Translate

Jumat, 29 Juni 2012

secret "friends"


nan neoreul saranghae neoege gamsahae
neoppunya sojunghae That is friend


Oh I love you my friend
nunbitman seuchyeodo ara
himdeulgo jichyeodo hangsang gyeote inneun nae chingu
dalbiccheoreom hangyeolgateun byeolbiccheoreom byeonhajido annneun
nae chinguya (Youre my friend)
himdeureodo urin hangsang hamkke haja


hamkke bonaen hakchangsijeol ttaeron ssaugo jichyeodo
urin pengwa gongchaekcheoreom bin gongganeul chaewotgo
cheoreopdeon naldeureun chueogi doegetji eojecheoreom
neoneun naui beot ttoneun chinguran ireumeuro
hamkke gidarin bus soneul naemireobwasseo
ujeongiraneun seonmullo urin seoro Trust
byeonchimalja chinguya hanappunin nae chinguya
eokkaedongmu haejugenni saranghae nae chinguya


himdeulttaen naege gidae apeulttaen naege gidae
neoui nunmureul naega kkok dakkajulge
eonjedeun dallyeogalge neoege yaksokhalge
kkok jabeun duson jeoldae nochima

Oh I love you my friend
nunbitman seuchyeodo ara
himdeulgo jichyeodo hangsang gyeote inneun nae chingu
dalbiccheoreom hangyeolgateun byeolbiccheoreom byeonhajido annneun
nae chinguya (Youre my friend)
himdeureodo urin hangsang hamkke haja


nan neoreul saranghae neoege gamsahae
neoppunya sojunghae That is friend


sigani jinado urineun seoro jinachiji malja
apeurodo nunbitmanbwado museun saenggakhaneunji ara
(neoui maeum sok)
doremipasollasidocheoreom dareun saegeuro mandeureojin uri hwaeum
undongjang gachi ttwideut gachi ttwieogaja
dusoneul kkok japja geu eotteon iri isseodo
jeoldae yeongwonhi nochi malja
urin seoro chingureul wihan chinguga doeja


himdeulttaen naege gidae apeulttaen naege gidae
neoui nunmureul naega kkok dakkajulge
eonjedeun dallyeogalge neoege yaksokhalge
kkok jabeun duson jeoldae nochima

Oh I love you thank you
pyeongsaengeul hamkkehal saram
Oh I love you thank you
hangsang neoui himi doejulge
sarangboda gipeun sarang gyeolko mureuji anheun uridul
nae chinguya (Youre my friend)
yeongwontorok urin hangsang hamkke haja


nan neoreul saranghae neoege gamsahae
nan neoreul saranghae neoege



Minggu, 24 Juni 2012

thaharah

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan salat, maka basuhlah muka kalian dan tangan kalian sampai dengan siku, dan sapulah kepala kalian, dan (basuh) kaki kalian sampai dengan kedua mata kaki.” (Al-Maidah: 6).
Hukum Thaharah

  1. Dalil Normatif Thaharah

  Thaharah hukumnya wajib berdasarkan Alquran dan sunah. Allah Taala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan salat, maka basuhlah muka kalian dan tangan kalian sampai dengan siku, dan sapulah kepala kalian, dan (basuh) kaki kalian sampai dengan kedua mata kaki.” (Al-Maidah: 6).

  Allah juga berfirman, “Dan, pakaianmu bersihkanlah.” (Al-Mudatstsir: 4).
  “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (Al-Baqarah: 222).

  Rasulullah bersabda (yang artinya), “Kunci salat adalah bersuci.” Dan sabdanya, “Salat tanpa wudu tidak diterima.” (HR Muslim). Rasulullah saw. Bersabda, “Kesucian adalah setengah iman.” (HR Muslim).

