Translate

Selasa, 30 Juli 2013

all about my life :D















PPT



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATARBELAKANG
            Indonesia merupakan salah satu Negara pengimpor beras terbesar di dunia. Hal tersebut ditunjukkan dengan data yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik. BPS mencatat nilai impor beras Indonesia pada tahun 2012 telah mencapai USD 829 juta atau sekitar Rp 7,04 triliun rupiah. Uang tersebut digunakan  pemerintah untuk mendatangkan sebanyak 1,57 juta ton beras dari Vietnam (892,9 ribu ton), Thailand (665,8 ribu ton), Cina (1.869 ton), India (1.146 ton), Pakistan (3,2 ribu ton), dan beberapa negara lain (3,2 ribu ton). 
            Sungguh memprihatinkan karena faktanya Indonesia merupakan Negara agraris, Negara yang berada di garis khatulistiwa yang berarti Negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Bahkan Indonesia dikenal dengan istilah menanam tongkat kayupun dapat tumbuh menjadi tanaman. Betapa kayanya alam Indonesia. Namun mengapa impor beras dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan?
            Salah satu penyebabnya adalah kurangnya sumberdaya manusia yang berkompeten di bidang pertanian. Masih banyaknya petani padi yang menggunakan teknologi manual serta kurangnya pemahaman masyarakat akan pertanian. Olehkarena itu pemerintah mengadakan program pengenalan teknologi pertanian terpadu melalui beberapa kegiatan, yaitu kegiatan penyuluhan rutin, SL PHT, SLPTT dan lain lain.
Salah satu kegiatan yang banyak dilakukan saat ini adalah SLPTT padi sawah. SLPTT merupakan salahsatu program pengembangan sumberdaya manusia di bidang pertanian. SLPTT sendiri terdiri dari serangkaian kegiatan berupa pemberian materi atau pembelajaran untuk petani mengenai cara serta teknik penanaman dengan tujuan agar hasil yang diperoleh lebih maksimal dengan memanfaatkan teknologi tepat secara terpadu. Materi yang disampaikan berkaitan dengan pengelolaan hama, teknik penanaman dan pemeliharaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH
a.       Apakah yang dimaksud dengan PTT dan tujuannya?
b.      Apakah saja komponen yang ada dalam PTT?
c.       Bagaimana cara pengeloaan tanaman menggunakan system PTT?
d.      Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan SLPTT?
1.3 TUJUAN
a.       Untuk mengetahui apa pengertian dari PTT dan tujuannya
b.      Untuk mengetahui komponen dalam PTT
c.       Untuk mengetahui cara pengeloaan tanaman menggunakan system PTT
d.      Untuk lebih memahami pelaksanaan kegiatan SLPTT
1.4 MANFAAT
a.       Masyarakat dapat lebih memahami cara pengeloaan tanaman secara terpadu
b.      Masyarakat dapat mengaplikasikan PTT berdasarkan SLPTT yang telah diikuti
c.       Maningkatnya hasil pertanian, terutama padi







BAB 2
ISI

2.1 DEFINISI PTT
PTT merupakan cara budidaya yang baik untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan menerapkan beberapa teknologi tepat secara terpadu. PTT juga merupakan sebuah inovasi untuk menunjang peningkatan produksi padi. Hal tersebut dilatarbelakangi karena beras merupaka bahan pangan yang berasal dari padi yang merupakan bahan pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sebagai bahan pangan pokok utama padi memegang posisi yang strategis untuk dikembangkan.
PTT  padi sawah adalah suatu pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi usaha tani padi sawah dengan menggabungkan berbagai komponen teknologi yang saling menunjang dan dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak agar memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT padi dikelompokkan kedalam kelompok dasar dan komponen pilihan. Komponen teknologi dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan disemua lokasi padi sawah penerapan komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani setempat.
Sebagai salah satu upaya maupun inovasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman penerapan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah didasarkan pada lima prinsip, yaitu :
1)      Terpadu
PTT  merupakan teknologi maupun paket teknologi, tetapi merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, lahan dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.

