BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Konservasi
air pada prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah seefisien mungkin
dan pengaturan waktu aliran yang tepat, sehingga tidak terjadi banjir yang
merusak pada musim hujan dan terdapat cukup air pada musim kemarau. Konservasi
air dapat dilakukan dengan :
a. meningkatkan
pemanfaatan dua komponen hidrologi, yaitu air permukaan, dan air tanah
b. meningkatkan
efisiensi pemakaian air irigasi (Arsyad, 2000).
Pengelolaan
air permukaan (surface water management ) meliputi
a. pengendalian
aliran permukaan
b. pemanenan
air ( water harvesting)
c. meningkatkan
kapasitas infiltrasi tanah
d. pengolahan
tanah
e. penggunaan
bahan penyumbat tanah dan penolak air
f. melapisi
saluran air.
Pengelolaan
air bawah permukaan tanah ( sub-surface water management ) dapat dilakukan dengan
a. perbaikan
drainase
b. pengendalian
perkolasi ( deep percolation) dan aliran bawah permukaan (sub-surface flow )
c. perubahan struktur tanah lapisan bawah.
Perbaikan
drainase akan meningkatkan efisiensi pemakaian air oleh tanaman, karena
hilangnya air yang berlebih ( excess water ) akan memungkinkan akar tanaman
berkembang lebih luas ke lapisan tanah yang lebih dalam daripada hanya terbatas
di lapisan atas yang dangkal yang akan cepat kering jika permukaan air tanah
menurun. Teknologi konservasi air dirancang untuk meningkatkan masuknya air ke
dalam tanah melalui infiltrasi dan pengisian kantong-kantong air di daerah
cekungan serta mengurangi kehilangan air melalui evaporasi. Untuk mencapai
kedua hal tersebut upaya-upaya konservasi air yang dapat diterapkan adalah
teknik pemanenan air ( water harvesting), dan teknologi pengelolaan kelengasan
tanah. Penerapan teknologi panen air dimaksudkan untuk mengurangi volume air
aliran permukaan dan meningkatkan cadangan air tanah serta ketersediaan air
bagi tanaman.
1.2 TUJUAN
Untuk
mengetahui secara lebih dekat mengenani teknik konservasi air pada pertanian
dilahan kering menggunakan teknik pemulsaan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
KONSERVASI AIR
Konservasi adalah perlindungan atau pelestarian. Saat ini
dunia sedang menggerakan sistem konservasi secara besar-besaran, salah satu
program pemerintah dalam upaya konservasi adalah konservasi tanah dan air.
Konservasi tanah adalah upaya perlindungan tanah dari kerusakan tanah yang di
akibatkan oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak. Upaya konservasi tanah
ini bertujuan untuk :
a. Mencegah erosi
b. Memperbaiki tanah yang telah rusak
Konservasi
air pada dasarnya adalah penggunaan air hujan dalam bidang pertanian dan
mengatur aliran air agar tidak terjadi banjir sehingga memiliki cukup banyak
persediaan air di waktu musim kemarau. Konservasi tanah sangat berhubungan erat
dengan konservasi air maka dari itu upaya pelestarian tanah tidak akan berjalan
baik tanpa ada air, begitu juga sebaliknya sehingga dapat dikatakan konservasi
tanah adalah konservasi air. Air dan tanah merupakan elemen penting dalam
kehidupan sehari-hari terutama dalam bidang pertanian.
2.2 PENTINGNYA KONSERVASI AIR
Kelangkaan
air ( water scarcity) sangat menghambat proses produksi pertanian khususnya di
lahan kering beriklim kering. Hujan merupakan sumber air utama tanaman di
sebagian besar wilayah Indonesia. Sekitar 1% dari 183 juta ha lahan di
Indonesia mempunyai curah hujan tahunan >1.000 mm. Di daerah arid dan semi
arid, curah hujan yang >1.000 mm mampu mendukung pertanian dengan
diterapkannya teknologi hemat air. Curah hujan sebesar 1.000 mm tahun-1 bila
dimanfaatkan secara efisien akan dapat menunjang proses produksi untuk dua
musim tanam tanaman semusim dengan asumsi bahwa kebutuhan air secara umum untuk
tanaman semusim lahan kering adalah 120 mm bulan-1 (Oldeman et al. , 1980).