  2. Penjelasan tentang Thaharah

  Thaharah itu terbagi menjadi dua bagian: lahir dan batin. Thaharah batin adalah membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat dengan bertobat dengan sebenar-benarnya dari semua dosa dan maksiat, dan membersihkan hati dari kotoran syirik, ragu-ragu, dengki, khianat, sombong, ujub, riya, dan sum'ah dengan ikhlas, yakin, cinta kebaikan, lemah lembut, benar, tawadu, dan mengharapkan keridaan Allah SWT dengan semua niat dan amal saleh.

  Adapun thaharah lahir adalah bersuci dari najis dan dari hadats (kotoran yang bisa dihilangkan dengan wudu, mandi, atau tayammum).

Thaharah dari najis adalah menghilangkan najis dengan air yang suci, baik dari pakaian orang yang hendak salat, badan, ataupun tempat salatnya. Thaharah dari hadats adalah dengan wudu, mandi, atau tayamum.

  Alat Thaharah

  Thaharah bisa dilakukan dengan dua hal.

  1. Air mutlak, yaitu air asli yang tidak tercampuri oleh sesuatu apa pun dari najis, seperti air sumur, air mata air, air lembah, air sungai, air salju, dan air laut, berdasarkan dalil-dalil berikut. “Dan Kami turunkan dari langit air yang amat suci.” (Al-Furqan: 48). Rasulullah saw. bersabda,“Air itu suci, kecuali bila sudah berubah aromanya, rasanya, atau warnanya karena kotoran yang masuk padanya.” (HR Al-Baihaqi. Hadis ini daif, namun mempunyai sumber yang sahih).

  2. Tanah yang suci, atau pasir, atau batu, atau tanah berair. Rasulullah saw. bersabda, “Dijadikan bumi itu sabagai masjid dan suci bagiku.” (HR Ahmad). Tanah dijadikan sebagai alat thaharah jika tidak ada air, atau tidak bisa menggunakan air karena sakit, dan Karena sebab lain. Allah berfirman, ”…kemudian kalian tidak mendapatkan air, maka bertayammumlah kalian dengan tanah yang suci.” (An-Nisa: 43).

  Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya tanah yang baik (bersih) adalah alat bersuci seorang muslim, kendati ia tidak mendapatkan air selama sepuluh tahun. Jika ia mendapatkan air, maka hendaklah ia menyentuhkannya ke kulitnya.” (HR Tirmizi, dan ia menghasankannya).

  “Rasulullah saw. mengizinkan Amr bin Ash r.a. bertayammum dari jinabat pada malam yang sangat dingin, karena ia menghawatirkan keselamatan dirinya jika ia mandi dengan air yang dingin.” (HR Bukhari).

  Penjelasan tentang Hal yang Najis 

  Hal-hal yang najis adalah setiap yang keluar dari dua lubang manusia, berupa tinja dan air kencing, atau mazi (lendir yang keluar dari kemaluan karena syahwat), atau wadi (cairan putih yang keluar selepas kencing), atau mani, air kencing, dan kotoran hewan yang dagingnya tidak boleh dimakan, darah, nanah, air muntahan yang telah berubah, bangkai dan organ tubuhnya kecuali kulitnya, karena jika disamak kulitnya menjadi suci. Rasulullah saw. bersabda, “Setiap kulit yang sudah disamak, maka menjadi suci.” (HR Muslim).