2)      Sinergis
PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi.
3)      Spesifik lokasi
PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani
4)      Partisipatif
PTT  berarti petani turut berperan serta menguji dan memilih teknologi yang sesuai dengan kondisi  setempat serta kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk labolatorium lapang ( LL ).
5)      Dinamis
PTT berarti menerapkan teknologi yang selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi social ekonomi setempat.
Dalam penerapan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah tidak lagi dikenal rekomendasi untuk diterapkan secara nasional karena petani secara bertahap dapat memilih sendiri komponen teknologi yang paling sesuai dengan kemampuan petani dan keadaan setempat untuk diterapkan dengan mengutamakan efisiensi biaya produksi dan komponen teknologi yang saling menunjang untuk diterapkan.

2.2 KOMPONEN TEKNOLOGI PTT
            Komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT dikelompokkan kedalam teknologi dasar dan pilihan. Komponen teknologi dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan disemua lokasi padi sawah. Penerapan komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani setempat.     
2.2.1 Komponen Teknologi Dasar
Komponen teknologi dasar adalah sekumpulan teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan semuanya sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi dengan input yang efisien sebagaimana menjadi tujuan dari PTT. Komponen teknologi dasar PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah meliputi :
a.      VUB (Varietas Unggul Baru)
Varietas unggul baru (VUB) umumnya memiliki syarat sebagai berikut :
·         Hasil maksimal
·         Tahan terhadap hama dan penyakit
·         Respon terhadap pupuk
·         Tahan rebah
·         Jumlah anakan banyak (40-50)
VUB dapat berupa padi inbrida seperti ciherang dan mekongga, atau padi hibrida seperti rokan, hipa 3, bernas super dan intani. Berikut adalah beberapa padi VUB serta karakteristiknya:
Varietas
Produktivitas (ton/ha)
Umur Tanaman
Ketahanan terhadap Haman dan Penyakit
Tekstur Nasi
IR-64
5,0 – 6,0
110 - 120
Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan wereng biotipe 3.
Pulen
Ciherang
6,0 – 8,5
116 - 125
Tahan wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan  biotipe 3 dan tahan hawar daun.
Pulen
Ciliwung
5,0 – 6,0
117 - 125
Tahan wereng coklat biotipe 1, 2, wereng hijau, ganjur, tahan tungro dan hawar daun bakteri
Pulen
Mekongga
6,0 – 8,4
116 - 125
Agak tahan wereng coklat biotipe 2,3, agak tahan hawar daun, bakteri biotipe strain IV
Pulen
INPARI 1
6,0 – 7,3
108
Tahan wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3 dan tahan hawar daun bakteri
Pulen
INPARI 6
8,6
118
Tahan rebah, tahan wereng batang coklat biotipe 2 dan 3 serta tahan hawar dan bakteri strain III, IV dan VIII
Sangat Pulen
INPARA 1
Rawa lebak : 5,56
Rawa Pasang : 4,45
131
Toleran keracunan Fe dan Al, agak tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2, tahan penyakit hawar daun bakteri dan blass
Pera
INPARA 2
Rawa lebak : 5,49
Rawa Pasang : 4,82
128
Agak tahan wereng batang coklat biotupe 2, tahan hawar daun dan blass, toleran keracunan Fe dan Al.
Pulen
INPARA 3
4,6
127
Agak tahan wereng coklat biotipe 3, tahan terhadap blass ras 101, 123, 141, 373; peka terhadap hawar daun bakteri, agak toleran rendaman selama 6 hari pada fase vegetative.
Pulen
b.      Benih Bermutu dan Berlebel
Benih bermutu merupakan benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi, berukuran penuh dan seragam, daya kecambah diatas 80 % (vigor tinggi), bebas dari biji gulma, penyakit dan hama atau bahan lain. Gunakan selalu benih yang telah memiliki sertifikasi atau label untuk mendapatkan benih dengan tingkat kemurnian tinggi dan berkualitas atau benih bermutu yang diproduksi oleh petani. Keuntungan lain menggunakan benih bermutu adalah sebagai berikut :
1)      Benih tumbuh dengan cepat dan serempak
2)      Menghasilkan bibit yang tegar dan sehat
3)      Bibit tumbuh lebih cepat
4)      Jumlah tanaman optimum, sehingga hasil tinggi
Untuk menguji mutu benih dapat dilakukan melalui :
1)      Benih Padi Inbrida, dengan melakukan teknok pengapungan, dilakukan dengan menggunkan garam dapu (30gr/liter air), atau larutan pupuk Za (20 – 30 gr/liter air). Volume larutan 2 kali volume benih, benih yang tenggelam digunakan, sedangkan yang terapung dibuang.
2)      Benih Padi Hibrida, dengan melakukan uji daya kecambah.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX_lbJRot8lPfbZbAcaToCY3wATogdOwPFR4gKvjIEVfoTmcEoG2PNDQJs34r-ZS1CsGEty116lwWsuYqMSLqFaTUTEH-6JRRs01SnYRPu-8jdM97mWc9X2aMev8rJ2SFCUSol-aZIJmc/s320/benih.jpg
Gambar 1. Uji kebernasan benih menggunakan garam dapur
c.       Pemberian Bahan Organik
Pemberian bahan organic berupa sisa tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos (humus) merupakan unsure utama pupuk organic yang dapat berbentuk padat atau cair. Manfaatnya adalah untuk memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah.
Persyaratan teknis pupuk organic mengacu pada Permentan No. 02/2006, kecuali diproduksi untuk keperluan sendiri. Sedangkan takaran pupuk oeganik mengacu pada Permentan No. 40/2007 tentang pemupukan spesipikasi.
d.      Pengaturan Populasi Tanaman
Sampai batas tertentu, semakin tinggi populasi tanaman semakin banyak jumlah malai persatuan luas sehingga berpeluang menaikkan hasil panen. Penanaman yang disarankan adalah menggunakan system jajar legowo 2:1 atau 4:1. Hal ini disarankan karena populasi tanaman lebih banyak dan produksinya lebih tinggi dibanding dengan system tegel.
Gambar 2. Ilustrasi jarak tanam jajar legowo 2:1
            