Berdasarkan
jumlah dan distribusi hujan, Las et
al. (1991) membagi lahan kering menjadi
lahan kering beriklim basah dan lahan kering beriklim kering. Lahan kering
beriklim basah adalah lahan dengan curah hujan >2.000 mm tahun-1 dengan masa
tanam sistem tadah hujan >6 bulan, sedangkan lahan kering beriklim kering
adalah lahan dengan curah hujan <2.000 mm tahun-1 dan masa tanam <6 bulan. Menurut Hidayat dan Mulyani
(2002), lahan kering beriklim basah umumnya tersebar di Sumatera, Kalimantan,
Papua, Sulawesi bagian tengah, serta wilayah Jawa Barat (Jabar) dan Jawa Tengah
(Jateng) bagian tengah dan selatan. Lahan kering beriklim kering umumnya
tersebar di Indonesia bagian timur [ Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa
Tenggara Timur (NTT), sebagian besar Sulawesi Tenggara (Sultra), Sulawesi Utara
(Sulut) dan dan Sulawesi Selatan.
2.3 PRINSIP DASAR KONSERVASI AIR
Pada
prinsipnya konservasi air merupakan tindakan yang diperlukan untuk melestarikan
sumber daya air. Namun dalam konteks pemanfaatan, Agus et al. (2002) mengemukakan bahwa penggunaan
air hujan yang jatuh ke permukaan tanah secara efisien merupakan tindakan
konservasi. Strategi konservasi air diarahkan untuk mengupayakan peningkatan
cadangan air pada zona perakaran tanaman melalui pengendalian aliran permukaan
( runoff) yang biasanya merusak dengan cara pemanenan aliran permukaan,
peningkatan infiltrasi dan mengurangi evaporasi. Agus et al. (2002) mengemukakan bahwa ada dua pendekatan
yang dapat ditempuh untuk mengefisienkan penggunaan air, yaitu (a) melalui
pemilihan tanaman yang sesuai dengan keadaan iklim dan (b) melalui teknik konservasi
air seperti penggunaan mulsa, gulud dan teknik tanpa olah tanah. Aliran
permukaan merupakan komponen penting dalam hubungannya dengan konservasi air
(Troeh et al ., 1991; Arsyad, 2000).
Oleh sebab itu tindakan-tindakan yang berhubungan dengan pengendalian dan
pengelolaan aliran permukaan dapat diformulasikan dalam strategi konservasi
air. Aspek penting yang perlu diperhatikan adalah sebanyak mungkin air hujan
meresap ke dalam tanah untuk ditahan sebanyak-banyaknya di daerah-daerah
cekungan atau lembah, sehingga dapat digunakan sebagai sumber air untuk
pengairan di musim kemarau (MK) maupun
pada periode pendek saat dibutuhkan oleh tanaman pada musim hujan (MH).
Konservasi
air juga dapat dilakukan dengan mengurangi penguapan air melalui evaporasi
dengan meningkatkan penutupan permukaan tanah dengan mulsa (Suwardjo, 1981;
Suwardjo et al ., 1989; Abdurachman dan
Sutono, 2002) dan teknologi ini sudah sangat populer di kalangan petani.