Salah satu inti ajaran yang tidak bisa terpisahkan dari agama Islam adalah thaharah. Islam menghendaki umatnya menjadi umat yang bersih dan suci, baik lahir maupun batin. Segala bentuk kotoran yang dapat merusak kesucian lahir dan batin manusia pasti dilarang oleh Islam. Islam bahkan menjadikan kesucian setengah dari iman. Tentunya yang dimaksud kesucian di sini adalah kesucian lahir dan batin atau kesucian jasmani dan rohani.
Konsep Thaharah Dalam Islam
Secara umum thaharah dapat dibagi menjadi dua yaitu: thaharah zhahir thaharah batin. Allah Swt berfirman, "Innallâha yuhibbut tawwâbîn wayuhibbul mutathahhirîn" (Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri). Taubat dalam ayat di atas adalah cara membersihkan diri dari kotoran batin (rijs), sedangkan thaharah adalah cara membersihkan diri kotoran zahir (najis).
(1) Adapun thaharah zahir ada dua macam yaitu, (a) thaharah dari khabats (kotoran yang tampak) atau disebut juga dengan najis 'ainy/hissy, dan (b) thaharah dari hadats (keadaan yang dihukumi oleh syariat sebagai sifat tidak suci) yang disebut juga najis hukmy/maknawy. Kedua kotoran ini (Khabats dan hadats) masing-masing memiliki pembagian dan cara membersihkannya. Allah Swt menjadikan kedua thaharah ini sebagai hal yang sangat penting. Tidak heran jika Allah menjadikannya menjadi syarat sahnya ibadah yang paling pokok dalam dalam Islam yaitu shalat.
Khabats memiliki tiga pembagian yaitu: (a) Mughallazhah(berat), seperti liur babi dan anjing) dibersihkan dengan air tujuh kali, dan salah satunya dicampur dengan tanah. (b)Mutawassithah (sedang), seperti kotoran manusia, dibersihkan dengan air sampai hilang warna dan baunya. (c) Mukhaffafah(ringan), seperti air kencing bayi laki-laki yang belum makan apapun selain susu ibunya. Cara membersihkannya cukup dengan memercikkan air di atasnya. Adapun hadats mempunyai dua pembagian yaitu (a) hadats kecil yang dihilangkan dengan berwudhu dan (b) hadats besar (junub, dan haid dan nifas) yang dihilangkan dengan ghusl (mandi wajib).
 (2) Sedangkan thaharah batin juga ada dua macam yaitu:
(a) Thaharah amal perbuatan dari dosa dan maksiat, baik dosa besar maupun dosa kecil. Dosa besar seperti dosa-dosa besar yang disebutkan Nabi Saw yaitu, perbuatan syirik[1], membunuh manusia dengan jalan yang tidak benar, sihir, memakan harta riba, memakan harta anak yatim, berbuat zina, durhaka kepada orang tua, mencuri, menuduh perembuan baik-baik berzina, lari dari medan pertempuran dan sebagainya. Dosa kecil seperti melalaikan tugas dan kewajiban, menyia-nyikan waktu, berkata kotor dan tidak bermanfaat dengan sengaja, memandang kepada hal-hal yang diharamkan, suka membicarakan dan mendengar aib orang lain, suka berbicara atau berbuat kasar yang menyakiti hati orang lain dan sebagainya. Cara membersihkan semua itu adalah dengan bertaubat dan menggantinya dengan amal shalih. Allah berfirman, "Innal hasanât yudzhibnas sayyi'ât." (Sesungguhnya perbuatan baik itu akan menghapus perbuatan buruk)
(b) Thaharah dari aib dan penyakit hati, seperti riya' dan'ujub dalam melaksanakan kebaikan (tidak ikhlas karena Allah), sombong, dengki terhadap kebahagiaan orang lain, khianat terhadap kepercayaan yang diberikan, tidak merasa takut kepada Allah dan meremehkan perintah dan larangannya, tidak bersyukur kepada nikmat-Nya, tidak bersabar terhadap cobaan-Nya dan sebagainya, tidak ridha dengan qadha' dan qadar-Nya, dan sebagainya. Cara membersihkannya adalah dengan bertaubat sebagaimana firman Allah di atas "Innallâha yuhibbut tawwâbîn..." (sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat...) dan menyempurnakan ibadah hati seperti ikhlas,ridhakhauf, roja' syukur, sabar, tawakkal, mahabbatullah dan sebagainya.
