Translate
Selasa, 30 Juli 2013
PPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATARBELAKANG
Indonesia merupakan salah satu
Negara pengimpor beras terbesar di dunia. Hal tersebut ditunjukkan dengan data
yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik. BPS mencatat nilai impor beras
Indonesia pada tahun 2012 telah mencapai USD 829 juta atau sekitar Rp 7,04
triliun rupiah. Uang tersebut digunakan
pemerintah untuk mendatangkan sebanyak 1,57 juta ton beras dari Vietnam
(892,9 ribu ton), Thailand (665,8 ribu ton), Cina (1.869 ton), India (1.146
ton), Pakistan (3,2 ribu ton), dan beberapa negara lain (3,2 ribu ton).
Sungguh memprihatinkan karena
faktanya Indonesia merupakan Negara agraris, Negara yang berada di garis
khatulistiwa yang berarti Negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah.
Bahkan Indonesia dikenal dengan istilah menanam tongkat kayupun dapat tumbuh
menjadi tanaman. Betapa kayanya alam Indonesia. Namun mengapa impor beras dari
tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan?
Salah satu penyebabnya adalah
kurangnya sumberdaya manusia yang berkompeten di bidang pertanian. Masih
banyaknya petani padi yang menggunakan teknologi manual serta kurangnya
pemahaman masyarakat akan pertanian. Olehkarena itu pemerintah mengadakan
program pengenalan teknologi pertanian terpadu melalui beberapa kegiatan, yaitu
kegiatan penyuluhan rutin, SL PHT, SLPTT dan lain lain.
Salah
satu kegiatan yang banyak dilakukan saat ini adalah SLPTT padi sawah. SLPTT
merupakan salahsatu program pengembangan sumberdaya manusia di bidang
pertanian. SLPTT sendiri terdiri dari serangkaian kegiatan berupa pemberian
materi atau pembelajaran untuk petani mengenai cara serta teknik penanaman
dengan tujuan agar hasil yang diperoleh lebih maksimal dengan memanfaatkan
teknologi tepat secara terpadu. Materi yang disampaikan berkaitan dengan
pengelolaan hama, teknik penanaman dan pemeliharaan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apakah
yang dimaksud dengan PTT dan tujuannya?
b. Apakah
saja komponen yang ada dalam PTT?
c. Bagaimana
cara pengeloaan tanaman menggunakan system PTT?
d. Bagaimanakah
pelaksanaan kegiatan SLPTT?
1.3 TUJUAN
a. Untuk
mengetahui apa pengertian dari PTT dan tujuannya
b. Untuk
mengetahui komponen dalam PTT
c. Untuk
mengetahui cara pengeloaan tanaman menggunakan system PTT
d. Untuk
lebih memahami pelaksanaan kegiatan SLPTT
1.4 MANFAAT
a. Masyarakat
dapat lebih memahami cara pengeloaan tanaman secara terpadu
b. Masyarakat
dapat mengaplikasikan PTT berdasarkan SLPTT yang telah diikuti
c. Maningkatnya
hasil pertanian, terutama padi
BAB 2
ISI
2.1
DEFINISI PTT
PTT
merupakan cara budidaya yang baik untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan
menerapkan beberapa teknologi tepat secara terpadu. PTT juga merupakan sebuah
inovasi untuk menunjang peningkatan produksi padi. Hal tersebut
dilatarbelakangi karena beras merupaka bahan pangan yang berasal dari padi yang
merupakan bahan pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena
itu sebagai bahan pangan pokok utama padi memegang posisi yang strategis untuk
dikembangkan.
PTT padi sawah adalah suatu pendekatan inovatif
dalam upaya peningkatan efisiensi usaha tani padi sawah dengan menggabungkan
berbagai komponen teknologi yang saling menunjang dan dengan memperhatikan
penggunaan sumber daya alam secara bijak agar memberikan pengaruh yang lebih
baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Komponen teknologi yang
diterapkan dalam PTT padi dikelompokkan kedalam kelompok dasar dan komponen
pilihan. Komponen teknologi dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan disemua
lokasi padi sawah penerapan komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi,
kemauan dan kemampuan petani setempat.