Menurut Troeh et al. (1991), strategi konservasi air mencakup
metode pengelolaan untuk :
a. menurunkan
aliran permukaan
b. mengurangi
evaporasi
c. mengurangi
perkolasi (deep percolation)
d. mencegah
kehilangan air yang tidak penting dari daerah penyimpanan ( storage
2.4 STRATEGI KONSERVASI AIR
2.4.1 Pemulsaan
Mulsa
adalah bahan-bahan (sisa-sisa panen, plastik dan lain-lain) yang disebar atau
digunakan untuk menutup permukaan tanah. Dari segi konservasi air, mulsa
digunakan untuk mengurangi penguapan (evaporasi), melindungi tanah dari pukulan
langsung butir-butir hujan, sehingga mengurangikepadatan tanah, dan kapasitas
infitrasi menjadi lebih besar. Mulsa dapat disediakan di areal pengelolaan
maupun didatangkan dari luar lahan pengelolaan berupa sisa-sisa panen, hasil
pangkasan tanaman, plastik dan lain-lain. Pemberian mulsa yang bahannya dari
luar lahan pengelolaan lebih sulit diterapkan, karena memerlukan tenaga untuk
mengumpulkan dan mengangkut bahan organik tersebut.Mulsa sisa tanaman dapat
diberikan dengan jalan menyebarkannya secara merata di permukaan tanah. Mulsa
tersebut selain dapat melindungi tanah dari daya rusak butir-butir hujan serta
mengurangi aliran permukaan, memelihara kelembapan tanah, serta mengurangi
evaporasi dari permukaan tanah, juga merupakan sumber bahan organik dan unsur
hara bagi tanaman. Bahan mulsa yang baik adalah bahan yang sukar melapuk seperti
jerami padi, jagung, dan atau rumput hasil penyiangan. pada tanah
Plintic Hapludox dapat menghemat
air selama 2,5 hari dibandingkan dengan tanpa pemberian mulsa. Ini menunjukkan
bahwa pemberian mulsa yang disebar di permukaan tanah cukup efektif dalam menunjang
pemanfaatan air secara efisien di lahan kering. Dengan lebih rendahnya suhu, terlindunginya permukaa tanah,
dari angin dantertekannya pertumbuhan gulma, mulsa mengurangi eveporasi atau
evapotranspirasi. Bila tanah yang terbuka dan basah dapat kehilangan
air 12 mm dalam tiga sampai lima hari, maka tanah yang di mulsa
memerlukan beberapa minggu untuk menghilangkan jumlah ini. Konservasi air
oleh mulsa penting pada pertanian di daerah iklim kering. Kontribusi mulsa ini
juga penting di daerah basah yang mempunyai musim kering. Di daerah tropika
basah, periode – periode kering yang pendek juga sering terjadi pada
musim hujan.
Pemulsaan tanah memperbesar infiltrasi
curah hujan dengan jalan mencegah hujan menghancurkan agregat-agregat dan
memperbaiki struktur tanah. Kelembaban tanah yang lebih tinggi karena
bertambahnya infiltrasi air dan berkurangnya evapotranspirasi dari tanah
dan gulma menguntungkan tanaman bila curah hujan rendah dan kurang
terdistribusi membatasi pertumbuhan tanaman. Dengan suplai air yang lebih baik,
tanaman dapat memacu pertumbuhannya pada musim kemarau karena giatnya
fotosintesa. Kemampuan menyediakan air oleh tanah dapat ditingkatkan
secara berarti dengan pemulsaan.
2.4.2
Keuntungan
Keuntungan dari penggunanaan mulsa adalah sebagai
berikut :
- Melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan serta mengurangi aliran permukaan, erosi dan kehilangan tanah.
- Menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma) sehingga mengurangi (biaya tenaga kerja untuk penyiangan.
- Mulsa yang berupa sisa-sisa tanaman menjadi sumber bahan organik tanah
- Meningkatkan aktivitas jasad renik (mikroorganisme tanah), sehingga memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah
- Membantu menjaga suhu tanah serta mengurangi penguapan sehingga mempertahankan kelembaban tanah sehingga pemanfaatan kelembaban tanah menjadi lebih efisien.
- Tergolong teknik konservasi tanah yang memerlukan jumlah tenaga kerja / biaya rendah.
2.4.3
Kelemahan
Berikut merupakan beberapa kelemahan dari penggunaan
mulsa pada tanah :
- Bahan-bahan mulsa mungkin menjadi sarang berkembangbiaknya penyakit-penyakit tanaman. Namun hal ini masih perlu diteliti bagi setiap bahan mulsa yang digunakan.
- Tidak dapat digunakan dalam keadaan iklim yang terlampau basah.
- Mulsa sukar ditebarkan secara merata pada lahan-lahan yang sangat miring.
- Bahan-bahan untuk mulsa tidak selalu tersedia.
- Beberapa jenis rumput jika digunakan sebagai mulsa dapat tumbuh dan berakar sehingga dapat menjadi tanaman pengganggu.
2.4.4
Faktor Sosial Ekonomi
- Banyak petani yang lebih menyukai permukaan tanah yang tampak bersih, sementara adanya mulsa memberi kesan kotor.