Rasulullah Saw bersabda, "At-Thuhûr syathrul îmân."(kesucian adalah setengah dari iman). Tidakkah kita memperhatikan betapa tinggi makna ungkapan Rasulullah di atas? Apakah hikmah mengapa Rasulullah mengatakan thaharah adalah setengah dari iman? Iman adalah segala-galanya bagi orang muslim, dan setengah dari iman itu adalah kesucian. Hal ini karena kebersihan dan kesucian ini melingkupi seluruh aktivitas seorang muslim, baik yang zahir maupun yang batin.
Menurut ijmâ' ulama salaf, iman adalah ikrar hati, ungkapan lisan dan amalan anggota badan. Artinya bahwa iman mencakup amalan hati (sabar, syukur, mahabbatullah, tawakkal, ridha, dll) dan amalan badan (shalat, puasa, haji dll). Sedangkan semua amalan tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis yaitu mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan. Dengan demikian, ketika seseorang berupaya membersihkan hati dengan meninggalkan maksiat-maksiat hati, meninggalkan perbuatan maksiat dan menghindari najis 'ainy, maka ia telah melakukan setengah keimanan. Karena setengah lainnya adalahmelaksanakan ibadah hati dan melakukan amal shalih dan melakukan thaharah badan.     
Filosofi Kebersihan Zahir
Di dalam Al-Quran, sering kali Allah Swt memberi alasan terhadap larangan-larangan-Nya dengan perkataan, "innallâha lâ yuhibbu..." (Sesungguhnya Allah tidak menyukai...), sebagaimana juga memberi alasan terhadap perintah-Nya dengan perkataan,"Innallâha  yuhibbu..." (Sesunguhnya Allah menyukai...). Seperti halnya ayat tentang thaharah di atas: "Sesungguhnya Allah menyukai/mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang bersuci." (QS. Al-baqarah: 222). Hal ini menunjukkan sifat kasih sayang yang penuh terhadap orang yang diperintah ataupun dilarang. Sebagaimana perkataan seorang bapak yang melarang anaknya berbuat jahat kepada temannya dengan mengatakan, "Jangan lakukan itu...! ketika ditanya oleh anaknya, mengapa ia dilarang, sang bapak menjawab, "Karena bapak tidak suka..."
Jawaban ini sebenarnya sudah cukup bagi anak yang tidak mengerti akan rahasia di balik larangan itu. Demikian juga dengan manusia yang keadaan tertentu tidak mengerti hikmah di balik larangan atau perintah Allah. Cukuplah baginya alasan perintah atau larangan itu adalah bahwasanya Allah suka atau tidak suka. Larangan sang bapak terhadap anaknya itu adalah semata-mata karena kasih sayangnya, demi kebaikan si anak. Demikian juga larangan Allah terhadap hamba-Nya adalah semata-mata rahmat dan demi kebaikan hamba itu sendiri.(walillâhil matsaul a`lâ)
Walaupun demikian, pada dasarnya, hikmah thaharah ini sangatlah nyata bagi kita dan dapat kita rasakan sendiri. Allah memerintahkan kita untuk bersih dan rapi. Dia mewajibkan kita wudhu paling sedikit lima kali sehari. Hal ini karena wajah, tangan, kepala, dan kaki adalah organ-organ tubuh yang bersentuhan langsung dengan alam luar, bersentuhan dengan kotoran, debu, sinar matahari, terpaan angin yang membawa kuman sehingga wajar saja jika diperintah untuk selalu membasuhnya sehingga selalu bersih dan segar. Tidak kalah pentingnya adalah, bahwa dosa-dosa kita akan mengalir keluar dari akhir tetesan air wudhu kita. Jadi ibadah wudhu bukan sekedar membersihkan anggota badan tetapi juga membersihkan diri dari dosa-dosa kecil. Oleh sebab itu Rasulullah Saw mengajurkan setiap muslim untuk banyak berwudhu (tetap dalam keadaan berwudhu/suci dari hadatskecil), bukan hanya untuk shalat dan baca Al-Quran.