Sebagai salah
satu upaya maupun inovasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman penerapan
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah didasarkan pada lima prinsip,
yaitu :
1)
Terpadu
PTT merupakan teknologi maupun paket teknologi,
tetapi merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, lahan dan air dapat
dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.
2)
Sinergis
PTT
memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang
saling mendukung antar komponen teknologi.
3)
Spesifik lokasi
PTT memperhatikan kesesuaian
teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani
4)
Partisipatif
PTT berarti petani turut berperan serta menguji
dan memilih teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat serta kemampuan petani melalui
proses pembelajaran dalam bentuk labolatorium lapang ( LL ).
5)
Dinamis
PTT berarti menerapkan teknologi yang selalu disesuaikan dengan
perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi social ekonomi setempat.
Dalam penerapan
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah tidak lagi dikenal rekomendasi
untuk diterapkan secara nasional karena petani secara bertahap dapat memilih
sendiri komponen teknologi yang paling sesuai dengan kemampuan petani dan
keadaan setempat untuk diterapkan dengan mengutamakan efisiensi biaya produksi
dan komponen teknologi yang saling menunjang untuk diterapkan.
2.2 KOMPONEN TEKNOLOGI PTT
Komponen teknologi yang diterapkan
dalam PTT dikelompokkan kedalam teknologi dasar dan pilihan. Komponen teknologi
dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan disemua lokasi padi sawah. Penerapan
komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani
setempat.
2.2.1 Komponen
Teknologi Dasar
Komponen
teknologi dasar adalah sekumpulan teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan
semuanya sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi dengan input yang
efisien sebagaimana menjadi tujuan dari PTT. Komponen teknologi dasar PTT
(Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah meliputi :
a.
VUB
(Varietas Unggul Baru)
Varietas unggul
baru (VUB) umumnya memiliki syarat sebagai berikut :
·
Hasil maksimal
·
Tahan terhadap hama dan penyakit
·
Respon terhadap pupuk
·
Tahan rebah
·
Jumlah anakan banyak (40-50)
VUB dapat berupa padi inbrida seperti ciherang dan mekongga, atau padi
hibrida seperti rokan, hipa 3, bernas super dan intani. Berikut adalah beberapa
padi VUB serta karakteristiknya:
Varietas
|
Produktivitas
(ton/ha)
|
Umur
Tanaman
|
Ketahanan
terhadap Haman dan Penyakit
|
Tekstur
Nasi
|
IR-64
|
5,0 – 6,0
|
110 - 120
|
Tahan wereng coklat biotipe 1, 2
dan agak tahan wereng biotipe 3.
|
Pulen
|
Ciherang
|
6,0 – 8,5
|
116 - 125
|
Tahan wereng coklat biotipe 2 dan
agak tahan biotipe 3 dan tahan hawar
daun.
|
Pulen
|
Ciliwung
|
5,0 – 6,0
|
117 - 125
|
Tahan wereng coklat biotipe 1, 2,
wereng hijau, ganjur, tahan tungro dan hawar daun bakteri
|
Pulen
|
Mekongga
|
6,0 – 8,4
|
116 - 125
|
Agak tahan wereng coklat biotipe
2,3, agak tahan hawar daun, bakteri biotipe strain IV
|
Pulen
|
INPARI 1
|
6,0 – 7,3
|
108
|
Tahan wereng coklat biotipe 2 dan
agak tahan wereng coklat biotipe 3 dan tahan hawar daun bakteri
|
Pulen
|
INPARI 6
|
8,6
|
118
|
Tahan rebah, tahan wereng batang
coklat biotipe 2 dan 3 serta tahan hawar dan bakteri strain III, IV dan VIII
|
Sangat
Pulen
|
INPARA 1
|
Rawa
lebak : 5,56
Rawa
Pasang : 4,45
|
131
|
Toleran keracunan Fe dan Al, agak
tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2, tahan penyakit hawar daun bakteri dan
blass
|
Pera
|
INPARA 2
|
Rawa
lebak : 5,49
Rawa
Pasang : 4,82
|
128
|
Agak tahan wereng batang coklat
biotupe 2, tahan hawar daun dan blass, toleran keracunan Fe dan Al.
|
Pulen
|
INPARA 3
|
4,6
|
127
|
Agak tahan wereng coklat biotipe
3, tahan terhadap blass ras 101, 123, 141, 373; peka terhadap hawar daun
bakteri, agak toleran rendaman selama 6 hari pada fase vegetative.
|
Pulen
|
b.