Gambar 3. Tanaman padi dengan system tanam jajar legowo 2:1
Berikut merupakan kelebihan manggunakan cara tanam jajar legowo, antara lain:
1)      Rumpun tanaman yang berada pada bagian pinggir lebih banyak
2)      Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpulan keong mas atau untuk mina padi
3)      Pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih mudah
4)      Pada tahap awal areal pertanaman lebih terang, sehingga kurang disenangi tikus
5)      Penggunaan pupuk lebih berdaya guna

e.       Pemupukan Berdasarkan Kebutuhan Tanaman dan Status Hara Tanah
Pupuk berperan sebagai bahan makanan tanaman. Pemupukan penting untuk dilakukan, namun dalam pelaksanaannya harus memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah pelaksanaan pemberian pupuk berimbang. Pupuk berimbang harus memenuhi 5 tepat, yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, tepat sasaran dan tepat jenis. Dalam menetapkan dosis pupuk yaitu salah satunya untuk unsure hara N dapat dilakukan dengan cara menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Nilai pembacaan BWD digunakan untuk mengoreksi dosis pupuk N agar sesuai dengan kondisi tanaman.
Gambar 4. Penggunaan BWD untuk mengetahui dosis pupuk N yang dibutuhkan
Pupuk awal N diberikan pada umur sebelum 14 HST. Jumlah yang diberikan ditentukan berdasarkan tingkat kesuburan tanah. Takaran N untuk padi VUB 50-70 kg/ha dan padi tipe baru 100kg/ha. Pembacaan BWD hanya dilakukan menjelang pemupukan kedua (21-28 HST) dan pemupukan ketiga (35-40HST). Khusus untuk padi hibrida dan padi tipe baru, pembacaan BWD dilakukan pada saat tanaman dalam kondisi keluar malai dan 10% berbunga. Cara pembacaan BWD adalah sebagai berikut :
1)      Warna daun pada skala 3 BWD, gunakan 75 kg urea/ha bila tingkat hasil 5 ton/ha GKG. Tambahkan 25 kg urea untuk setiap kenaikan 1 ton/ha.
2)      Warna daun pada skala 4 BWD, gunakan 50 kg urea/ha bila tingkat hasil 5 ton/ha GKG. Tambahkan 25 kg urea untuk setiap kenaikan 1 ton/ha.
3)      Warna daun pada skala 4 atau mendekati 5 BWD, tanaman tidak perlu dipupuk N bila tingkat hasil 5-6 ton/ha. Tambahkan 50 kg urea jika tingkat hasil diatas 6 ton/ha.
Berikut adalah takaran urea susulan bila warna daun dibawah nilai kritis (<4BWD) berdasarkan pengamatan tetap :
Pembacaan BWD
Respon terhadap pupuk N
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Rata – rata hasil (ton/ha GKG)
≈5,0
≈6,0
≈7,0
≈8,0
Takaran urea yang digunakan (kg/ha)
BWD  ≤ 3
75
100
125
150
BWD 3,5
50
75
100
125
BWD ≥4
0
0-50
50
50
Pemupukan dilakukan dengan cara disebar/ditabur merata di seluruh permukaan tanah. Urea merupakan pupuk yang mudah larut dalam air sehingga pada saat pemupukan sebaiknya saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup.
Pemupukan P dan K disesuaikan dengan hasil analisis status hara tanah dan kebutuhan tanaman. Status hara tanah P dan K dapat ditentukan dengan perangkat uji tanah sawah (PUTS). Tiap wilayah telah memiliki dosis rekomendasi pemupukan P dan K yang berdasarkan pada uji tanah sawah yang dilakukan oleh instansi terkait (Balai Penyuluhan/Dinas Pertanian).
Terdapat tiga skala tingkatan status hara tanah P dan K pada suatu lahan sawah yaitu tinggi, sedang dan rendah sebagaimana termuat dalam tabel di bawah ini :
Rekomendasi pupuk (kg/ha)
Status Hara Tanah P dan K
Tinggi
Sedang
Rendah
SP-36
50
75
100
KCL
0 – 50
50
100
Pupuk P diberikan seluruhnya sebagai pupuk dasar atau bersamaan dengan pemupukan N yang pertama pada 0 – 14 HST. Pupuk K pada lahan sawah dengan status hara tanah P dan K rendah (dosis 100 kg/ha KCL) diberikan 50 % sebagai pupuk dasar (pemupukan pertama) dan sisanya diberikan pada masa primordia.Pada lahan sawah dengan status hara tanah P dan K sedang – tinggi (< 50 kg KCL/ha) pupuk K diberikan seluruhnya sebagai pupuk dasar (0 – 14 HST).