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari bahwa dalam seminggu Rasulullah Saw mewajibkan mandi minimal sekali bagi umat Islam, yaitu ketika hendak melaksanakan ibadah shalat jumat. (al-ghuslu wâjibun 'ala kulli muhtalim). Tetapi, tentu hal ini adalah batas minimal. Selain itu juga Islam mewajibkan bagi setiap muslim untuk mandi wajib setiap selesai melakukan hubungan suami-isteri. Dalam masalah ini, orang yang tidak ahli dalam bidang kedokteran pun dapat mengetahui pentingnya mandi setelah melakukan hubungan suami-isteri ini. Karena mereka dapat merasakan sendiri bahwa mandi dapat mengembalikan kesegaran dan kebugaran tubuh. Islam mewajibkan umatnya untuk membersihkan badan, pakaian dan tempat dari najis dan kotoran.
Tentang penampilan yang bersih dan baik, Islam tidak melalaikannya. Bahkan Islam menyebutnya sebagai fitrah manusia. Rasulullah Saw menyabdakan bahwa ada beberapa aktivitas yang merupakan fitrah manusia. Diantaranya ialah, memotong kuku, mencukur kumis, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, dan memanjangkan jenggot. Jika kita memperhatikan semua aktivitas fitrah itu dengan seksama, semuanya bertujuan untuk menjaga agar setiap muslim menjadi bersih dan suci.
Selain itu, beliau juga memerintahkan kepada umatnya untuk selalu menjaga kebersihan gigi. Rasulullah menyeru umatnya untuk melakukan siwak (sikat gigi) setiap hendak melakukan ibadah shalat. Bahkan sampai akhir hayat, ketika Rasulullah menghadapi skaratul maut, beliau sempat-sempatnya bersiwak. Tidakkah semua itu mengisyaratkan betapa Islam sangat mementingkan kebersihan dan kesucian? Indahnya, bahwa Islam tidak hanya menjadikan semua itu sebagai amalan bisa, tetapi menjadikannya ibadah yang apabila dilaksanakan akan berpahala. Rasulullah Saw bersabda, "As-Siwâku math·haratun li 'l-fami wa mardhâtun li 'r-Rabb." (HR. Bukhari) (Siwak adalah kebirsihan bagi mulut dan keridhaan di sisi Allah)
Di dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda, "Man kâna lahû sya'run falyukrimuh." (HR. Abu Daud). Artinya, barang siapa yang dianugerahi rambut, hendaklah ia menghormatinya. Betapa indah ungkapan Rasulullah ini. Beliau tidak hanya menyuruh untuk menjaga dan memelihara rambut dengan baik tetapi juga menyuruh untuk menghormatinya.
Rasulullah juga mengajarkan umatnya berpakaian rapi dan baik. Dalam sebuah hadits riwyat imam Malik diceritakan bahwa Rasulullah Saw melihat salah seorang sahabat yang berpakaian sanagat lusuh dan compang camping, akhirnya belau memanggil sahabat tersebut dan memberinya dua potong baju yang bagus dan menyuruhnya untuk memakai kedua-duanya sekaligus. Seorang sahabat mengadu kepada Rasulullah Saw bahwa ia adalah seorang yang sangat senang berdandan rapi, memakai pakaian dan sandal yang bagus, apakah semua itu merupakan suatu bentuk kesombongan? Rasulullah menjawab, itu bukanlah kesombongan, karena Allah adalah Dzat Yang Maha indah dan menyukai keindahan. Tetapi kesombongan adalah mengingkari kebenaran yang ia ketahui dan merendahkan manusia. (Innallâha jamîlun yuhibbul jamâl, al-kibru batharul haq wa ghamtun nâs)(HR. Muslim). Tetapi semua itu haruslah dalam batas kewajaran dan kesederhanaan, karena Islam juga melarang berlebih-lebihan, bermewah-mewahan dan melakukan perbuatan yang mubazzir, karena semua itu merupakan perbuatan setan.
Allah Swt berfirman, "Yâ banî Âdama khudzû zînatakum 'inda kulli masjid." (Wahai anak Adam, gunakanlah perhiasan [pakaian yang bagus] setiap kali hendak ke masjid (shalat). Perhatikalan betapa indah dan mulianya perintah ini. Bukankah kebiasaan banyak kaum muslimin setiap hendak ke masjid, mereka malah menggunakan pakaian yang biasa dan tidak mau berdandan rapi? Padahal ketika menghadapi manusia, ia senang berwangi-wangian berdandan rapi. Tetapi Islam bukan hanya memerintahkan untuk berdandan rapi menghadapi manusia, tetapi juga berdandan rapi ketika menghadapi Allah Swt. Bukankah Allah adalah tuhan yang paling berhak untuk diagungkan dengan pakaian dan dandanan yang paling rapi?