Benih Bermutu
dan Berlebel
Benih bermutu
merupakan benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi, berukuran
penuh dan seragam, daya kecambah diatas 80 % (vigor tinggi), bebas dari biji
gulma, penyakit dan hama atau bahan lain. Gunakan selalu benih yang telah
memiliki sertifikasi atau label untuk mendapatkan benih dengan tingkat
kemurnian tinggi dan berkualitas atau benih bermutu yang diproduksi oleh
petani. Keuntungan lain menggunakan benih bermutu adalah sebagai berikut :
1)
Benih tumbuh dengan cepat dan serempak
2)
Menghasilkan bibit yang tegar dan sehat
3)
Bibit tumbuh lebih cepat
4)
Jumlah tanaman optimum, sehingga hasil tinggi
Untuk menguji mutu
benih dapat dilakukan melalui :
1) Benih
Padi Inbrida, dengan melakukan teknok pengapungan, dilakukan dengan menggunkan
garam dapu (30gr/liter air), atau larutan pupuk Za (20 – 30 gr/liter air).
Volume larutan 2 kali volume benih, benih yang tenggelam digunakan, sedangkan
yang terapung dibuang.
2) Benih
Padi Hibrida, dengan melakukan uji daya kecambah.
Gambar 1. Uji kebernasan benih menggunakan garam dapur
c.
Pemberian
Bahan Organik
Pemberian bahan organic berupa sisa tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau
dan kompos (humus) merupakan unsure utama pupuk organic yang dapat berbentuk
padat atau cair. Manfaatnya adalah untuk memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan
biologi tanah.
Persyaratan teknis pupuk organic mengacu pada Permentan No. 02/2006,
kecuali diproduksi untuk keperluan sendiri. Sedangkan takaran pupuk oeganik
mengacu pada Permentan No. 40/2007 tentang pemupukan spesipikasi.
d.
Pengaturan
Populasi Tanaman
Sampai batas tertentu, semakin tinggi populasi tanaman semakin banyak
jumlah malai persatuan luas sehingga berpeluang menaikkan hasil panen.
Penanaman yang disarankan adalah menggunakan system jajar legowo 2:1 atau 4:1.
Hal ini disarankan karena populasi tanaman lebih banyak dan produksinya lebih
tinggi dibanding dengan system tegel.
Gambar 2. Ilustrasi jarak tanam jajar legowo 2:1
Gambar 3. Tanaman padi dengan system tanam jajar
legowo 2:1
Berikut merupakan kelebihan
manggunakan cara tanam jajar legowo, antara lain:
1) Rumpun
tanaman yang berada pada bagian pinggir lebih banyak
2) Terdapat
ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpulan keong mas atau untuk
mina padi
3) Pengendalian
hama, penyakit dan gulma lebih mudah
4) Pada
tahap awal areal pertanaman lebih terang, sehingga kurang disenangi tikus
5) Penggunaan
pupuk lebih berdaya guna
e.
Pemupukan
Berdasarkan Kebutuhan Tanaman dan Status Hara Tanah
Pupuk berperan
sebagai bahan makanan tanaman. Pemupukan penting untuk dilakukan, namun dalam
pelaksanaannya harus memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah pelaksanaan
pemberian pupuk berimbang. Pupuk berimbang harus memenuhi 5 tepat, yaitu tepat
dosis, tepat cara, tepat waktu, tepat sasaran dan tepat jenis. Dalam menetapkan
dosis pupuk yaitu salah satunya untuk unsure hara N dapat dilakukan dengan cara
menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Nilai pembacaan BWD digunakan untuk
mengoreksi dosis pupuk N agar sesuai dengan kondisi tanaman.