- Banyak petani telah terbiasa membakar sisa-sisa tanaman, dan tidak mengembalikan ke tanah.
- Kekhawatiran akan timbulnya penyakit tanaman
- Seringkali terdapat konflik kepentingan dalam penggunaan sisa panen tanaman; para petani yang memiliki ternak besar serperti sapi atau kerbau lebih suka menggunakan sisa-sisa tanaman sebagai pakan ternaknya.
- Penggunaan mulsa lebih penting dalam kebun pekarangan atau pada tanaman hortikultura dari pada dalam sistem-sistem pertanian yang kurang intensif.
2.4.5
Kaitan antara Pemberian Mulsa dan Produktifitas Tanaman
- Mulsa plastik dengan warna tertentu mampu meningkatkan produktifitas tanaman
- Mulsa plastik menyebabkan suhu iklim mikro lebih stabil (tidak naik turun)
- Proses fisiologis terutama fotosintesis akan meningkat, produksi bahan kering meningkat
- Di samping itu, pemberian mulsa plastik dengan warna tertentu menyebabkan distribusi cahaya di dalam tajuk tanaman lebih merata (mengurangi kasus mutual shading)
2.4.6 Macam-macam Mulsa
A. Mulsa Sisa Tanaman
Mulsa ini terdiri
dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung), pangkasan dari
tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman.
Bahan tersebut disebarkan secara merata di atas permukaan
tanah setebal 2-5 cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna.
dapat memperbaiki kesuburan, struktur, dan cadangan air tanah. menghalangi
pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak terlalu panas
dan tidak terlalu dingin. sisa tanaman dapat menarik binatang tanah (seperti
cacing), karena kelembaban tanah yang tinggi dan tersedianya bahan organik
sebagai makanan cacing. Adanya cacing dan bahan organik akan membantu
memperbaiki struktur tanah.
B.
Mulsa
Vertikal
Mulsa vertikal
adalah mulsa sisa tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah secara vertikal untuk
mengisi retak-retak dan rengkah pada penampang tanah. Mulsa vertikal cocok
untuk tanah yang sering mengalami rengkah di musim kemarau, seperti tanah
Vertisols (Grumusol) yang banyak dijumpai pada daerah beriklim kering.
Tanah liat Grumusol pada umumnya sulit dan berat diolah.
Pada musim hujan tanah ini menjadi liat dan lengket, dan pada musim kemarau
mejadi keras dan retak-retak. Teknik mulsa vertikal dapat
dilakukan di lahan yang baru dibuka dengan tanaman sampai berumur 3 tahun
maupun di hutan tanaman dengan tanaman utama yang telah membentuk tajuk
(Pratiwi 2000 dan 2001). Perbedaannya adalah, di lahan yang baru dibuka mulsa
vertikal ditempatkan pada saluran dengan jarak antara 5-6 meter pada lahan
dengan kelerengan >15% atau dengan jarak
antara saluran 10-20 meter pada lahan dengan kelerengan <15%. Sedangkan
di hutan tanaman, mulsa vertikal ditempatkan di bagian hilir individu tanaman. Keunggulan mulsa vertikal adalah
sebagai berikut :
1) Meningkatkan
kesuburan tanah karena menambah bahan organik
2) Meningkatkan
peresapan air
3) Mengurangi
erosi
4) Meningkatkan
kehidupan jasad mikro dan makro di dalam tanah
5) Meningkatkan
kelembaban tanah
C. Mulsa
Lembaran Plastic
Pada sistem agribisnis yang intensif, dengan jenis
tanaman bernilai ekonomis tinggi, sering digunakan mulsa plastik untuk
mengurangi penguapan air dari tanah dan menekan hama dan penyakit serta gulma. Lembaran plastik dibentangkan di atas permukaan tanah
untuk melindungi tanaman. Mulsa plastik berbentuk tenda untuk tanaman tahunan Pada
tanaman pohon-pohonan mulsa plastik dapat dipasang sebagai tenda untuk
menghalangi pertumbuhan gulma, mempertahankan kelembaban tanah dan menjaga agar
suhu tanah tetap tinggi.
D.