Rasulullah melarang umatnya untuk pergi ke masjid setelah makan bawang merah, bawang putih dan bengkoang (bawang bakung) karena itu dapat menyakiti orang yang berada di samping kita dan mengganggu kekhusukannya ketika shalat. Apalagi bau keringat dan bau ketiak yang menyengat. Artinya bahwa kita disuruh untuk bersih dan wangi ketika hendak ke masjid. Bahkan lebih itu Rasulullah bersabda: "Man akalal bashal wal tstsûm wal kurrâts falâ yaqrabanna masjidana, fainnal malâikata tata'adzdzâ mimmâ yata'adzdzâ minhu banû Âdam)(HR. Muslim) (Barag siapa yang telah memakan bawang merah, bawang putih dan bengkoang, maka janganlah mereka mendekati masjid kita ini, Karena sesungguhnya malaikat merasa tidak nyaman dengan apa yang dirasa tidak nyaman oleh anak Adam."
Jika Islam memperhatikan kebersihan pribadi sedemikian rupa, maka kebersihan tempat dan lingkungan jelas lebih diutamakan karena hal itu menyangkut kebersihan dan kesehatan umum. Rasulullah Saw melarang umatnya membuang kotoran di sembarang tempat, seperti di jalanan umum, tempat tiupan angin dan tempat-tempat berteduh. Bel;iau juga melarang mengencingi air yang diam bahkan air yang mengalir. Tetapi umat beliau sekarang bukan hanya membuang kotoran biasa, melainkan membuang limbah industri ke sungai-sungai yang jelas-jelas merusak lingkungan dan membahayakan kehidupan hewan dan manusia. Semua itu termasuk perbuatan zalim yang dilarang oleh Islam.
Lihatlah betapa indah ajaran Islam ini. Islam mengatur hal-hal yang paling kecil sampai hal yang paling besar. Umat siapa di dunia ini yang diajarkan oleh Rasulnya cara beristinjak selain umat Islam. Umat siapa di dunia ini yang cara bersinnya saja diatur selain umat Rasulullah Saw? Islam adalah agama pribadi dan umat, agama yang mengatur politik kekusaan, agama yang mengatur negara dan dunia, agama jihad tetapi juga agama kasih sayang bagi seluruh alam, agama keadilan tetapi juga agamaihsân (berbuat baik yang lebih dari sekedar adil). Islam tidak mengenal sekularisme. Islam adalah agama politik tetapi politik yang jujur, adil dan kasih sayang. Sebagaimana Islam melarang berbadan kotor, ia juga melarang perbuatan kotor berupa maksiat, prilaku ribawi dan kezaliman.
Filosofi Kebersihan Batin
Sebagaimana Islam sangat menekankan umatnya untuk berpliraku bersih dalam kehidupan zahirnya, menghindari segala yang kotor dan najis, Islam juga sangat mementingkan kebersihan batin. Menghindari segala yang kotor baik berupa najis atau rijs. Kekotoran batin yang paling pertama diperangi Islam adalah segala bentuk kesyirikan. Islam mengancam dengan keras bahwa syirik adalah dosa yang tidak diampuni kecuali dengan bertaubat sunguh-sungguh dan kembali ke pelataran iman yang suci dan murni. Untuk mengantisipasi kotoran syirik ini Islam melarang dengan keras perdukunan, syihir, penyembahan berhala. Lebih jauh dari itu Islam juga melarang melakukan kebaikan atas dasar riya (pamer) karena merupakan syirik yang tersembunyi. Rasulullah bersabda: "Akhwafu ma akhafu ala ummatii asyirkul Ashgar." (Di antara yang paling aku takuti dari umatku adalah syirik kecil [riya]).
Islam menghendaki umatnya untuk beramal dengan tulus ikhlas semata-mata karena Allah Swt. Allah berfirman: "Wamaa umiru illaa lya'budullaaha mukhlisinalahuddiin." (QS. Al-Bayyinah: 5) (Tidaklah mereka diperintah kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan penyembahan terhadap-Nya). Untuk mengantisipasi kesyirikan ini Rasulullah Saw mengajarkan kita untuk selalu men-tajdid atau memperbaharuai iman dengan mengucap, "Lâ ilâha illallâh". Beliau juga mengajarkan sebuah doa untuk dilantunkan setiap pagi dan petang: "Allaahumma innî a'ûdzubika min an usyrika bika syaian a'lamuhu wa astaghfiruka lmâ lâ a'lamuh." (Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang aku ketahui maupun yang aku tidak ketahui).