f.       Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian  hama dan penyakit secara terpadu (PHT) merupakan suatu pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alam dan tidak menimbulkan kerugian yang besar.
Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan perpaduan berbagai cara pengendalian hama dan  penyakit diantaranya dengan melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat menjadi lebih tepat. Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) dapat dilakukan dengan menggunakan strategi diantaranya :
1)      Gunakan varietas tahan hama dan penyakit, misalnya menggunakan varietas ciherang yang tahan terhadap serangan wereng coklat bioptipe 1, 2 dan 3.
2)      Tanam tanaman yang sehat
3)      Memanfaatkan musuh alami, misalnya membiarkan belalang sembah
4)      Pengendalian secara mekanik (menggunakan alat), misalnya menggunakan TBS (Trap Barrier System) atau LTBS (Linier Trap Barrier System) untuk hama tikus  dan fisik (menangkap), misalnya menangkan walang sangit secara langsung menggunakan jaring
5)      Penggunaan pestisida hanya jika diperlukan dan dilakukan tepat sesuai dosis, sasaran dan waktu.
2.2.2 Komponen Teknologi Pilihan
Komponen teknologi pilihan adalah teknologi-teknologi penunjang yang tidak mutlak harus diterapkan tetapi lebih didasarkan pada spesifik lokasi maupun kearifan lokal dan telah terbukti serta berpotensi meningkatkan produktivitas. Secara spesifik lokasi dan kearifan lokal komponen teknologi ini dapat diperoleh dari sumber daya alam yang tersedia ataupun dari pengalaman petani sendiri. Komponen teknologi pilihan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah meliputi :
a.      Pengolahan Tanah Sesuai Musim dan Pola Tanam
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara sempurna atau minimal, atau tanpa olah tanah. Pemilihan cara yang akan dilakukan disesuaikan dengan keperluan dan kondisi. Faktor yang menentukan adalah kemarau panjang, pola tanam, jenis/tekstur tanah. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan traktor atau terna, menggunakan bajak singkal dengan kedalaman olah <20cm. tunggul jerami, gulma, dan bahan organic yang telah dikomposkan dibenamkan kedalam tanah, bersamaan dengan pengolahan tanah pertama. Pembajakan biasanya dilakukan 2 kali lalu diikuti dengan penggaruan/pengglebekkan untuk perataan lahan dan pelumpuran.
b.      Penggunaan bibit muda (< 21 HSS)
Keuntungan tanam pindah menggunakan bibit muda adalah tanaman tidak stress akibat pencabutan di persemaian, pengangkutan dan penanaman kembali disawah. Untuk mendapatkan bibit yang sehat harus diperoleh dari benih yang bermutu serta sebelum dilakukan penyemaian terlebih dahulu benih direndam selama 24 jam, kemudian ditiriskan selama 48 jam. Untuk didaerah endemic keong mas tanam bibit lebih tua.
c.       Tanam dengan jumlah bibit terbatas yaitu antara 1 – 3 bibit perlubang
Penanaman bibit lebih dari 3 batang/lubang tanam dapat mengakibatkan meningkatnya persaingan antar bibit. Penyulaman untuk tanaman yang mati dapat segera dilakukan minimal 14 HST. Untuk daerah endemic keong mas tanam bibit 2 – 3 batang perumpun.