Gambar 4. Penggunaan BWD untuk mengetahui dosis
pupuk N yang dibutuhkan
Pupuk awal N
diberikan pada umur sebelum 14 HST. Jumlah yang diberikan ditentukan
berdasarkan tingkat kesuburan tanah. Takaran N untuk padi VUB 50-70 kg/ha dan
padi tipe baru 100kg/ha. Pembacaan BWD hanya dilakukan menjelang pemupukan
kedua (21-28 HST) dan pemupukan ketiga (35-40HST). Khusus untuk padi hibrida
dan padi tipe baru, pembacaan BWD dilakukan pada saat tanaman dalam kondisi
keluar malai dan 10% berbunga. Cara pembacaan BWD adalah sebagai berikut :
1) Warna
daun pada skala 3 BWD, gunakan 75 kg urea/ha bila tingkat hasil 5 ton/ha GKG.
Tambahkan 25 kg urea untuk setiap kenaikan 1 ton/ha.
2) Warna
daun pada skala 4 BWD, gunakan 50 kg urea/ha bila tingkat hasil 5 ton/ha GKG. Tambahkan
25 kg urea untuk setiap kenaikan 1 ton/ha.
3) Warna
daun pada skala 4 atau mendekati 5 BWD, tanaman tidak perlu dipupuk N bila
tingkat hasil 5-6 ton/ha. Tambahkan 50 kg urea jika tingkat hasil diatas 6
ton/ha.
Berikut adalah
takaran urea susulan bila warna daun dibawah nilai kritis (<4BWD)
berdasarkan pengamatan tetap :
Pembacaan
BWD
|
Respon
terhadap pupuk N
|
|||
Rendah
|
Sedang
|
Tinggi
|
Sangat
Tinggi
|
|
Rata
– rata hasil (ton/ha GKG)
|
||||
≈5,0
|
≈6,0
|
≈7,0
|
≈8,0
|
|
Takaran
urea yang digunakan (kg/ha)
|
||||
BWD ≤ 3
|
75
|
100
|
125
|
150
|
BWD
3,5
|
50
|
75
|
100
|
125
|
BWD
≥4
|
0
|
0-50
|
50
|
50
|
Pemupukan
dilakukan dengan cara disebar/ditabur merata di seluruh permukaan tanah. Urea
merupakan pupuk yang mudah larut dalam air sehingga pada saat pemupukan
sebaiknya saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup.
Pemupukan P dan
K disesuaikan dengan hasil analisis status hara tanah dan kebutuhan tanaman.
Status hara tanah P dan K dapat ditentukan dengan perangkat uji tanah sawah
(PUTS). Tiap wilayah telah memiliki dosis rekomendasi pemupukan P dan K yang
berdasarkan pada uji tanah sawah yang dilakukan oleh instansi terkait (Balai
Penyuluhan/Dinas Pertanian).
Terdapat tiga
skala tingkatan status hara tanah P dan K pada suatu lahan sawah yaitu tinggi,
sedang dan rendah sebagaimana termuat dalam tabel di bawah ini :
Rekomendasi
pupuk (kg/ha)
|
Status
Hara Tanah P dan K
|
||
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
|
|
SP-36
|
50
|
75
|
100
|
KCL
|
0
– 50
|
50
|
100
|
Pupuk P
diberikan seluruhnya sebagai pupuk dasar atau bersamaan dengan pemupukan N yang
pertama pada 0 – 14 HST. Pupuk K pada lahan sawah dengan status hara tanah P
dan K rendah (dosis 100 kg/ha KCL) diberikan 50 % sebagai pupuk dasar
(pemupukan pertama) dan sisanya diberikan pada masa primordia.Pada lahan sawah
dengan status hara tanah P dan K sedang – tinggi (< 50 kg KCL/ha) pupuk K
diberikan seluruhnya sebagai pupuk dasar (0 – 14 HST).
f. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT)
merupakan suatu pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi
sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alam
dan tidak menimbulkan kerugian yang besar.