Islam melarang perbuatan-perbuatan haram, karena merupakan perbuatan kotor, rijs dan amalan setan. Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,[2] adalah rijs, termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan." (Al-Maidah: 90). Cukuplah ayat di atas sebagai alasan mengapa perbuatan-perbuatan tersebut dilarang. Fitrah manusia pasti membenci perbuatan-perbuatan yang kotor, keji dan perbuatan syetan. Dan bagi seorang muslim, cukuplah baginya bahwa perbuatan-perbuatan tersebut dilarang oleh Allah Swt.  
Kotoran batin setelah syirik yang diperangi Islam adalah maksiat. Maksiat dalam segala bentuknya, dari yang paling besar hingga yang paling kecil. Rasulullah Saw telah mewanti-wantikabâir atau dosa-dosa besar yang merupakan kekotoran yang menodai kesucian iman yaitu: Sirik kepada Allah, membunuh, durhaka kepada orang tua, menuduh berzina, lari dari medan pertempuran. Kemaskiatan berikutnya adalah prilaku kezaliman terhadap manusia baik kepada skala individu hingga sekala bangsa dan umat.
Rasulullah pernah mengilustrasikan maksiat-maksiat kecil bagaikan noda hitam yang menutupi cermin. Jika setiap kali noda itu dihapus dengan istigfar, maka cermin itu akan tetap bersih. Tetapi jika dibiarkan terus-menerus dan tidak dibersihakan, maka akan berubah menjadi karatan yang susah dihilangkan. Itu dosa kecil, bagaimana lagi dengan dosa besar yang memang adalah karatan. Yang ingin disampaikan bahwa maksiat itu adalah noda dan kotoran. Dan cara membersihkannya adalah dengan istighfar dan bertaubat.
Batin (hati) adalah sumber prilaku manusia. Raja bagi anggota badannya. Jika hatinya baik maka prilakunya juga akan baik, dan jika hati kotor maka prilakunya juga demikian. Hati adalah obyek yang dilihat oleh Allah Swt. Bayangkanlah jika ternyata selama ini hati kita isi dengan cinta yang berlebihan kepada dunia, kemaksiatan, khianat, kebencian, permusuhan, riya' dan selalu ingin didengar, dan berbagai kekotoran hati lainnya, lalu dengan apa kita akan menghadap Allah Swt di hari akhirat kelak? Apa modal yang akan kita bawa padahal ibadah hati merupakan syarat diterimanya ibadah lahir. Bukankah Rasulullah Saw bersabda: "Innallâha lâ yanzhuru ilâ shuwarikum, walâ ilâ ajsâmikum walâkin yanzhuru ilâ qulûbikum." (HR. Muslim)? (Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada badanmu, tidak juga kepada rupamu, tetapi ia memandang kepada hatimu).
Bayangkan jika shalat yang selama ini kita lakukan, ternyata tidak pernah ikhlas, ingin dilihat, malas-malasan melakukannya dan bahkan sangat jauh dari kekhusyukan. Apa yang bisa kita harapkan dari shalat semacam ini. Allah meminta kita untuk khusyuk, namun pikiran dan hati kita malah selalu mengingat perkara-perkara duniawi. Padahal Allah menyuruh kita untuk menghadapkan wajah ke Kiblat agar hati kita menghadap kepada Allah dan meninggalkan dunia di belakang punggung kita.
Demikianlah hati kita selalu dipenuhi dengan rijs, maka tidak heran Allah mewajibkan kita untuk selalu meminta hidayah dalam setiap shalat, (Ihdinash shirâtal mustqîm). Allah memerintahkan kita untuk bertaubat dari segala dosa baik yang kita sadari ataupun tidak kita sadari. Rasulullah mengajarkan kita untuk selalu banyak-banyak beristigfar. Rasulullah bnerabda:"Aku beristigfar dalam sehari lebih dari 70 puluh kali." Dalam riwayat lain 100 kali. Jika orang yang suci sepeti Rasulullah Sawberistigfar sehari sebanyak seratus kali, apakah kita mahluk yang penuh dengan kotoran zahir dan batin ini lengah dan lalai dari minta ampun kepada Allah Swt? Pertanyaan ini semoga dapat membangkitkan semangat kita untuk selalu membersihkan diri baik lahir maupun batin. Sehingga bertemu dengan Allah dengan hati yang bersih "Illâ man atallâha biqalbin salîm". Wallâhu a'lam.