d.      Pengairan berselang (intermiten irrigation) secara efektif dan efisien
Pengairan berselang dilakukan dengan mengatur kondisi sawah dalam keadaan kering dan tergenang secara bergantian. Tujuannya adalah sebagai berikut :
1)      Menghemat air
2)      Member kesempatan akar tanaman untuk memperoleh udara
3)      Mencegah keracunan Fe
4)      Mencegah penimbunan asam organic dan gas H2S yang menghambat perkembangan akar
5)      Mengaktifkan jasad renik yang bermanfaat
6)      Mengurangi kerebahan
7)      Mengurangi anakan yang nonproduktif
8)      Pemasakan seragam dan waktu panen lebih cepat
9)      Memudahkan pembenaman pupuk kedalam tanah
10)  Memudahkan pengendalian hama (terutama keong)
Cara pemberian air berselang :
1)      Tanaman berumur 3 hari, sawah digenangi air dengan tinggi genangan 3 cm selama 2 hari.
2)      Fase pembentukan malai sampai pengisian biji, sawah digenangi terus.
3)      10 – 15 hari sebelum panen tanah dikeringkan.

e.       Penyiangan dengan Landak atau Gasrok
Pengendalian gulma atau penyiangan adalah kegiatan membersihkan pertanaman dari rumput dan tanaman yang tidak dikehendaki keberadaannya (gulma) di areal pertanaman karena dapat mengganggu perkembangan tanaman pokok. Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan, menggunakan alat gasrok (landak) atau menggunakan herbisida.
Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 10 – 15 HST dan dianjurkan dilakukan dua kali, dimulai pada saat tanaman berumur 10 – 15 HST dan diulangi 10 – 25 hari kemudian. Penyiangan juga harus dilakukan pada kondisi air macak-macak dengan ketinggian 2 – 3 cm. Gulma yang terlalu dekat dengan tanaman dicabut dengan tangan dan dilakukan dua arah yaitu diantara dan di dalam barisan tanaman
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah lebih menganjurkan melakukan penyiangan dengan menggunakan alat gasrok karena sinergis dengan pengelolaan lainnya dan lebih memiliki keuntungan yaitu :
1)      Ramah lingkungan
2)      Hemat tenaga kerja dan ekonomis
3)      Memberikan sirkulasi udara ke dalam tanah
4)      Apabila dilakukan bersamaan atau segera setelah pemupukan akan membenamkan pupuk ke dalam tanah sehingga pemberian pupuk menjadi
f.       Panen Tepat Waktu dan Gabah Segera Dirontok
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah sangat memperhatikan proses penanganan panen dan pasca panen. Panen dan pasca panen harus ditangani secara baik dan benar karena penanganan panen dan pasca panen yang tidak baik dan benar dapat menyebabkan kehilangan hasil 4 – 18 %. Untuk mendapatkan butir padi dan beras dengan kualitas baik perlu memperhatikan ketepatan waktu panen. Panen terlalu cepat dapat menimbulkan prosentase butir hijau tinggi yang berakibat sebagian butir padi tidak berisi atau rusak saat digiling. Panen terlambat menyebabkan hasil berkurang karena butir padi mudah lepas dari malai dan tercecer di sawah atau beras pecah saat digiling.
Lakukan panen saat gabah telah menguning, tetapi malai masih segar. Potong padi dengan sabit bergerigi. Alasi permukaan tanah menggunakan plastic atau terpal sebelum padi dirontok. Perontokan baik menggunakan power tresher atau pedal tresher dan dilakukan dengan segera setelah padi di potong. Karna penundaan waktu perontokan dapat menyebabkan kerusakan beras. Setelah dirontokkan gabah kemudian dikeringkan dengan cara dijemur diatas lantai jemur yang telah diberi alas. Ketebalan gabah saat dijemur berkisar antara 5-7 cm dan pembalikan dilakukan setiap 2 jam, hingga mencapai kadar air maksimum 14%.
Untuk memperoleh beras giling dengan mutu dan rendemen yang tinggi perlu diperhatikan beberapa aspek sebagai berikut :
·         Gabah harus seragam dan bersih dengan kadar air sekitar 14%.
·         Gabah yang telah dikeringkan harus dianginkan untuk menghindari butir pecah
·         Untuk gabah yang telah disimpan dilumbung sebelum digiling harus dijemur terlebih dahulu untuk menurunkan kadar air.