Pengendalian
hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan perpaduan berbagai cara pengendalian
hama dan penyakit diantaranya dengan
melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan
teknologi pengendalian dapat menjadi lebih tepat. Pengendalian hama dan
penyakit terpadu (PHT) dapat dilakukan dengan menggunakan strategi diantaranya
:
1)
Gunakan varietas tahan hama dan penyakit, misalnya
menggunakan varietas ciherang yang tahan terhadap serangan wereng coklat
bioptipe 1, 2 dan 3.
2)
Tanam tanaman yang sehat
3)
Memanfaatkan musuh alami, misalnya membiarkan belalang
sembah
4)
Pengendalian secara mekanik (menggunakan alat),
misalnya menggunakan TBS (Trap Barrier System) atau LTBS (Linier Trap Barrier
System) untuk hama tikus dan fisik
(menangkap), misalnya menangkan walang sangit secara langsung menggunakan
jaring
5)
Penggunaan pestisida hanya jika diperlukan dan
dilakukan tepat sesuai dosis, sasaran dan waktu.
2.2.2 Komponen Teknologi Pilihan
Komponen
teknologi pilihan adalah teknologi-teknologi penunjang yang tidak mutlak harus
diterapkan tetapi lebih didasarkan pada spesifik lokasi maupun kearifan lokal
dan telah terbukti serta berpotensi meningkatkan produktivitas. Secara spesifik
lokasi dan kearifan lokal komponen teknologi ini dapat diperoleh dari sumber
daya alam yang tersedia ataupun dari pengalaman petani sendiri. Komponen
teknologi pilihan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah meliputi :
a. Pengolahan Tanah Sesuai Musim dan Pola
Tanam
Pengolahan
tanah dapat dilakukan secara sempurna atau minimal, atau tanpa olah tanah.
Pemilihan cara yang akan dilakukan disesuaikan dengan keperluan dan kondisi.
Faktor yang menentukan adalah kemarau panjang, pola tanam, jenis/tekstur tanah.
Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan traktor atau terna, menggunakan bajak
singkal dengan kedalaman olah <20cm. tunggul jerami, gulma, dan bahan
organic yang telah dikomposkan dibenamkan kedalam tanah, bersamaan dengan
pengolahan tanah pertama. Pembajakan biasanya dilakukan 2 kali lalu diikuti
dengan penggaruan/pengglebekkan untuk perataan lahan dan pelumpuran.
b. Penggunaan bibit muda (< 21 HSS)
Keuntungan
tanam pindah menggunakan bibit muda adalah tanaman tidak stress akibat
pencabutan di persemaian, pengangkutan dan penanaman kembali disawah. Untuk
mendapatkan bibit yang sehat harus diperoleh dari benih yang bermutu serta
sebelum dilakukan penyemaian terlebih dahulu benih direndam selama 24 jam,
kemudian ditiriskan selama 48 jam. Untuk didaerah endemic keong mas tanam bibit
lebih tua.
c. Tanam dengan jumlah bibit terbatas yaitu
antara 1 – 3 bibit perlubang
Penanaman bibit
lebih dari 3 batang/lubang tanam dapat mengakibatkan meningkatnya persaingan
antar bibit. Penyulaman untuk tanaman yang mati dapat segera dilakukan minimal
14 HST. Untuk daerah endemic keong mas tanam bibit 2 – 3 batang perumpun.
d. Pengairan berselang (intermiten irrigation)
secara efektif dan efisien
Pengairan berselang dilakukan dengan mengatur kondisi sawah dalam keadaan
kering dan tergenang secara bergantian. Tujuannya adalah sebagai berikut :
1)
Menghemat air
2)
Member kesempatan akar tanaman untuk memperoleh udara
3)
Mencegah keracunan Fe
4)
Mencegah penimbunan asam organic dan gas H2S
yang menghambat perkembangan akar
5)
Mengaktifkan jasad renik yang bermanfaat
6)
Mengurangi kerebahan
7)
Mengurangi anakan yang nonproduktif
8)
Pemasakan seragam dan waktu panen lebih cepat
9)
Memudahkan pembenaman pupuk kedalam tanah
10) Memudahkan
pengendalian hama (terutama keong)
Cara pemberian air
berselang :
1)
Tanaman berumur 3 hari, sawah digenangi air dengan
tinggi genangan 3 cm selama 2 hari.
