.1
0.3028
0.1175
-
0.167575
42 HST
P0
Daun
0.27
0.0474
0.09
0.2113
0.2418
0.1721
Batang
0.15
0.0818
0.06
0.1412
0.1317
0.11294
Akar
0.2
0.0683
0.1
0.2451
0.2357
0.16982
P1
Daun
0.13
0.2
1.13
0.1474
0.1736
0.3562
Batang
0.03
0.06
0.83
0.0395
0.0503
0.20196
Akar
0.25
0.05
0.42
0.1099
0.0947
0.18492
P2
Daun
0.15
0.19
0.3895
0.2733
-
0.2507
Batang
0.12
0.09
0.1886
0.124
-
0.13065
Akar
0.17
0.1
0.2418
0.3006
-
0.2031
P3
Daun
0.15
0.16
0.1241
0.2617
-
0.17395
Batang
0.11
0.06
0.1184
0.1992
-
0.1219
Akar
0.12
0.1
0.3124
0.4422
-
0.24365
49 HST
P0
Daun
0.0767
0.2381
0.2157
0.1114
0.242
0.17678
Batang
0.0756
0.12
0.1598
0.0704
0.0814
0.10144
Akar
0.137
0.2221
0.1221
0.159
0.242
0.17644
P1
Daun
0.1754
0.1846
1.25
0.104

0.4285
Batang
0.0935
0.1208
0.79
0.1483

0.28815
Akar
0.1754
0.2146
0.2
0.1408

0.1827
P2
Daun
0.1129
0.1478
0.3015
0.1809
-
0.185775
Batang
0.0934
0.1167
0.1099
0.0672
-
0.0968
Akar
0.1197
0.0794
0.1957
0.1432
-
0.1345
P3
Daun
0.1346
0.1386
0.1311
0.3452
-
0.187375
Batang
0.0544
0.1003
0.1248
0.1301
-
0.1024
Akar
0.1406
0.1359
0.3324
0.1501
-
0.18975
56 HST
P0
Daun
1.241
0.151
0.32
0.29
0.1225
0.4249
Batang
0.0386
0.0394
0.17
0.46
0.0696
0.15552
Akar
0.4249
0.1612
0.16
0.24
0.1073
0.21868
P1
Daun
0.1079
0.1474
0.32
0.2123
0.2385
0.20522
Batang
0.0444
0.1132
0.17
2.005
0.1949
0.5055
Akar
0.0957
0.3365
0.16
0.4928
0.456
0.3082
P2
Daun
0.149
0.97
1.4
0.2445
-
0.690875
Batang
0.0446
0.5
0.63
0.1495
-
0.331025
Akar
0.0796
0.31
0.12
0.1333
-
0.160725
P3
Daun
0.3106
0.1
0.1541
0.4177
-
0.2456
Batang
0.1671
0.12
0.1322
0.226
-
0.161325
Akar
0.2421
0.2
0.1341
0.1882
-
0.1911
63 HST
P0
Daun
0.2066
0.0945
0.1057
0.1444
0.3083
0.1719
Batang
0.0941
0.0426
0.038
0.1416
0.1262
0.0885
Akar
0.1818
0.124
0.065
0.1094
0.3704
0.17012
P1
Daun
0.2535
0.138
1.08
0.29
0.0951
0.37132
Batang
0.0803
0.0673
0.85
0.1368
0.0787
0.24262
Akar
0.1357
0.0792
1
0.3894
0.2279
0.36644
P2
Daun
0.3909
0.0822
0.1042
0.2172
-
0.198625
Batang
0.2841
0.05
0.0448
0.1372
-
0.129025
Akar
0.1428
0.0655
0.3546
0.1373
-
0.17505
P3
Daun
0.1477
0.0822
0.0772
0.1691
-
0.11905
Batang
0.1002
0.05
0.00181
0.0806
-
0.058153
Akar
0.0643
0.0655
0.00648
0.09
-
0.05657