2.3 PELAKSANAAN PPT
            2.3.1 Pemahaman Masalah dan Peluang
            Penerapan padi sawah diawali dengan pemahaman terhadap masalah dan peluang (PMP) pengembangan sumberdaya dan kondisi lingkungan setempat dengan tujuan :
a.       Mengumpulkan informasi dan menganalisis masalah, kendala dan peluang usaha tani padi.
b.      Mengembangkan peluang dalam upaya peningkatan produksi padi.
c.       Mengidentifikasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani wilayah setempat.
2.3.2 Tahapan Pelaksanaan
Tahapan utama mencakup dua kegiatan utama, yaitu :
a.       Penentuan prioritas masalah secara bersama oleh anggota kelompok tani. Permasalahan setiap petani dikumpulkan, dikelompokkan dan dicarikan alternative pemecahannya oleh semua peserta PMP.
b.      Analisis kebutuhan dan peluang introduksi teknologi atas dasar permasalahan tersebut.

            2.3.3 Pelaksanaan PTT
A.    Pemilihan Lokasi
Lokasi untuk PTT padi sawah pada lahan irigasi berpengairan teknis , karena dalam penerapan PTT padi sawah dilakukan pengairan secara berkala dan usahakan lahan yang dipilih mudah untuk pemasukan dan pembuangan air irigasi (drainase).
B.     Pendekatan PTT
            Pendekatan PTT diawali dengan mengidentifikasi kendala, baik teknis maupun social ekonomi, serta mengetahui sumberdaya yang ada. Pendekatan dapat juga dilakukan secara sinergis, integrasi dan partisipasi.
C.    Persiapan Lahan
            Persiapan lahan meliputi pengolahan tanah dengan tujuan untuk menyediakan media pertumbuhan yang baik bagi tanaman padi dan mematikan gulma serta pemupukan dasar dengan tujuan memperbaiki sumberdaya lahan atau lingkungan tumbuh tanaman, menyediakan unsure esensial dan unsure mikro, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, memberi kondisi yang cocok untuk kehidupan mikrobia tanah, meningkatkan serapan hara tanaman serta meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air.
D.    Persiapan Benih Sehat
            Gunakan benih dengan varietas unggul baru yang telah dilakukan pemilihan varietas sesuai dengan kondisi lingkungan. Missal varietas tahan terhadap wereng coklat dan sebagainya. Benih sebelum semai terlebih dahulu harus diseleksi.
E.     Persiapan Tanam
            Persiapan tanam diawali dengan persemaian benih yang telah melalui seed treatment di tempat yang letaknya aman dari serangan tikus, mudah terkontrol dan jauh dari cahaya lampu malam hari untuk menghindari hama. Persemaian diusahakan tidak tergenang tete\api cukup basah. Sebelum dilakukan penyemaian, terlebih dahulu tempat persemaian diberi kompos pupuk kandang atau sekam 20kg/m2. Setelah itu benih di tabur di tempat persemian (seedbed).
F.     Teknik Penanaman
            Penanaman harus segera dilakukan setelah bibit dicabut, usahakan agar pangkal batang bibit padi tidak terlipat dan perakaran lurus masuk kedalam tanah yang sudah melumpur. Hal ini bertujuan agar anakan padi yang muncul barasal dari ruas 1-6 dari tanaman padi. Penanaman dapat menggunakan system jajar legowo 2:1 dan 4:1 serta cara tanam pindah (tapin).
G.    Pemupukan
            Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan merupakan tindakan pemborosan serta merusak keseimbangan agroekosestem yang ada. Sebelum melakukan pemupukan terlebih dahulu lakukan analisis sampel tanah untuk mengetahui kandungan hara terutama N, P dan K tanah. Saat pemberian pupuk, usahakan lahan sawah dalam keadaan macak macak agar pupuk tidak terbawa hanyut oleh air.
            Untuk mengefisiensikan penggunaan pupuk N dapat dilakukan dengan pemberian pupuk berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD). Sedangkan untuk mengefisiensikan penggunaan pupuk P dan K diberikan bersamaan dengan pemberian pupuk N (urea) I. Takaran pupuk P harus sesuai berdasarkan status unsure hara P tanah. Perhatikan table dibawah :
Status Hara P
Kadar P2O5 (HCL 25%)
(mg/100g tanah)
Takaran P
(kg SP-36/ha/musim)
Rendah
<20
125
Sedang
20-40
75
Tinggi
>40
50