[1] Syirik di sini sepeti menyembah berhala, pepohonan, kuburan dengan memberi sesajen atau memohon pertolongan dan sebagainya karena berkeyakinan bahwa benda-benda tersebut memiliki penghuni yang dianggap keramat yang mampu berperan dalam mengatur alam.
[2]  Al-Azlâm artinya anak panah yang belum pakai bulu. Orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu, kemudian masing-masing anak panah ditulis dengan: "Lakukanlah", "Jangan lakukan", dan anak panah ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. Bila mereka hendak melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. Kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali lagi. Pebuatan yang sama atau mirip dengan perbuatan mengundi nasib ini dilarang oleh Islam.

Senin, 11 Juni 2012

nama latin sayuran


KELOMPOK 1
A.      Ana yulianti
1.       Kacang Bindi
Abelmoschus esculentus
2.       Daun Gedi
Abelmoschus manihot
3.       Kremah
Alternanthera sessilis
4.       Bayam Tahun
Amaranthus hybridus
5.       Kluwih
Artocarpus camansi
6.       Nangka
Artocarpus heterophyllus
7.       Beligo
Benincasa hispida
8.       Bit
Beta vulgaris
9.       Sawi Daging
Brassica juncea
1.   Kacang Gude
Cajanus cajan
1.   Mentimun
Cucumis sativus
1.   Terung Belanda
Cyphomandra betacea
1.   Wortel
Daucus carota


B.      Kiki Muhammad sidik
1.   Kacang Biduk
Dolichos lablab
1.   Belinjo
Gnetum gnemon
1.   Kangkung Air
Ipomoea aquatica
1.   Kangkung Darat
Ipomoea reptana
2.   Selada
Lactuca sativa
2.   Jamur Shiitake
Lentinula edodes
2.   Petai Cina
Leucaena leucocephala
2.   Genjer (Jw)
Limnocharis flava
2.   Pare
Momordica charantia
2.   Kara Benguk
Mucuna pruriens var. utilis
2.   Petai
Parkia speciosa
2.   Buncis
Phaseolus vulgaris
3.   Beluntas
Pluchea indica


C.      Riska yuliandari
3.   Terubuk
saccharum edule
3.   Katuk
Sauropus androgynus
3.   Labu Siam
Sechium edule
3.   Terung Pipit
Solanum torvum
3.   Tomat
Solanum lycopersicum
3.   Ranti
Solanum nigrum
4.   Kacang Panjang
Vigna sinensis
4.   Terung  Solanum melongena
4.   Kacang Babi
Vicia faba
4.   Kacang Panjang
Vigna sinensis







D.      Anis fuad





E.       Budi rizki fauzan