4.2  Pembahasan
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh manusia, khususnya bagi warga Indonesia. Jagung merupakan bahan makanan pokok kedua setelah padi. Dewasa ini, jagung banyak dimanfaatkan dalam berbagai bentuk makanan. Jagung dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi.
Ketersediaan unsure hara merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan setiap tanaman. Pemberian pupuk baik organic maupun non organic dapat menyediakan keperluan unsure hara tersebut.
Pupuk yang umumnya digunakan untuk budidaya adalah pupuk kompos sebagai pupuk organic dan pupuk non organic seperti urea, KCl, dan SP36.
Pupuk urea dapat menyumbangkan nitrogen untuk tanah, KCl dapat menyumbangkan kalium, dan SP36 menyumbangkan fosfor. Ketiga unsure hara tersebut merupakan unsure hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang banyak. Apabila tanaman kekurangan salah satu unsure hara tersebut maka pertumbuhan tanaman dapat terhambat dan dapat menimbulkan gejala khlorosis pada bagian tanaman.
Dalam praktikum kali ini, dilakukan pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dengan perlakuan pemberian pupuk SP36 dengan dosis yang berbeda. Perlakuan tersebut meliputi P0 yaitu tanpa pemberian pupuk, P1 dengan dosis 1,87 gr/polibag, P2 dengan dosis 3,75 gr/polibag, dan P3 dengan dosis 5,6 gr/polibag.
Respon tanaman terhadap pemupukan akan meningkat apabila pemberian pupuk sesuai dosis, waktu, jenis, dan cara serta sifat tanaman. Pemberian pupuk SP36 juga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Dari hasil pengamatan, pemberian pupuk pada parameter tinggi tanaman memiliki perbedaaan pengaruh terhadap pertumbuhan, perlakuan P1 yang merupakan perlakuan dengan dosis 1,87 gr/polibag yang telah dikonfersikan dari dosis 50 gr/ha memberikan pengaruh yang lebih baik daripaa perlakuan lainnya. Tinggi tanaman dari perlakuan P1 umumnya lebih tinggi daripada perlakuan yang lainnya. Dalam hal ini pupuk yang digunakan adalah pupuk SP36.
Pada parameter yang kedua yaitu jumlah daun  tidak dapat dipastikan secara nyata, dari semua dosis memberikan pengaruh yang fluktuatif (naik turun) pada setiap tanaman. Akan tetapi terdapat perbedaan antara  perlakuan P0 yang meruapakan control yang tidak diberi pupuk dengan ketiga perlakuan lainnya yang mengguanakan pupuk walaupun berbeda dalam dosis yang diberikan. Tanaman yang diberi pupuk cenderung lebih baik daunnya dibandingkan dengan tanaman tanpa diberi pupuk.
Sama halnya dengan parameter tinggi tanaman, pada parameter bobot kering didapatkan hasil bahwa pengaruh dosis pupuk yang paling baik adalah untuk tanaman jagung (Zea mays) adalah pada perlakuan P1 yaitu pemberian pupuk pada dengan dosis 1,87 gr/polibag. Parameter bobot kering ini dapat dijadikan acuan sebagai penentu pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman. Dari keempat perlakuan, perlakuan P1 tersebut menghasilkan tanaman dengan bobot kering yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakaun yang lain.
Dosis pupuk menjadi salah satu penentu suatu pertumbuhan tanaman baik atau tidak baik pada pertumbuhannya. Dosis menjadi penting karena apabila dosis yang diberikan pada suatu tanaman tertentu tidak sesuai maka akan mengganggu pada proses metabolisme dari suatu tanaman tersebut. Kekurangan atau kelebihan dosis menjadi akan memberikan dampak yang kurang baik terhadap tanaman tertentu. Dari segi hasil tanaman yang didapat, dosis pupuk juga menentukan.
Jagung sebagai salah satu tanaman pangan dibutuhkanuntuk kebutuhan manusia, jumlah yang dibutuhkan tersebut juga tidak  rendah. Produksi tanaman jagung yang cukup merupakan hal yang penting. Untuk mendapatka hasil yang maksimal tersebut, maka budidaya tanaman jagung yang baik harus dilakukan, termasuk di dalamnya pemberian dosis pupuk yang sesuai.











BAB V
PENUTUP

5.1    Simpulan
Dari hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian pupuk P dengan perlakuan yang berbeda yaitu P0 tanpa diberi pupuk, P1 dengan dosis 1,87 gr/polibag, P2 dengan dosis 3,75 gr/polibag dan P3 dengan dosis 5,6 gr/polibag memberikan pengaruh berbeda terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis.
Dari semua perlakuan, yang memberikan pengaruh lebih baik adalah perlakuan P1. Hal tersebut dapat dilihat dari kedua parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman dan bobot kering yang lebih tinggi dari perlakuan lainnya.

5.2    Saran
Dengan hasil pengamatan kali ini, pemberian pupuk yang akan diperlukan bagi pertumbuhan tanaman harus sesuai dosis, waktu, dan cara. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, apabila dosis yang diberikan sesuai maka hasil tanaman yang didapatkan juga akan lebih baik.


















DAFTAR PUSTAKA




Gurning, dan Sembiring. 2006. Tanaman Pangan. Medan : Balai Penelitian Tanaman Pangan.
Mulyadi, mul. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : Rineka Cipta
Redaksi agromedia, ”Budidaya jagung” jakarta, Pt agromedia pustaka, 2008.
Semangun, haryono. 2004. Penyakit-penyakit Tanamna Pangan di Indonesia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Sumaryo suyono, ”Pengaruh Pupuk Dolomit dan Sp-36 terhadap Jumlah Bintil Akar pada Tanaman Kacang Tanah”  2000. jurnal 1 halaman.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : GMUP


























LAMPIRAN

Lampiran 1-tabel 4
data pengamatan tinggi tanaman kelompok 3














No Polibag
Tinggi Tanaman HST (cm)
14
21
28
35
42
49
56
63
1
4







2
5
25






3
4
22
25.5





4
4
20.5
20.5
20.5




5
5.5
22.5
23.5
24.5
25



6
5
20.5
22.5
25
25
25.5


7
3
19.5
19.5
20
21
21
22

8
5
22.5
24
24
24
25
25.5
25.5



Lampiran 2-tabel 5
data pengamatan jumlah daun kelompok 3














No Polibag
jumlah daun
14
21
28
35
42
49
56
63
1
3







2
4
3






3
4
3
3





4
3
3
2
3




5
3
4
3
4
4



6
4
3
4
4
4
6


7
3
2
3
3
3
3
3

8
4
4
5
4
5
6
7
7




Lampiran 3-tabel 6
Data pengamatan bobot kering kelompok 3
No Polibag
Organ Tanaman
Bobot Kering HST (gr)
14
21
28
35
42
49
56
63
1
Daun
0.06








Batang
0.03








Akar
0.07







2
Daun

0.1729







Batang

0.099







Akar

0.1634






3
Daun


0.1386






Batang


0.1135






Akar


0.0759





4
Daun



0.1





Batang



0.08





Akar



0.1




5
Daun




0.15




Batang




0.12




Akar




0.17



6
Daun





0.1129



Batang





0.094



Akar





0.1197


7
Daun






0.149


Batang






0.0446


Akar






0.0796

8
Daun







0.3409

Batang







0.2841

Akar







0.1428



Tidak ada komentar:

Posting Komentar