2)
Fase pembentukan malai sampai pengisian biji, sawah
digenangi terus.
3)
10 – 15 hari sebelum panen tanah dikeringkan.
e. Penyiangan dengan Landak atau Gasrok
Pengendalian
gulma atau penyiangan adalah kegiatan membersihkan pertanaman dari rumput dan
tanaman yang tidak dikehendaki keberadaannya (gulma) di areal pertanaman karena
dapat mengganggu perkembangan tanaman pokok. Penyiangan dapat dilakukan dengan
cara mencabut gulma dengan tangan, menggunakan alat gasrok (landak)
atau menggunakan herbisida.
Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 10 – 15 HST dan dianjurkan
dilakukan dua kali, dimulai pada saat tanaman berumur 10 – 15 HST dan diulangi
10 – 25 hari kemudian. Penyiangan juga harus dilakukan pada kondisi air
macak-macak dengan ketinggian 2 – 3 cm. Gulma yang terlalu dekat dengan tanaman
dicabut dengan tangan dan dilakukan dua arah yaitu diantara dan di dalam
barisan tanaman
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah lebih menganjurkan melakukan
penyiangan dengan menggunakan alat gasrok karena sinergis dengan
pengelolaan lainnya dan lebih memiliki keuntungan yaitu :
1) Ramah
lingkungan
2) Hemat
tenaga kerja dan ekonomis
3) Memberikan
sirkulasi udara ke dalam tanah
4) Apabila
dilakukan bersamaan atau segera setelah pemupukan akan membenamkan pupuk ke
dalam tanah sehingga pemberian pupuk menjadi
f.
Panen Tepat
Waktu dan Gabah Segera Dirontok
PTT
(Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah sangat memperhatikan proses penanganan
panen dan pasca panen. Panen dan pasca panen harus ditangani secara baik dan
benar karena penanganan panen dan pasca panen yang tidak baik dan benar dapat
menyebabkan kehilangan hasil 4 – 18 %. Untuk mendapatkan butir padi dan beras
dengan kualitas baik perlu memperhatikan ketepatan waktu panen. Panen terlalu
cepat dapat menimbulkan prosentase butir hijau tinggi yang berakibat sebagian
butir padi tidak berisi atau rusak saat digiling. Panen terlambat menyebabkan
hasil berkurang karena butir padi mudah lepas dari malai dan tercecer di sawah
atau beras pecah saat digiling.
Lakukan panen
saat gabah telah menguning, tetapi malai masih segar. Potong padi dengan sabit
bergerigi. Alasi permukaan tanah menggunakan plastic atau terpal sebelum padi
dirontok. Perontokan baik menggunakan power tresher atau pedal tresher dan
dilakukan dengan segera setelah padi di potong. Karna penundaan waktu
perontokan dapat menyebabkan kerusakan beras. Setelah dirontokkan gabah
kemudian dikeringkan dengan cara dijemur diatas lantai jemur yang telah diberi
alas. Ketebalan gabah saat dijemur berkisar antara 5-7 cm dan pembalikan
dilakukan setiap 2 jam, hingga mencapai kadar air maksimum 14%.
Untuk
memperoleh beras giling dengan mutu dan rendemen yang tinggi perlu diperhatikan
beberapa aspek sebagai berikut :
·
Gabah harus seragam dan bersih dengan kadar air
sekitar 14%.
·
Gabah yang telah dikeringkan harus dianginkan
untuk menghindari butir pecah
·
Untuk gabah yang telah disimpan dilumbung
sebelum digiling harus dijemur terlebih dahulu untuk menurunkan kadar air.
2.3 PELAKSANAAN PPT
2.3.1 Pemahaman
Masalah dan Peluang
Penerapan
padi sawah diawali dengan pemahaman terhadap masalah dan peluang (PMP)
pengembangan sumberdaya dan kondisi lingkungan setempat dengan tujuan :
a.