H.    Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit.
1)      Pengairan
Teknik pengairan dalam pelaksanaan PTT menggunakan system pengairan berselang/intermittent, yaitu cara pemberian air pada lahan sawah yang prinsifnya tidak terlalu dibiarkan tergenang, tetapi secara berselang dilakukan pengeriangan.
2)      Pengendalian gulma
Berikut beberapa alternative pengendalian gulma dalam penerapan PTT padi sawah :
No
Alternative pengandalian gulma
Waktu aplikasi (umur tanaman)
1
Manual (tangan) 2 kali/ musim tanam
21 dan 42
2
Kombinasi tangan dengan landak/gasrok :
·         Manual (tangan) 1 kali/ musim tanam
·         Landak/gasrok. 2 kali/ musim tanam dengan jarak tanam teratur



14

25 dan 35
3
Kimiawi, tangan dan landak/gasrok:
·         Kimiawi. Menggunakan hebisida sebanyak 5gr/ha dengan kondisi lahan macak-macak.
·         Dianjurkan 1 kali peenyiangan dengan tangan
·         3 kali dengan landak/gasrok

5

25

21, 35 dan 45
4
Kimiawi kombinasi mekanis :
·         Herbisida pasca tumbuh (metsulfuran dan 2 4D) dari 20 gr + 800 ml/ha
·         Landak/gasrok 1 kali


14 dan 21

35

3)      Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut :
·         Pemilihan varietas tahan
·         Pengolahan tanah secara sempurna agar lahan bersih dari gulma dan sisa tanaman serta melakukan sanitasi terhadap lingkungan.
·         Pemilihan benih sehat melalui perlakuan benih (seed treatment)
·         Pembuatan caren/parit disekeliling petakan sawah dan melakukan pengairan berkala.
·         Tanam benih umur muda (satu bibit/lubang)
·         Aplikasi pupuk urea berdasarkan BWD
·         Mampraktekkan monitoring populasi hama dan penyakit yang baik dan benar secara teratur.













BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
PTT merupakan cara budidaya yang baik untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan menerapkan beberapa teknologi tepat secara terpadu. PTT juga merupakan sebuah inovasi untuk menunjang peningkatan produksi padi. Hal tersebut dilatarbelakangi karena beras merupaka bahan pangan yang berasal dari padi yang merupakan bahan pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sebagai bahan pangan pokok utama padi memegang posisi yang strategis untuk dikembangkan.

3.2 SARAN
            Dalam pelaksanaan  program PTT diupayakan agar antara penyuluh dan petani setempat yang menjadi sasaran SLPTT untuk bisa saling bekerja sama satu sama lain yang bertujuan agar program dapat terlaksanakan sesuar dengan target dan tujuan daripada PTT itu sendiri.









DAFTAR PUSTAKA

Humaedah, Ume dkk. 2011. Usaha Tani Padi dengan Pendekatan PTT. Set-Bakorluh : Jawa Tengah.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Petunjuk Teknis Lapang  Jawa Tengah.
Catur, Sri. 2002. Program Intensifikasi Padi Sawah Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah..
http://sekarmadjapahit.wordpress.com/2012/04/29/ptt-padi-sawah/. Di ambil pada tanggal 24 juli 2012 pukul 20.00 WIB