Mulsa
Batu
Dipegunungan
batu-batu cukup banyak tersedia sehingga bisa dipakai sebagai mulsa untuk
tanaman pohon-pohonan. Permukaan tanah ditutup dengan batu yang disusun rapat
hingga tidak terlihat lagi. Ukuran batu-batu berkisar antara 2-10 cm. Tebalnya
lapisan mulsa tidak tertentu, yang jelas permukaan tanah harus ditutupi. Manfaat
mulsa batu adalah:
1) Memudahkan peresapan air hujan Mengurangi penguapan air
dari permukaan tanah
2) Melindungi permukaan tanah dari pukulan butir hujan
3) Menekan
gulma (rumput liar)
Gambar 2. Mulsa batu pada tanaman
2.4.7 Plastik Mulsa
Plastic mulsa adalah plastik yang memiliki warna
tertentu, ada pula yang transparan, digunakan oleh petani, yang bertujuan untuk
menjaga kelembaban tanah, serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit pada
tanaman. Sebenarnya mulsa sendiri terdiri dari dua jenis jika ditinjau
dari bahannya, yaitu mulsa organik dan mulsa anorganik. Mulsa yang terbuat dari
plastik merupakan mulsa anorganik. Sedangkan mulsa organik biasanya terbuat
dari alang-alang atau jerami yang kering.
A. Pengaruh warna pada plastik mulsa
1)
Warna
silver pada plastik mulsa silver hitam dapat membantu proses fotosintesis pada
tanaman dengan lebih cepat. Selain itu, dapat menekan pertumbuhan kutu.
Sedangkan warna hitamnya dapat menjaga suhu dalam tanah agar tetap stabil
walaupun sinar matahari sedang terik.
2)
Warna
hitam pada mulsa digunakan untuk menekan pertumbuhan gulma atau rumput liar.
3)
Plastik
mulsa transparan digunakan pada tanah untuk mengurangi gulma melalui
solarisation. Cocok digunakan pada tanaman yang ditanam pada dataran rendah.
4)
Plastik mulsa yang berwarna hitam dapat menyimpan banyak garam di tanah,
sedangkan plastik mulsa yang tebal dapat mengurangi perpindahan air dan garam.
Bisa diterapkan untuk budidaya bawang dan asparagus di dataran tinggi. Cocok
untuk budidaya semangka hibrida, cabai hibrida, dan terung-terungan.
5)
Plastik
mulsa putih dapat menurunkan suhu tanah dan dapat menambah jumlah sinar
matahari yang diterima oleh tanaman sehingga dapat membantu proses
fotosintesis. Sangat cocok bila digunakan untuk penanaman semangka, melom,
cabai hibrida juga terung-terungan.
B. Keuntungan penggunaan plastik
mulsa adalah:
1) Pada musim kemarau, penggunaan
plastik mulsa dapat menekan penguapan sehingga tidak perlu terlalu sering
diairi.
2) Buah atau tanaman tumbuh di atas
plastik mulsa, dan hal itu memberikan keuntungan tanaman tersebut tidak mudah
busuk.
3) Karena tertutup, maka kelembaban
tanah tetap terjaga. Penggunaan plastik mulsa juga menjaga tanah agar tetap
gembur dan suhunya stabil.
4) Dapat meningkatkan kehidupan
organisme di dalam tanah.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Konservasi
air pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai penggunaan air hujan dalam bidang
pertanian dan mengatur aliran air agar tidak terjadi banjir sehingga memiliki
cukup banyak persediaan air di waktu musim kemarau. Salah satu strategi
konservasi air pada lahan kering adalah dengan cara pengurangan evaporasi
tanah. Upaya untuk menurunkan evaporasi tanah dapat ditempuh salahsatunya
dengan cara pemulsaan.
3.2 SARAN
Pengelolaan
lahan kering harus dilakukan secara serius dengan strategi strategi khusus yang
juga disesuaikan dengan keaadaan lahan kering itu sendiri. Baik tingkat
kemiringan, ketinggian tempat dan lain lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1989. Konservasi
Tanah Dan Air. Bogor : IPB Press
Kartasapoetra G., dkk.,1987. Teknologi Konservasi Tanah
dan Air, Penerbit Bina Aksara, Jakarta.
Samosir, Solo SR., 2002. Pengelolaan Lahan Kering,
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian dan Kehutanan, UNHAS.Makassar.