Mengumpulkan informasi dan menganalisis masalah,
kendala dan peluang usaha tani padi.
b.
Mengembangkan peluang dalam upaya peningkatan produksi
padi.
c.
Mengidentifikasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
petani wilayah setempat.
2.3.2 Tahapan Pelaksanaan
Tahapan utama
mencakup dua kegiatan utama, yaitu :
a.
Penentuan prioritas masalah secara bersama oleh anggota
kelompok tani. Permasalahan setiap petani dikumpulkan, dikelompokkan dan
dicarikan alternative pemecahannya oleh semua peserta PMP.
b.
Analisis kebutuhan dan peluang introduksi teknologi
atas dasar permasalahan tersebut.
2.3.3 Pelaksanaan PTT
A.
Pemilihan
Lokasi
Lokasi untuk
PTT padi sawah pada lahan irigasi berpengairan teknis , karena dalam penerapan
PTT padi sawah dilakukan pengairan secara berkala dan usahakan lahan yang
dipilih mudah untuk pemasukan dan pembuangan air irigasi (drainase).
B.
Pendekatan
PTT
Pendekatan PTT diawali dengan
mengidentifikasi kendala, baik teknis maupun social ekonomi, serta mengetahui
sumberdaya yang ada. Pendekatan dapat juga dilakukan secara sinergis, integrasi
dan partisipasi.
C. Persiapan Lahan
Persiapan lahan meliputi pengolahan
tanah dengan tujuan untuk menyediakan media pertumbuhan yang baik bagi tanaman
padi dan mematikan gulma serta pemupukan dasar dengan tujuan memperbaiki
sumberdaya lahan atau lingkungan tumbuh tanaman, menyediakan unsure esensial
dan unsure mikro, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, memberi kondisi yang
cocok untuk kehidupan mikrobia tanah, meningkatkan serapan hara tanaman serta
meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air.
D. Persiapan Benih Sehat
Gunakan benih dengan varietas unggul
baru yang telah dilakukan pemilihan varietas sesuai dengan kondisi lingkungan.
Missal varietas tahan terhadap wereng coklat dan sebagainya. Benih sebelum
semai terlebih dahulu harus diseleksi.
E. Persiapan Tanam
Persiapan tanam diawali dengan
persemaian benih yang telah melalui seed treatment di tempat yang letaknya aman
dari serangan tikus, mudah terkontrol dan jauh dari cahaya lampu malam hari
untuk menghindari hama. Persemaian diusahakan tidak tergenang tete\api cukup
basah. Sebelum dilakukan penyemaian, terlebih dahulu tempat persemaian diberi
kompos pupuk kandang atau sekam 20kg/m2. Setelah itu benih di tabur
di tempat persemian (seedbed).
F. Teknik Penanaman
Penanaman harus segera dilakukan
setelah bibit dicabut, usahakan agar pangkal batang bibit padi tidak terlipat
dan perakaran lurus masuk kedalam tanah yang sudah melumpur. Hal ini bertujuan
agar anakan padi yang muncul barasal dari ruas 1-6 dari tanaman padi. Penanaman
dapat menggunakan system jajar legowo 2:1 dan 4:1 serta cara tanam pindah
(tapin).
G. Pemupukan
Penggunaan pupuk kimia yang
berlebihan merupakan tindakan pemborosan serta merusak keseimbangan
agroekosestem yang ada. Sebelum melakukan pemupukan terlebih dahulu lakukan
analisis sampel tanah untuk mengetahui kandungan hara terutama N, P dan K
tanah. Saat pemberian pupuk, usahakan lahan sawah dalam keadaan macak macak
agar pupuk tidak terbawa hanyut oleh air.
Untuk mengefisiensikan penggunaan
pupuk N dapat dilakukan dengan pemberian pupuk berdasarkan Bagan Warna Daun
(BWD). Sedangkan untuk mengefisiensikan penggunaan pupuk P dan K diberikan
bersamaan dengan pemberian pupuk N (urea) I. Takaran pupuk P harus sesuai
berdasarkan status unsure hara P tanah. Perhatikan table dibawah :
Status Hara P
|
Kadar P2O5 (HCL 25%)
(mg/100g tanah)
|
Takaran P
(kg SP-36/ha/musim)
|
Rendah
|
<20
|
125
|
Sedang
|
20-40
|
75
|
Tinggi
|
>40
|
50
|
H. Pemeliharaan
Pemeliharaan
tanaman meliputi pengairan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit.
1)
Pengairan
Teknik pengairan dalam pelaksanaan PTT menggunakan system pengairan
berselang/intermittent, yaitu cara pemberian air pada lahan sawah yang
prinsifnya tidak terlalu dibiarkan tergenang, tetapi secara berselang dilakukan
pengeriangan.
2)
Pengendalian gulma
Berikut beberapa alternative pengendalian gulma dalam penerapan PTT padi
sawah :
No
|
Alternative
pengandalian gulma
|
Waktu
aplikasi (umur tanaman)
|
1
|
Manual
(tangan) 2 kali/ musim tanam
|
21
dan 42
|
2
|
Kombinasi
tangan dengan landak/gasrok :
·
Manual (tangan) 1 kali/ musim tanam
·
Landak/gasrok. 2 kali/ musim tanam dengan
jarak tanam teratur
|
14
25
dan 35
|
3
|
Kimiawi,
tangan dan landak/gasrok:
·
Kimiawi. Menggunakan hebisida sebanyak 5gr/ha
dengan kondisi lahan macak-macak.
·
Dianjurkan 1 kali peenyiangan dengan tangan
·
3 kali dengan landak/gasrok
|
5
25
21,
35 dan 45
|
4
|
Kimiawi
kombinasi mekanis :
·
Herbisida pasca tumbuh (metsulfuran dan 2 4D)
dari 20 gr + 800 ml/ha
·
Landak/gasrok 1 kali
|
14
dan 21
35
|
3)
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian
hama dan penyakit dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut :
·
Pemilihan varietas tahan
·
Pengolahan tanah secara sempurna agar lahan
bersih dari gulma dan sisa tanaman serta melakukan sanitasi terhadap
lingkungan.
·
Pemilihan benih sehat melalui perlakuan benih
(seed treatment)
·
Pembuatan caren/parit disekeliling petakan sawah
dan melakukan pengairan berkala.
·
Tanam benih umur muda (satu bibit/lubang)
·
Aplikasi pupuk urea berdasarkan BWD
·
Mampraktekkan monitoring populasi hama dan
penyakit yang baik dan benar secara teratur.
BAB
3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
PTT
merupakan cara budidaya yang baik untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan
menerapkan beberapa teknologi tepat secara terpadu. PTT juga merupakan sebuah
inovasi untuk menunjang peningkatan produksi padi. Hal tersebut
dilatarbelakangi karena beras merupaka bahan pangan yang berasal dari padi yang
merupakan bahan pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena
itu sebagai bahan pangan pokok utama padi memegang posisi yang strategis untuk
dikembangkan.
3.2 SARAN
Dalam
pelaksanaan program PTT diupayakan agar
antara penyuluh dan petani setempat yang menjadi sasaran SLPTT untuk bisa
saling bekerja sama satu sama lain yang bertujuan agar program dapat
terlaksanakan sesuar dengan target dan tujuan daripada PTT itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Humaedah, Ume dkk. 2011. Usaha Tani Padi dengan Pendekatan PTT.
Set-Bakorluh : Jawa Tengah.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Petunjuk Teknis Lapang Jawa Tengah.
Catur, Sri. 2002. Program Intensifikasi Padi Sawah Melalui Pendekatan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa
Tengah..
http://sekarmadjapahit.wordpress.com/2012/04/29/ptt-padi-sawah/.
Di ambil pada tanggal 24 juli 2012 pukul 20.00 WIB
http://menulisdikoran.blogspot.com/2012/04/impor-beras-indonesia-mencapai-7.html.
Di ambil pada tanggal 24 juli 2012 pukul 20.00 WIB
http://jatim.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=39&Itemid=122.
Di ambil pada tanggal 24 juli 2012 pukul 20.00 WIB
Langganan:
Postingan (Atom)